“Lebih baik kasar tapi gak korupsi”
“Lebih baik legalkan wine tapi bisa merakyat”
“Lebih baik merokok tapi bisa kerja”
Akhir-akhir ini sesat pikir “lebih baik“ seperti diatas mulai bermunculan. Masih banyak sebenarnya sesat pikir lain yang gak perlu disampaikan semuanya. Saya percaya kamu tahu kok. Menarik memang bahas hal ini. Dan juga lagi hot topic kan ya. Tapi saya akan membaca topik ini dengan kacamata yang berbeda.
“Hai kamu, iya kamu yang sering bangun malam dan berdiri menghadap Sang Kuasa. Tolong doakan Ibu Pertiwi bernama Indonesia. Hari-hari ini katanya ia sedang kesulitan”
Begitulah chat yang saya baca dari salah satu sahabat di grup whatsapp. Memang benar adanya kalau Indonesia kali ini sedang dalam kesulitan. Banyak masalah yang muncul sehingga baik dan salah pun menjadi abu-abu. Seolah-olah kita berada di titik terendah dan gak ada harapan lagi untuk Indonesia.
Masalah bertambah dengan mulai bermunculan banyak pertanyaan kritis di media. Seperti :
“Hukuman mati gak jadi ya? Sepertinya Indonesia takut. Soalnya Australia punya data rahasia mengenai kecurangan Jokowi di pilpres”
“Di lapangan banyak terjadi unjuk rasa mahasiswa. Tapi kok di media televisi yang banyak bermunculan masalah ISIS sih?”
“Ahok pasti benar nih. Memang DPRD itu bajing*** semuanya. Kan udah dari dulu kayak gitu. Gak papa mulut kasar yang penting anti korupsi #SAVEAHOK”
Bagaimana menjawab banyak pertanyaan diatas? Sekali lagi saya akan melihat dengan kacamata berbeda.
“Yang benar tetap benar. Pembenaran hal yang tidak benar hanyalah pengaburan dari kebenaran”
Mulut kasar adalah hal yang salah. Korupsi juga hal yang salah. Kenapa harus membenarkan lebih baik mulut kasar tapi gak korupsi dibandingkan santun tapi korupsi? Memangnya semua orang yang santun korupsi? Dan apakah memang dapat dipastikan yang kasar itu bersih? Please pahami dengan hati terbuka. Saya bukanlah pendukung ataupun anti Ahok. Jika dia benar maka saya dukung. Jika salah tentu saya kritik. Tapi nyatanya di lapangan banyak sekali pemimpin yang santun, anti korupsi, prestatif, taat agama tapi TIDAK TEREKSPOS MEDIA. Contohnya aja :
Kang Emil Walikota Bandung di akun @ridwankamil
“BDG dapat 3 award dari KPK untuk program anti korupsi terbaik. Hanya tidak banyak diliput media”
“Kami sudah umrohkan warga-warga tidak mampu, hanya tidak untuk jadi berita”
Bu Risma, Walikota Surabaya. 21 Maret 2014 di Unair Convention Center Saat itu saya sedang menghadiri acara Kompas Kampus dan Live Talkshow Rosi.
Saat itu Rosiana Silalahi menyampaikan pertanyaan. Berikut lebih kurang kutipan pertanyaan dan jawaban :
“Bu Risma, katanya ibu trauma dengan twitter netizen ya. Kenapa bu?”
“Dulu saya pernah diikuti sama media saat turun ke lapangan. Tapi bermunculan haters yang mengakatakan ikut-ikutan dan pencitraan. Sejak itu ketika saya kerja gak mau diikuti sama media. Tapi buktinya ada”
Cukup 2 pemimpin diatas sebagai contoh bahwa yang benar tetap benar. Gak perlu pakai pembenaran. Banyak pemimpin hebat yang bekerja nyata untuk Indonesia lebih baik.
“Aku setuju banget sama kamu Ky. Makanya kita harus turun ke lapangan untuk #TurunkanJokowi! Udah muak sama kebohongan dan pembodohan yang dia lakukan”
Ahamdulillah semakin banyak orang yang mulai peduli bahwa Indonesia Hebat bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Tetapi juga kita. Ya siapapun kita. Apakah rakyat jelata ataupun mahasiswa yang katanya generasi penerus bangsa. Aksi #TurunkanJokowi mulai bermunculan. Dan ada juga yang gak turut serta dengan berbagai alasan. Jadi siapa yang benar mereka yang turut serta atau diam?
Secara pribadi saya bukanlah seorang yang turut serta. Ada beberapa alasan. Pertama, gak ada rekan mahasiswa yang ngajak. Karena secara kampus saya gak mikirin soal politik. Kedua, gak dibayar. Ketiga saya memilih jalan lain.
Keliru jika mengatakan aksi demo adalah cara terbaik dan mereka yang tidak turut serta adalah mereka yang apatis dengan bangsa. Karena tiap orang punya pilihan jalan yang berbeda. Ada yang suka kerja dalam diam ada yang bekerja terekspos khalayak ramai. Jadi mana yang paling benar?
“Yang paling benar adalah mereka yang tahu tujuan yang mereka ambil. Mereka yang demo tapi dibayar dan gak tau tujuan tentu salah. Mereka yang diam dan gak melakukan apa-apa, bahkan tidak mendoakan Ibu Pertiwi bernama Indonesia tentu juga salah. Ambil peranmu untuk Indonesia dan perjuangkan itu!”
Nah, saya ada pertanyaan lain :
Tau gak siapa aktivis yang berusaha membuat lingkungan lebih bersih?
Tau gak siapa yang rela mengajar di pedalaman untuk pendidikan yang lebih baik?
Tau gak siapa yang dengan ikhlas melepas “kegengsian” dokter spesialis dan memberikan pelayanan kesehatan di pedalaman?
Sekali lagi, banyak sekali orang hebat yang bekerja untuk Indonesia lebih baik. Hanya saja mereka tidak terekspos media. Mungkin dieskpos media itu penting, tapi bukanlah hal yang terpenting. Karena kita bekerja bukan untuk terkenal kan?
Masih ada harapan untuk Indonesia karena banyak mereka bekerja dalam diam. Keep your HOPE ON! Sandarkan harapan terbesar kepada DIA Yang Menciptakan, bukan dia yang diciptakan. And last, do what we can do For Indonesia!
Keep Writing, Always Inspiring!
Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua
Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Dengan senang hati saya membuka kesempatan. Silahkan invite 76B4BF69/085363949899 dan juga follow @rezky_rf9
Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri
0 thoughts on “Percayalah, Harapan Ibu Pertiwi Masih Ada”