Hari ini genap sudah seminggu di rumah. Karena belum diputuskannya kapan kembali ke perantauan, agenda, mimpi, dan project kebaikan lain pun harus disusun dan diselesaikan. Tapi dari sekian banyak rencana, salah satu momen yang paling berkesan adalah diskusi dengan Sang Bunda. Bahkan bukan hanya diskusi, tak sedikit saya pun mulai terlibat dalam pengambilan keputusan keluarga.
Seorang mentor pernah berkata dengan makna, “kamu akan dewasa ketika sudah bisa terlibat dalam keputusan keluarga”. Di satu sisi tentu saja ini adalah angin segar. Tapi di satu sisi lain, ini tentu saja bukan penilaian mutlak. Masih banyak PR lain yang harus diselesaikan untuk benar-benar membuktikan “inilah saatnya”.
Keputusan yang dimaksud disini bukan tentang keputusan “inilah saatnya nikah”. Karena memang wacana ini belum disampaikan secara serius kepada Sang Bunda. Entah mungkin di awal tahun 2017. Entahlah.
Diskusi di umur segini bagi seorang anak seharusnya sudah menjadi kebiasaan. Bukan hanya karena seorang anak butuh arahan masa depan. Bukan hanya karena itu. Tapi ada juga masa dimana diskusi itu untuk menyatukan mimpi dan visi. Saya biasa menamakannya menyalaraskan impian. Simpelnya sang anak mau apa, Sang Bunda mau apa. Lalu selaraskan impiannya. Jangan sampai hanya dimenangkan satu sisi. Ini bukan win win solution.
Contoh kasus yang paling mudah ditemui. Sang Bunda ingin anaknya jadi dokter. Tapi sang anak sadar diri kalau kemampuan utamanya bukan di kedokteran. Alhasil dengan dalih “berbakti pada orang tua”, sang anak dirugikan. Dijalani dengan paksaan. Percayalah, itu bukan jalan terbaik. Coba diskusikan baik-baik. Kamu ingin jadi apa, apa alasannya, apa rencana kamu di masa depan. Karena kalau menolak keinginan orang tua tanpa alasan yang jelas, tentu saja akan ditolak mentah-mentah. Di kasus seperti ini, boleh jadi orang tua lebih tahu dibandingkan anaknya.
Saya bukan hanya omong kosong tips sebagai wacana. Tapi memang sudah dilakukan. Sama halnya seperti tips Skripsi Selesai Satu Semester Saja (5S). Kalau saya tak lakukan duluan, tentu kamu tak akan percaya. Nyatanya, saya bisa 5S dan jadikan #SkripsiSolusi. Idealisme skripsi itu nyata bro!
Baca Juga :
Memulai Skripsi dengan IDEAlisme Mencari Solusi
Sedang atau Belum Skripsi, Wajib Baca Ini!
Skripsi? Skripsweet atau Skripshi*?
Nah kembali lagi dengan diskusi dengan orang tua. Terutama pada Sang Bunda. Kapan kamu terakhir kali diskusi dengan Sang Bunda? Memutuskan kuliah? Memutuskan menikah? Atau curhat tentang mantan. Yaelah.
Diskusi tentang keputusan. Ini salah satu diskusi yang paling saya nikmati dengan Sang Bunda. Keputusan untuk memberikan perubahan di Islamic Centre misalkan. Salah satu ikon kabupaten Kampar ini memang sedang mengalami masalah internal. Kezaliman terlembaga ketika masa pemerintahan bupati sebelumnya. Untung saja Bupati Berjubah sudah turun jabatan. Semoga dengan diganti dengan Plt Bupati, benar memberikan perubahan nyata. Hingga kelak Islamic Centre ini bukan hanya jadi ikon saja. Tapi berhasil merangkul umat, bukan malah memukul umat. Bukan hanya milik kelompok jamaah tertentu saja, tapi seluruh jamaah. Implementasi Islam rahmat semesta alam, Serambi Mekah yang nyata adanya. Jamaah yang memenuhi sholat berjamaah, ustadz yang ikhlas dalam berdakwah, dan imam besar yang mampu mendengar aspirasi umat.
Baca Juga :
5 Pesan dan Renungan, dari dan untuk Anak Perantau
Dilema Pemikiran Anak Perantau tentang Pilkada dan Kembali ke Daerah
Perihal ini memang seringkali saya diskusikan dengan beberapa jamaah, ustadz, teman, termasuk Sang Bunda. Seolah pasrah tak tahu bagaimana merubahnya. Pasrah bahwa takmir sudah tutup telinga dan merasa paling tahu penyelesaian umat. Alhasil tak terjadi harmonisasi dan sinergi antara jamaah dan takmir. Yang ada hanyalah merasa paling benar dan merasa tertindas. Sepertinya sudah kebutuhan Islamic Centre belajar banyak dari Masjid Jogokariyan. Salah satu manajemen masjid terbaik di Indonesia.
“Nah gini aja Ma. Daripada kita sebagai jamaah diam saja, tak diperhatikan, dan malah nggak enak hati sendiri, lebih baik kita cari solusinya. Disampaikan pemikiran kita seperti apa. Nanti mama sampaikan semua saran dan masukan, Rezky yang tulis dengan lengkap. Nanti kita sampaikan ke pengurus masjid. Karena gini ma. Perubahan itu kan bukan mutlak keputusan kita. Tapi kita bisa jadi jalan perubahan. Lagipula kan Allah tak tanya kita menang atau kalah, tapi kenapa tidak berjuang.”
Masih ada diskusi lainnya. Seperti kembalinya Sang Bunda ke pemerintahan. Habisnya masa periode dinasti zalim Bupati Berjubah diganti dengan Plt Bupati Sementara, semoga mampu jadi perubahan nyata nan amanah. Masyarakat sedikitnya percaya. Karena Plt Bupati kini, dulunya adalah korban yang dicampakkan karena tak sudi transaksi jabatan.
Sinyal dan harapan ini memunculkan isu baru. Termasuk dipanggilnya Sang Bunda untuk kembali ke pemerintahan. Ya, Sang Bunda juga termasuk korban yang dicampakkan. Tapi ternyata itu bukanlah musibah, melainkan berkah. Bisa lebih fokus beribadah, merawat cucu, dan mendoakan anak-anaknya. Allah sebaik-baik punya rencana. Tapi akankah Sang Bunda kembali? Entahlah.
Diskusi kami memang berisi. Bertambahnya usia juga bertambahnya sinergi dan komunikasi nyata. Mungkin sudah saatnya memperluas sayap kebaikan lebih luas. Misalkan ke keluarga mertua. Jadi, kamu yang disana udah siap?
***
*Tulisan ini juga diposting di rezkyfirmansyah.com. Jika kamu mengakses dari blog, kamu akan menemukan link yang bisa terkait dengan tulisan lainnya. Contohnya skripsi menjadi solusi.
**Foto ini hanya pencitraan. Jangan percaya media. Saya mah hanya supir Sang Bunda. Belum bisa berbakti sepenuhnya seperti perintah nabi “ibumu , ibumu, ibumu”.
**Buku Jomblo, Mantan, dan Masa Depan sudah dibuka pre order. Silahkan pesan di whatsapp 085363949899