Berbicara mengenai mengubah respon bukanlah hal yang mudah. Butuh latihan terus menerus. Dan kesempatan untuk latihan itu ada dimana-mana sebenarnya. Misalkan saja pada kejadian yang saya amati siang ini.
Bermula dari sebuah postingan foto yang memberikan pesan :
“Belum mau menutup aurat? Gak apa-apa kok, neraka masih muat”
Kita latihan dulu, apa responmu melihat pesan diatas? Jangan baca kebawah dulu ya. Jawab aja dulu. Dalam hati gak apa-apa.
Membaca dan melihat pesan diatas akan ada berbagai macam respon yang bermunculan. Misalkan saja
Yang belum menutup aurat akan merespon :
“Hai ukhti,kamu beli kavling surga dimana. Kayak udah pasti masuk surga aja”
“Menasehati itu jangan kayak gitu dong. Masa menyakiti gitu”
Yang udah nutup aurat tapi belum sempurna akan merespon :
“Duh menasehatinya perlahan dong. Jangan ngejudge surga neraka”
“Aku harus sempurnain nutup aurat nih. Biar Allah makin sayang”
Yang udah nutup aurat dengan sempurna akan merespon :
“Semoga pesan itu bisa mengingatkan sesama”
“Aku juga dulunya diingatkan seperti itu. Alhamdulillah pikiran terbuka dan hati menerima”
Nah kamu, ada respon lainnya kah?
Terlepas dari pesan apapun yang disampaikan. Apakah berhubungan dengan aurat atau pacaran. Mengenai spiritual atau kehidupan secara universal. Ada kemampuan yang sangat kita butuhkan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Yaitu kemampuan mengatur dan mengubah respon. Banyak dari kita yang terjebak dalam respon yang tidak memberdayakan. Kalau katanya Stephen R. Covey, bukan menjadi reaktif tapi proaktif. Sedikit-sedikit tersinggung, ngambekan dan gak mau ngomong. Duh kok mentalnya kerdil sih. Yang memberdayakan dong. Daripada terus-terusan tersinggung, lebih baik berubah. Yuk naik kelas! 🙂
“Kesalahan besar dalam merespon adalah merespon untuk membalas, bukan memahami dan mencari makna”
Coba deh lebih tenang dan terbuka dalam memahami sebuah pesan dan nasehat. Karena seringkali nasehat itu datang bukan dengan cara baik-baik dan tersurat. Melaikan dengan cara gak enak dan tersirat. Nah tergantung diri ini aja meresponnya gimana. Kalaulah kita manja dan hanya mau menerima pesan dan nasehat yang disampaikan dengan baik-baik saja yaa rugi dong. Gak peka. Sama halnya dengan inspirasi. Kita harus peka dan menangkapnya. Bukan menunggu menerima. Apalagi kalau berbicara soal hidayah. Hidayah itu dicari, bukan dinanti.
“Kita tidak punya kuasa atas apa yang akan kita terima. Tapi kita punya kuasa penuh untuk meresponnya”
Mari lunakkan hati dan membuka pikiran. Kita seringkali tertipu dengan bungkus yang tidak menyenangkan. Karena pada dasarnya kebaikan tidak selalu dibungkus dengan indah. Melainkan juga dengan bungkusan dengan tidak menyenangkan tetapi akan indah di waktunya.
Change your response, change your life!
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Penulis buku tersebar di 5 benua
Founder Passion Writing Academy
0 thoughts on “Mengubah Hidup Lebih Indah dengan Mengubah Respon”