Edisi Intisari Khutbah Jumat : Sakinah Setelah Perjuangan (Hari ke 10 #30DWC)

Hijrah Nabi

Apa hal paling ditunggu dari Sholat Jumat? Yap, kesempatan untuk tidur siang. Eh salah. Maksudnya nutrisi hati pekanan dari khatib.

Ya memang, kebiasaan gak produktif ini seringkali menghantui banyak Muslim saat sholat Jumat. Selain itu juga ada datang telat, mainin hp, dan berbagai kebiasaan lainnya. Padahal persiapan untuk sholat Jumat itulah yang penting dan seharusnya ditunggu. Bukan malam minggu. Setuju?

Di hari ke 10 #30DWC saya akan menulis dari sisi seorang Passion Writer yang harus peka terhadap apa yang dialami. Termasuk sholat Jumat kali ini. Karena saat khatib Jumat memberikan ceramah adalah kesempatan untuk mendapatkan inspirasi tulisan lalu disampaikan ke banyak orang. Tema ini sebenarnya sudah saya tulis di Tips Creative Moslem Community Universitas Ciputra yang ditempel di mushola kampus. Tapi saya akan sampaikan lagi dengan hikmah baru.

Intisari Khutbah Jumat 30 Oktober 2015 (Ustad Mochamad Redza Kusuma)

Apa yang paling sering dicari oleh banyak orang di muka bumi ini? Harta benda? Pasangan idaman? Rumah yang indah? Ya bisa jadi. Akan tetapi memiliki semua hal itu belumlah cukup. Ada satu hal yang pasti akan dicari oleh siapapun. Dan itu adalah “Sakinah”

Sakinah berarti ketenangan, aman, merasa dilindungi. Bahkan dalam pernikahan, selalu dikaitkan dengan kata Sakinah-Mawaddah-Warahmah. Tapi bukan itu yang akan dibahas kali ini.

Disampaikan oleh khatib, di dalam Al-Quran ada sekitar 6 kata sakinah. 1 kata seperti kita ketahui bersama membahas tentang pernikahan di Surah Ar-Rum ayat 21. Sedangkan 5 ayat lagi terletak pada pembahasan tentang peperangan. Beberapa di antaranya ada di Surah Al-Fath ayat 4,18 dan 26.

Dari penempatan ayat ini, khatib menyampaikan bisa kita tarik kesimpulan bahwa Sakinah tidak akan didapatkan jika hanya berada dalam zona nyaman. Hidup datar-datar saja dan tidak ingin melakukan suatu hal baru. Menjadi penonton di saat yang lain berjuang. Jikalau seperti itu, sakinah itu tidak akan didapatkan.

Bagaimana mungkin hati ini bisa tenang jika kita tidak pernah memikirkan tentang ciptaan Allah? Tidak pernah merenungkan apa maksud Allah menciptakan manusia di muka bumi? Bahkan apa maksud Allah sehingga diri ini bisa kuliah di tempat seperti sekarang ini? Pernahkah memikirkan hal tersebut?

“. . . Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan sakinah-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, , . .” (QS At-Taubah :40)

Khatib mengaitkan sakinah ini dengan hari kiamat. Kelak disaat itu bukanlah harta, tahta, ataupun besarnya nama yang akan menjadi senjata. Melainkan amalan kita. Dan kita bisa merenungkan bahwa sesungguhnya jalan menuju sakinah adalah kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk meraih Ridho-nya.

Kembali ke atas bahwa sakinah akan didapat saat kita sudah melakukan perjuangan. Tentu perjuangan ini bukanlah hanya soal perang yang dialami Rasululah SAW ataupun saudara kita di Suriah dan Palestina. Termasuk juga perjuangan hati saat enggan untuk menggunakan hijab syar’i, memutuskan pacar guna menjauhi zina atau bahkan perjuangan untuk bangun pagi untuk sholat subuh berjamaah. Allah pasti akan menghitung itu. Tak perlu diragukan.

Memang saat ini sangat mungkin kita belum layak untuk menempati surga Allah dikarenakan banyaknya dosa yang kita lakukan. Lantas, apakah karena kondisi sekarang ini kita pasrah dan mengatakan “ya aku belum dapat hidayah, masih bandel, masih menikmati masa muda” dan berbagai pembenaran lainnya?

Saya teringat dengan nasehat di Mushola Kampus saat 28 Oktober lalu yang bertepatan dengan Sumpah Pemuda

“Apa yang sudah kamu lakukan untuk bangsa dan negaramu ini”

“Untuk mencapai tujuan besar, setiap harinya secara rutin kamu harus melakukan hal kecil untuk mencapai tujuan besar itu. Jika kamu ingin menjadi penulis berpengaruh, maka setiap hari kamu harus berlatih dan menulis”

Sama halnya untuk mencapai ridho Allah. Pasrah karena belum dapat hidayah bukanlah kebenaran melainkan pembenaran. Yang harus dilakukan adalah melangkah kecil untuk mencapai ridho Allah. Hargai langkah kecil karena itu yang akan membantu kita untuk mencapai tujuan besar. Misalkan saja :

  • “memaksa” diri menggunakan hijab syar’i. Karena hijab syar’i bukan saat sudah baik melainkan saat sudah baligh
  • menghentikan main PES ketika azan isya berkumandang dan segera ke mesjid. Karena sholat berjamaah adalah kewajiban LAKI-LAKI bukan hanya lulusan santri

Ya, langkah kecil yang akan akan menjadi katalis dalam perjalanan menuju Ridho Allah. Insya Allah. Lalu, apa langkah kecil yang akan kita lakukan untuk mencapai Sakinah?

Sebelum menutup, saya menyarankan kamu untuk membaca juga tulisan tentang Ketenangan dalam Kemenangan dari Gerai Dinar

Keep writing, always inspiring!

Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua

Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Yuk invite 76B4BF69/085363949899 dan juga  follow @rezky_rf9

Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *