“Tipis”
“Kosong”
“Receh”
Kata-kata pendek ini seringkali terlontar belakangan ini. Candaan baru dengan teman ketika pertanyaan tak bisa dijawab. Padahal “hanya” pertanyaan-pertanyaan kecil. Contoh:
“Jadi apa visi hidupmu.”
“Kenapa belum lulus juga?”
“Kapan nikah?”
Lontaran kata tipis, kosong, dan receh juga akan sering muncul ketika nongkrong. Ya nongkrong. Kebiasaan ini pastinya bukan hal yang asing lagi bagi kita. Bahkan nongkrong bisa dikatakan sebagai salah satu peluang besar yang belum digarap dengan maksimal. Peluang besar yang seharusnya bisa menjadi nilai kebermanfaatan yang luas. Peluang besar yang bisa memberikan langkah awal kontribusi besar.
Cangkruk Produktif. Salah satu program kreatif yang pernah saya tuliskan di blog rezkyfirmansyah.com sebelumnya. Program yang mengarahkan agar nongkrong bisa memberikan sesuatu selepas pulang dari nongkrong itu. Bahkan Cangkruk Produktif ini pernah saya jadikan sebagai program terstruktur di organisasai kampus. Memang, dalam pelaksanaannya masih perlu ada perbaikan di sana-sini. Tapi paling tidak sudah bergerak.
Baca Juga :
Mengoptimalkan Budaya Nongkrong Menjadi Kontribusi
CATOR #1 :Cangkruk Produktif, Ubah Nongkrong Sia-Sia Menjadi Bermakna
Semakin saya menjalani dan menikmati hidup, ternyata inspirasi pun semakin banyak hadir. Salah satu bentuk produktif lain dari nongkrong adalah “Diskusi Berisi”.
Diskusi Berisi belum tentu dilakukan saat nongkrong di café bareng teman. Diskusi Berisi sangat mungkin terjadi ketika berdiskusi antara 2 orang menjelang tidur, diskusi antara anak dan ibu, atau bahkan curhat sesama mantan. Bisa jadi. Yang penting diskusi ada isinya.
Bagaimana penerapan diskusi berisi?
Bisa dengan teknik Catch The Memory. Menangkap kenangan di masa lalu yang layak diskusikan di masa kini untuk dijadikan pelajaran di masa depan.
“Kita sudah lama berteman. Seharusnya pembicaraan kita bukan lagi tentang nostalgia lama, tapi berpikir apa selanjutnya?”
Memang tak ada teknis khusus step by stepnya. Kamu bisa melakukan sebebas apapun. Kuncinya sederhana. Setelah diskusi itu, adakah sesuatu yang bisa kamu dapatkan? Jika tidak, maka pantaslah kata “kosong” terucap. 😀
Kosong, tipis, dan receh. Sindiran ini seharusnya bisa jadi lecutan lembut yang menyadarkan kita bahwa seharusnya diskusi itu bisa berisi. Bukan hanya ngalor ngidul kesana kemari tanpa tujuan yang jelas. Dari awalnya mikirin gebetan malah nyasar ke ceritain mantan. Malah gagal move on. Nah.
Lalu kenapa seringkali diskusi itu kosong?
Perhatikan gambar berikut.
Diskusi yang terjadi seringkali kosong karena memang bawaannya kosong. Pikiran tak diisin apa-apa. Lantas pembahasanya itu-itu aja. Sedikit disentil dengan pertanyaan yang butuh”mikir”, malah jawab “hmmmm, nganu.”
Biasakanlah membaca. Agar pikiran tak juga kosong. Isilah pikiran dengan gizi-gizi yang memang dibutuhkan. Bukan malah melahap semua hal yang tidak priototas dalam kebutuhan. Misalkan mahasiswa jurusan keperawatan membaca topik konservasi hutan. Salah? Tak salah. Tapi seberapa efektif kah?
Biasakanlah diskusi berisi, agar hidup semakin berarti.
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Passion Writer
Founder Passion Writing Academy