“Kalaulah karena itu sudah lama saya berhenti berdakwah dan menulis.”
Kalimat itu diucapkan oleh seorang ustadz di dalam mobil yang berbaik hati mengantar saya di suatu tujuan. Nasehat yang masuk akal dan membekas memang. Pertanyaan saya saat itu lebih kurang seperti ini :
“Ustadz, belakangan ini kan banyak kabar negatif yang beredar di Indonesia. Dan kebanyakan itu memang benar. Saya hobi menulis dan berbagi. Tapi melihat berita tersebut terkadang saya malah pesimis dan berpikir apakah usaha saya ini bermanfaat untuk umat”
Pertanyaan yang sederhana memang. Apalagi bagi kita yang masih belum lurus hatinya dalam berbuat sesuatu. Jawaban di atas ditambah lagi dengan pertanyaan yang dibalikkan.
“Kita berbuat untuk siapa? Untuk manusia atau Allah?”
JEDER! Pertanyaannya balik yang seolah-olah menunjukkan inilah jawaban sebenarnya.
Memang, patut diakui kabar-kabar negatif semakin menjadi jadi. Dan tidak sedikit dari kabar itu yang memang fakta. Tapi bukan berarti lantas kita pesimis dan berdiam diri. Sekali lagi, ingatlah pesan diatas tadi. Untuk siapa kita berbuat? Untuk manusia atau untuk Dia yang menciptakan manusia?
Dalam bisnis ada yang namanya start up business. Seharusnya dalam dakwah yang lebih penting juga ada start up dakwah. Menarik?
Terkadang kita pesimis terhadap apa yang kita buat dikarenakan “apakah yang disampaikan tepat sasaran dan membekas”. Ya bisa jadi. Oleh karena itu kita membutuhkan strategi dakwah. Strategi dakwah memang penting. Memikirkan caranya bagaimana agar dakwah mampu menembus semua kalangan dan membekas dihati. Tapi bukan berarti saat kita belum menemukan strategi dakwah yang pas lalu berdiam diri. Terus explore temukan caranya, terus belajar dan berbagi. Dan ingat kembali, untuk siapa kita berbuat?
Bersandar kepada benda akan binasa
Bersandar kepada manusia akan kecewa
Bersandarlah hanya kepada Allah semata
Jika bingung, tanyalah kepada Allah bagaimana solusinya. Baik memang jika kita meminta nasehat kepada guru, ustadz, orang tua atau siapapun yang lebih dibandingkan kita. Tapi seringkali kekeliruan yang kita lakukan adalah,
“Sibuk-sibuk mencari solusi kesana kemari tetapi lupa dengan Dia yang Maha Mengetahui”
Catatan untuk hati kita selama ini. Barangkali ada Tuhan selain dia. Mereka yeng lebih banyak menghabiskan waktu kita. Entah itu seorang yang menggaji, harta, pacar atau bahkan social media.
Berlindung kita dari segala kesibukan dunia yang melalaikan kepada tujuan akhir kita. Mari luruskan juga niat berbuat hanya untuk Allah semata
Ya muqollibal quluub, tsabbit qolbi ‘ala diiniik
(Wahai dzat yang Maha membolak-balikkan hati,teguhkan hatiku diatas agamamu)
Keep writing, always inspiring!