7 Tips dari Pemegang Rekor MURI “Menulis di Blog selama 3 Tahun Tanpa Jeda” (Hari ke 5 #30DWC)

Bersama Prof Imam Suprayogo

“Peka itu memang dibutuhkan. Bukan hanya soal perasaan, melainkan bagaimana cara mengambil pelajaran.”

Sudah baca tulisan yang lalu? Jika belum baca dulu Apa yang Harus Dilakukan Jika Kehabisan Ide saat Menulis . Jika sudah, ingat kembali apa makna yang ada dari tulisan tersebut. Ingat? Yap, betul. Read more, listen more, write more.

Ada tips yang masih belum saya sampaikan sepenuhnya, yaitu tentang read more. Nah bagaimana jika gak suka membaca? Mari kita mulai dengan 7  Tips dari Pemegang Rekor MURI “Menulis di Blog selama 3 Tahun Tanpa Jeda”.

Beliau adalah Prof DR Imam Suprayogo. Mungkin bagi sebagian kamu kenal siapa beliau. Terutama mahasiswa UIN Malang. Beliau adalah adalah rektor UIN Malang periode 1997-2013. Ya kita semua mungkin bisa menebak seberapa sibuk seorang rektor dalam mengurus persoalan kampus dan lain sebagainya. Tapi bagaimana bisa dengan jadwal yang padat bisa menulis di blog 3 tahun tanpa jeda? (Jika konsisten menulis adalah 8 tahun) Bahkan hingga kini di www.imamsuprayogo.com sudah terkumpul sekitar 2695 artikel!

Pertama, Harus Suka membaca.

Membaca bukan hanya dari buku. Melainkan membaca dari alam. Ingat dengan kisah Rasulullah SAW bukan? Pesan yang pertama kali disampaikan adalah Iqra! Bacalah! Bagaimana mungkin Rasulullah SAW bisa membaca padahal beliau tidak bisa membaca? Juga dengan tanda-tanda yang Allah berikan di dunia ini. Allah memberikan pesan tertulis (Qauliyah) melaui Al-Quran dan pesan tidak tertuliskan (Kauniyah) melalui alam. Selama ini kita hanya mengoptimalkan pesan tertulis Qauliyah. Ayo ngaku?

Membaca buku sangat penting. Tapi membaca bukan hanya dari buku. Termasuk bagaimana caranya saya bisa berjumpa Prof Imam. Awalnya saya diberitahu oleh sahabat di psikologi UIN Malang tentang kiprah beliau setelah sharing kepenulisan di Psychology Learning Community. Dan ternyata, beliau akan mengisi open house LDK UIN Malang keesokan harinya. Karena “membaca” pesan kauniyah tersebut, saya “menyelip” ke acara  open house LDK dan mendengarkan banyak nasehat beliau. Terutama tentang LDK dan menulis.

Jadi kalau sekarang kamu gak suka membaca buku, itu bukan masalah besar. Yang menjadi masalah adalah jika kamu tidak bisa membaca alam. Tapi jika mulai sekarang rutin membaca buku, tentu itu lebih baik. Setuju kan? J

Kedua, Temukan Kelebihan

Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan. Tidak ada yang sempurna. Karena yang sempurna hanya milik Allah semata. Memang ini nasehat yang klasik, akan tetapi seringkali menjadi pembenaran bagi banyak orang untuk tidak berbuat sesuatu dan merendahkan dirinya

“Aduh aku gak punya kelebihan”

Sebenarnya pernyataan seperti itu adalah kekeliruan besar. Bukan tidak punya, akan tetapi tidak tahu. Beda loh ya. Ya jadi solusinya adalah cari tahu. Hei jangan lebay dan manja! Umur udah berapa? Masih pasrah? Cari tahulah apa kelebihanmu. Lalu jadikan itu sebagai kekuatan dan inspirasi dalam menulis. Termasuk Prof Imam mengatakan kelebihannya.

“Kelebihan saya adalah jika tulisan saya dicetak, tidak bisa diangkat oleh mahasiswa dalam sekali angkat”

Sederhana bukan? Tapi itulah yang menjadi kekuatan beliau hingga kini bisa terus menulis.

Ketiga, Menulislah Setelah Sholat Subuh

Salah satu kebiasaan yang paling powerful bagi penulis manapun. Termasuk bagi Prof Imam. Kebiasaan ini bertahan selama 8 tahun tanpa henti.

“Bagaimana jika bapak keluar negeri?”

“Jika ke luar negeri, saya akan menulis di atas pesawat. Di atas pesawat tetap ada sholat subuh kan? Ya itu adalah patokan saya. Tapi ketika sampai di luar negeri yang jaringan wifi-nya sulit diakses seperti Teheran, saya tetap menulis tetapi post sekaligus banyak saat sudah mendapatkan akses”

Sulit bangun untuk sholat subuh? Itu masalah lain. Bagaimana mungkin bisa membangun rumah tangga jika bangun subuh aja susah 😛

Keempat, Miliki Kemauan

“Semua orang mempunyai KEMAMPUAN untuk menulis. Tapi tidak semua orang mempunyai KEMAUAN untuk menulis”

Nah ini dia penting! Apapun yang akan dilakukan jika tidak ada kemauan bagaimana bisa melakukannya? Kemauan itu muncul dari dalam hati. Jika belum muncul, maka paksakanlah untuk ada. Terpaksa, bisa, dan terbiasa. Bagi Prof Imam, beliau mempunyai kemauan dalam hati yang kuat. Mengambil dari pesan beliau, pengajar sekarang banyak menyuruh menulis, sedangkan banyak pengajar tersebut tidak menulis. Padahal pengajar adalah role model bagi yang diajar. Karena Prof Imam adalah seorang pengajar, maka itulah kemauan internalnya.

Jika saja suatu hari dosen menulis, coba deh sindir dengan unik :

“Maaf Pak, bukan saya gak mau menulis. Tapi saya kemarin seharian ke toko buku dan pustaka. Tapi maaf pak, saya kok gak melihat buku bapak”

Naaah!! JLEB banget! Haha. Itulah kenapa pengajar pun harus menulis. Jadi Teacher-writing, inilah yang saya kembangkan di Passion Writing Academy. Karena percayalah ketika seorang pengajar menulis, maka pengajar tersebut akan lebih dihargai oleh yang diajarnya.Tapi jangan jadikan alasan karena dosenmu gak menulis lalu kamu gak menulis loh ya. No excuse!

Kelima, Milki Ikatan

Ikatan disini berarti target. Mau target menulis untuk apa, sampai mana? Ini penting. Sehingga ketika mencapai target tersebut, pasanglah target yang baru. Prof Imam pun memulai dari target yang kecil. Menulis selama 1 bulan, 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun hingga sampai ke 10 tahun. Ya semoga selamanya hingga akhir hayat. Mungkin Pak Imam ikutan #30DWC dulu ya. Hehe. Ohya, kalau kamu belum tahu dan ikutan #30WDC, baca deh disini : Tutorial 30 Days Writing Challenge

Keenam, Menikmati Proses

“Tidak ada namanya hal instan. Selalu ada proses dan perjalanan. Bahkan kopi dan mie instanpun tidak instan. Dan bagi seorang penulis, latihan merupakan sebuah kewajiban”

Ada namanya proses dalam penulisan. Saya pribadi mulai dari 1 kalimat biasa > diari harian dengan perenungan > essay > buku kolaborasi > buku pribadi > hingga menjadi mentor kepenulisan. Ada proses yang memang harus dijalani. Ya hargai proses walaupun kamu hanya menulis 1 kalimat perhari. Itu lebih baik dibandingkan mempunyai target menulis buku best seller tapi alasannya “nanti aja kalau udah ada waktu”

Ketujuh, Miliki Target yang SMART

Nah ini seringkali menjadi kesalahan bagi banyak penulis pemula. Pesan Prof Imam kemarin :

“Kamu kepengen menang dengan orang yang sehari-hari sudah biasa menulis padahal kamu belum latihan”

JLEB banget deh! Nangkep gak? Kita seringkali punya target besar tapi diri ini gak jalan-jalan. Pengen menang dan besar layaknya Andrea Hirata tapi mulai latihan aja gak. Emangnya Andrea Hirata butuh berapa tahun untuk mencapai apa yang dia rasakan sekarang? Gak salah pengen sebesar Andrea Hirata, tapi ya harus mulai dari langkah kecil dong. Contohnya ikutan #30DWC.

Atau bisa juga ikutan bimbingan kepenulisan hingga terbit bersama saya dan Pena Nusantara. Selengkapnya baca aja  Bimbingan Menulis Sampai Terbit

Nah, itu tadi 7 Tips dari Prof DR Imam Suprayogo, pemegang rekor MURI “Menulis di Blog Selama 3 Tahun Tanpa Jeda”. Udah nomor berapa aja yang bisa kamu praktekkan? Jika belum ada, gak masalah, ya mulai dari yang mana aja. Yang jadi masalah kalau gak mulai-mulai.

Sebuah perenungan bagi kita semua, sesibuk apakah diri ini sehingga tidak bisa menulis? Bisakah dibandingkan dengan Prof Imam?

Keep writing, always inspiring!

Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua

Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Yuk invite 76B4BF69/085363949899 dan juga  follow @rezky_rf9

Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *