“Seperti halnya kartu dan sinyal. Begitu pula kekuatan iman. Terkadang sinyalnya kencang menandakan iman yang sedang kuat. Tapi terkadang sinyalnya bisa lemah menandakan iman sedang menurun. Sinyal ini biasanya tergantung lingkungan, sedang dimana dia berada. Tapi ada hal yang tak kalah penting, yaitu kualitas kartu. Kartu disini maksudnya adalah kekuatan dan kualitas diri sendiri. Seberapa kuat dia bisa memancarkan sinyal.”
Pesan pembuka di atas adalah hasil diskusi dengan Mas Brahm kemarin malam. Di malam minggu saya “terpaksa” berangkat dari ITS ke Candi, Sidoarjo. Butuh waktu sekitar 1 jam-an. Belum lagi perjalanan pulang dari Sidoarjo ke kontrakan di daerah Made, Surabaya Barat yang juga menghabiskan waktu sekitar 1 jam. Total 2 jam di perjalanan malam minggu ini.
Perjalanan 2 jam ini sebenarnya ini bukanlah masalah bagi saya. Karena saya menganggap setiap apapun yang terjadi pasti memberikan hikmah dan pelajaran. Something happened with reason. Tinggal diri sendiri aja mau mikir apa tidak. Biasakanlah mikir yang bisa jadi zikir. Begitulah pesan seorang guru.
Perumpamaan kartu dan sinyal itu tidak hanya berlaku pada iman saja. Berlaku juga pada banyak hal, terutama hal yang tak terlihat. Seperti cinta, rasa sayang, visi, mimpi, semangat dan masih banyak lainnya. Tak terlihat, tapi memberikan efek yang kuat.
Tidak terlihat, bukan berarti tidak ada
Saya jadi teringat dengan closing statement saat perkenalan Student Representative Board dengan mahasiswa baru semester ini.
“Tak terlihat bukan berati tidak ada. Seperti halnya perasaan, tak terlihat, tapi tetap ada kan? Begitu pula kami yang sebagai konseptor akan kalah terlihat dibandingkan Student Council yang menjadi eksekutor”
Tapi kali ini saya tak akan membicarakan tentang perasaan yang ujung-ujungnya malah jadi baper. Saya ingin bercerita tentang semangat, visi dan berbagai hal lainnya yang berpengaruh dalam organisasi.
Kartu dan sinyal. Internal dan eksternal. Kartu yang baik dan berkualitas bisa memberikan sinyal yang kencang dimanapun dia berada. Sedangkan kartu yang biasa, memberikan sinyal yang naik turun. Atau bahkan malah sinyal yang selalu “edge”. Perumpamaan manusia begitu. Ada seseorang yang dimanapun dia berada bisa selalu ON FIRE dan memberikan pengaruh positif. Ada juga yang moody, kalau lagi malas ya sudahlah.
Kualitas diri yang selalu ON FIRE bukan serta merta muncul begitu saja. Tentu saja ada input yang harus selalu dimasukkan dalam diri untuk menjadi energi. Bacaan, tontonan, renungan, doa, harapan dan banyak hal lainnya yang selalu positif. Sedangkan diri yang masih moody, bisa jadi kualitas inputnya dipertanyakan. Sudah “memberi makan “apa terhadap diri?
Sebagai seorang pemimpi(n), mengkondisikan situasi TEAM agar stay on the track merupakan sebuah kewajiban. Tak mudah memang. Ditambah lagi mengkondisikan agar tetap selalu ON FIRE. Karena itulah saling belajar dan menguatkan diperlukan. Hal ini sesuai dengan misi kedua dari Student Representative Board, BERTUMBUH dengan peningkatan ILMU dan expert yang dikuasai. Prinsip yang dibutuhkan untuk mencapainya adalah Discovery, Visionary, Totality, dan Competent. Kebutuhan untuk terus belajar termasuk dalam nilai competent. Menjadi pembelajar abadi dengan apapun yang dimiliki. Dengan melihat, menulis, membaca, mendengarkan, mengucapkan, dan melakukan.
Menjadi pembelajar memang tidak mudah. Maka jadikanlah belajar sebagai sebuah kebutuhan dan kebahagiaan. Nikmati prosesnya dan belajarlah dengan cara yang “gue banget”. Hiduplah yang BERMAKNA, BERTUMBUH, dan BERDAMPAK untuk Indonesia lebih baik. Terus belajar dan bertumbuh agar sinyal selalu memancar!
Rezky Firmansyah
Passion Writer
Founder Passion Writing Academy