Catatan Lebaran : Memaknai Minal aidin wal Faidzin

Idul Fitri 1436 H Rezky Firmansyah

Ketika selesai Ramadhan, maka diri disibukkan dengan lebaran. Dimulai dengan broadcast mohon maaf lahir batin, bermaaf-maafan, dengan keluarga dan teman. Cieee yang udah maafkan keluarga dan teman tapi belum sama mantan. Cieee yang manfaatkan momen lebaran untuk balikan sama mantan. Eiyy, jangan. Udah biar dilepaskan. Biarlah kamu dan dia berjalan dalam kebaikan tanpa adanya hubungan bermesra-mesraan. Percaya saja, kalau jodoh pasti dipertemukan.

Nah mari mulai dengan sebuah perenungan sederhana saya selama Ramadhan. Ramadhan kali ini sedikit banyaknya masih saja hal yang dipikirkan. Soal ibadah ataupun karya. Soal mimpi ataupun kontribusi. Soal negara ataupun agama. Dan di awal awal lebaran ini akan sedikit saya tuangkan.

Saya percaya bahwa yang membaca tulisan ini adalah orang yang cerdas dan berpikir. Dari tahun ke tahun kita selalu mengucapkan Minal Aidin Wal Faidzin dan dilanjutkan dengan Mohon maaf lahir dan batin. Mulai dari pejabat dengan spanduk di jalanan atau broadcastan pesan. Seolah olah minal aidin wal faidzin artinya mohon maaf lahir batin. Padahal keliru.

Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kata perkata maka :

Min : termasuk

Al-aidin : orang-orang yang kembali

Wal : dan

Al-faidzin : menang

Jadi dimaknai secara harfiah arti minal aidin wal faidzin adalah “termasuk dari orang orang yang kembali sebagai orang yang menang”. Jadi kalau dimaknai mohon maaf lahir batin maka keliru. Sekali lagi, K-E-L-I-R-U.

Oke tak perlu berdebat. Lebih baik kita memaknai ucapan tersebut dari kacamata yang sedikit berbeda.

Jika hanya kembali ke ibadah harus meningkat itu harus dan sudah kewajiban. Nothing special. Seharusnya motivasi dari ucapan tersebut membekas menjadi sebuah visi yang lebih tinggi.

Saya percaya bahwa mimpi dan visi tertinggi seorang Muslim adalah surga. Ya benar itu adalah visi akhiratnya. Tapi bagaimana dengan dunia? Tentu tidak bijak jika melupakan dunia seutuhnya. Jika boleh saya sarankan, letakkan akhirat di hati dan tangan di dunia. Maka insya Allah apapun yang kita lakukan semata-mata untuk Allah

Kuasari harta, jadi Moslem Billionaire, untuk mengangkat posisi umat terangkat

Kuasai tahta, jadi pemimpin kelas dunia, untuk membentuk peraturan yang bersyariat

Kuasai ilmu, jadi pengajar dan penyampai ilmu, untuk mencerdaskan umat

Tentu baik jika bisa menguasai semua itu. Jika tidak bisa, pilihlah salah satu. Berkaryalah  sesuai posisi dan potensi masing-masing. Mulai sekarang bukan nanti-nanti.

“Tumbuhkan rasa gengsi menjadi orang yang biasa biasa. Karena nanti jika ditanya oleh Allah di akhirat apa kontribusimu untuk umat, mau dijawab apa?” 

Jangan ragu atau malu. Sungguh Allah Maha Tahu dan menguasai segalanya. Mintalah kemampuan kepadanya, Maka engkau akan dimampukan. Ketika niat sudah terucap, maka perjuangkanlah dengan sungguh-sungguh.

Jikalau benar-benar lebaran dan terlanjur mengucapkan minal aidin wal faidzin, maka sudah seharusnya pemaknaannya juga diterapkan. Kembali meraih kemenangan baru. Pun tidak mengucapkan, juga seharusnya kita menjadi pemenang di track-nya masing-masing. Ayolah tumbuhkan gengsi jadi orang orang biasa biasa saja.

Terakhir, dengan kerendahan hati saya meminta dibukaan pintu maaf lahir dan batin serta doa kepada para pembaca agar saya mampu terus istiqomah menulis dan berkarya, terus menginspirasi dan tetap rendah hati.

Keep writing, always inspiring!

Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua

Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Dengan senang hati saya membuka kesempatan. Silahkan invite 76B4BF69/085363949899 dan juga  follow @rezky_rf9

Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *