Syamsuatir: Cahaya yang Menuntaskan Amanah dan Janjinya

Saya masih ingat betul, awal 2021 saya kembali ke kampung halaman. Di sanalah, untuk pertama kalinya, saya berdialog langsung dengan sosok yang kelak begitu memberi arti: Syamsuatir.

Awalnya, saya hanya mengenalnya lewat gaya ceramahnya yang khas dan tutur kisahnya yang mengalir. Bahkan saya belum tahu namanya saat itu. Baru pada November 2020 saya sadar siapa beliau, setelah ibu saya menyebut peran beliau di Komunitas Kampar Berbagi. Sebuah gerakan sosial yang membantu kaum duafa membangun sumur, menyalurkan listrik, hingga melakukan bedah rumah.

Maret 2021, kami akhirnya bertemu dan berbincang langsung. RM Lubuk Idai di sebelah Kantor Kemenag Kampar menjadi saksi. Kami berbicara banyak. Lebih tepatnya, saya yang banyak bertanya. Saat itulah saya baru tahu, ternyata beliau masih sangat muda, belum genap 40 tahun.

Pertemuan itu saya abadikan dalam unggahan Instagram berjudul “Skill-mu Kelak Akan Dipertanggungjawabkan.”

Setiap dari kita, pasti punya skill dan keunggulan masing-masing. Atas amanah yang Allah berikan tersebut, adakah kita gunakan untuk kebermanfaatan sosial? Atau hanya untuk kebutuhan duniawi saja? Begitulah kira-kira maksudnya.

Beberapa bulan setelah itu, kami bertemu lagi. Sebenarnya kami sering bertemu di pengajian. Beliau berceramah, saya menyimak sembari menulis pesan yang didapat di handphone. Pertemuan yang dimaksud di sini adalah pertemuan yang benar-benar diluangkan. Jika sebelumnya di rumah makan, kali ini di rumah beliau. Kali ini saya lebih banyak menggali tentang cara beliau berdakwah, terutama dalam menyampaikan sejarah yang penuh hikmah dengan tenang dan terstruktur. Siapa yang pernah mendengar beliau berceramah pasti sepakat dengan ini. Ketika ditanya kenapa memilih topik sejarah, beliau pun menyampaikan,

“Karena dengan sejarah, kita bisa melembutkan hati. Mengingatkan diri dengan pengalaman nyata yang pernah terjadi. Dengan sejarah, kita juga bercerita dengan kisah orang lain, bukan menggurui orang lain.”

Sebagai konteks, jika berceramah beliau memang banyak membahas tentang sejarah. Terutama seputar nabi, sahabat, tabi’in, dan ulama. Di catatan handphone saya pun masih banyak tersimpan. Di antaranya Umar bin Abdul Aziz, Ibnu Mubarak, Bisri bin Harits Al-Hafiy. Kenapa beliau bisa berkisah dengan mengalir? Karena banyak membaca buku sejarah yang mengalir pula. Bukan sebatas tekstual saja.

Di pertemuan itu pula beliau menyampaikan niatnya. Kelak akan menulis kisah ulama pendiri pondok pesantrennya dahulu, Islamic Center Al-Hidayah Kampar. Pada waktu yang bersamaan, MUI Kampar juga sedang menulis buku Biografi Ulama dan Tokoh Penggerak Kampar Serambi Makkah. Termasuk Bahtiar Daud, pendiri pondok pesantren Islamic Center ada dalam buku tersebut. Beliau pun turut membantu dalam mencarikan data.

Saya lupa, apakah di pertemuan itu atau pertemuan waktu lainnya. Saya meminjamkan sebuah buku berjudul Jejak Kisah Pengukir Sejarah yang ditulis oleh M. Anwar Djaelani.  Hal tersebut adalah bentuk dukungan saya agar beliau benar-benar merealiasikan niat baiknya. Bukan hanya menulis tentang pendiri pondok pesantrennya dahulu, tapi juga berbagai kisah hikmah dalam sejarah yang biasa beliau tuturkan dalam ceramah. Melebarkan sayap dakwah dan amal bukan hanya sebatas mimbar, tapi juga lembar. Bismillah, semoga Allah bantu setiap langkahnya.

Baca juga:
Mampukan Sebuah Tulisan Mengubah Masyarakat?
Apa yang Kamu Cari adalah Apa yang Kamu Sembah?

***

September 2022, Biografi Ulama dan Tokoh Penggerak Kampar Serambi Makkah akhirnya diluncurkan di Balai Bupati. Saat itu, beliau sudah diamanahkan sebagai Sekretaris Umum MUI Kampar menggantikan Ustaz Johar Arifin yang wafat ketika 27 Ramadan tahun 2021. Buku yang diinisasi oleh beliau, tapi malah nama beliau yang masuk dalam buku. Sebagai informasi, buku biografi tersebut hanya memasukkan nama yang sudah wafat. Termasuk Sekretaris Umum MUI Kampar saat itu, Ustaz Johar Arifin.

Tahun demi tahun, interaksi kami berjalan seperti biasa. Bertemu di pengajian, berorganisasi di MUI, menjadi jembatan amal di Komunitas Kampar Berbagi.

Khusus di MUI, beliau adalah penghubung bagi saya dalam menyampaikan saran dan masukan. Sedangkan Komunitas Kampar Berbagi boleh dikatakan sebagai amal jariah beliau yang sunyi tapi berdampak. Komunitas yang beliau inisiasi bersama sahabatnya, Ustadz Jarlisman, sudah bergerak sejak tahun 2018 dan sudah membantu lebih dari 200 keluarga duafa membangun sumur bor. Alhamdulillah.

Tahun 2021, kami pernah mengundang beliau untuk mengisi tausiyah menjelang Ramadan di keluarga. Tahun 2022 saat berangkat haji, saya menitip doa kepada beliau. Salah satu doanya adalah tentang jodoh. Qadarullah, tahun 2023 saya pun menikah. Saya meminta kesediaan beliau untuk memimpin doa dalam resepsi pernikahan.  Bagi saya, beliau adalah sosok teladan. Dai yang tulus, ikhlas, amanah, dan rendah hati.

Bagaimana kiprahnya di Kemenag? Jujur saja, saya tidak tahu karena tidak banyak berinteraksi dengan beliau di sana. Namun saya masih ingat pesan beliau di depan kantor saat membahas satu hal. Beliau menyebutkan satu kaidah ushul fikih,

“Sesuatu yang tidak bisa dilakukan seluruhnya, jangan ditinggal seluruhnya.”

Sebagai konteks, pesan tersebut disampaikan saat kami membahas tentang amal dan amanah. Lakukan sebisanya, jangan ditinggalkan semuanya.

Berlanjut ke tahun 2023. Kami sempat membahas ulang terkait niatnya untuk menulis buku pendiri Pondok Pesantren Islamic Center. Niat ini semakin kuat karena MUI Kampar sudah berhasil menerbitkan bukunya. Saat itu, beliau mengajak saya untuk terlibat agar bisa mempercepat proses buku tersebut. Namun karena satu dan lain hal, beliau menundanya.

Ternyata tanpa saya duga, buku tersebut sudah selesai dan rilis pada hari Kamis, 17 Juli 2025. Beliau adalah salah satu penulisnya bersama rekannya, Ahmad Masy’ari. Beliau juga yang menjadi moderator acara sebagaimana acara yang biasa ditaja oleh alumni alumni Pondok Pesantren Islamic Center Kampar. Skill-nya dalam berbicara memang benar-benar dipertanggungjawabkan dalam dakwah. Sebagai informasi tambahan, beliau adalah Sekretaris Umum IKA Islamic Center Al-Hidayah (IKA-ICA).

Namun siapa sangka, momen peluncuran buku tersebut adalah akhir hayatnya. Saya juga tidak menyangka. Karena di sebuah grup, pagi hari baru disebarkan flyer kegiatan. Di siang harinya, berita beliau wafat pun disampaikan. Innalillah wa inna ilaihi raji’un.

Wafatnya beliau dalam keadaan sudah menyelesaikan amanahnya sebagai penulis buku tersebut. Buku yang di tahun 2021 beliau sampaikan kepada saya dan akhirnya tunai pada tahun 2025.

Syamsuatir. Nama yang unik. Kata Syam berasal dari Bahasa Arab yang berarti matahari. Maknanya adalah cahaya atau penerang. Bagaimana dengan Atir? Tidak ada artinya secara langsung. Namun jika maksudnya adalah atsir, maka maknanya adalah wangi, mulia, yang terpilih. Maka Syamsuatir, maknanya adalah sosok cahaya penerang yang membawa kebaikan dan kemulian. Dan saya setuju. Karena memang begitulah hidup beliau.

Akhir yang baik, saat beliau sudah menyelesaikan amanah. Semoga Allah mengampuni dosanya, menerima segala amal ibadahnya, dan ditempatkan di surga yang mulia. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *