Apa yang wajib dilakukan di akhir periode organisasi? Jadian sesama fungsionaris? Sesekali itu bisa saja terjadi. Tapi yang pasti harus dilakukan adalah regenerasi fungsionaris. Pergantian anggota lama ke anggota baru.
Sebulan sebelum pelantikan, tepatnya 17-19 Maret 2017, SRB UC pun melakukan hal yang sama. LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) fungsionaris baru. 29 orang fungsionaris baru ditambah dengan 19 orang senior yang tidak melanjutkan organisasi pun turut serta dalam program akhir organisasi ini.
Persiapan program LDK ini tentu tidak sebentar. Panitia sudah terbentuk mulai November 2016. Komisi B yang dipimpin Hendry sekaligus berada di bawahnya program LDK menunjuk Kartika sebagai ketua panitia. Tentu penunjukan ini bukan asal pilih. Bukankah di organisasi setiap orang harus belajar? Dan Kartika pun mendapatkan kesempatan emas itu. Belajar memimpin panitia lainnya. Tak mudah memang. Apalagi kepribadiannya yang introvert.
Singkat cerita, hari pertama LDK pun dimulai. Atau mungkin lebih tepatnya pra LDK, sekian jam sebelum LDK. Dimulai dengan agenda pemungutan suara calon presiden baru bersama jajaran rektorat dan BMA (Biro Mahasiswa & Alumni). Saya kebagian sebagai MC saat itu. Deg-degan memang berbicara di depan para rektorat. Ditambah lagi kondisi yang entah kenapa bisa drop di hari yang sama. Yang jelas ini bukan karena terlalu lama sendiri.
Sekitar jam 5 sore perjalanan ke Pasuruan dimulai. Saya memilih duduk di kursi bagian belakang bersama gerombolan lainnya. Tak jauh dari situ ada juga Yusri dan Patricia.
Selama di bus kondisi badan saya semakin tak bersahabat. Panas badan meninggi, hidung meler, badan ikutan nyeri. Snack yang diberikan Claudia di awal perjalanan memang sedikit membantu untuk menggajal perut. Tapi perubahan belum terjadi.
“Siapa ada tisu?”
Pertanyaan ini tak tertahankan lagi. Bukan untuk menghapus air dari mata. Melainkan “air dari hidung” yang semakin meler.
“Ini kak bawa aja dulu”
Tisu dari Patricia menjadi penyelamat saat ini. Tawaran dari Patricia tak sungkan saya terima. Entah karena saya orangnya yang tak sungkanan atau gimana. Yang pasti, thank you Patricia dan tisunya.
Sampai di Pasuruan, badan tetap saja oleng. Diminta bantuan untuk angkat barang, saya hanya bisa seadanya. Untung saja ada Reinhard dengan badan dan energinya yang besar (secara tekstual dan kontekstual) bisa membantu di peran ini. Saya pun segera menuju kamar untuk istirahat sebentar. Apalagi ada sesi malam yang harus saya bawakan.
Passion akan memberikan energi memang bukan mitos. Itu terbukti dengan apa yang terjadi malam ini. Saya bisa membawakan sesi dengan lancar, seolah-olah tak ada sakit. Walaupun memang di awal saya sempat berkata,
“Sebenarnya saya demam. Tapi karena berjumpa kalian saya bisa sembuh.”
Kata eaak eaak pun bermunculan. Wajar memang. Kebiasaan saya mengolah kata terkadang menjadi hiburan tersendiri. Walaupun sesekali juga bisa menjadi jokes yang krik-krik.
Usai sesi, fungsionaris baru dipersilakan istirahat. Sedangkan yang lama masih ada sesi tersendiri. Evaluasi akhir organisasi. Atau biasa kami namakan Heart to Heart. Badan memang masih drop. Tapi itu tak jadi masalah berarti karena ada Yusri dan perlengkapan kesehatannya yang membantu malam ini. Sekitar jam 2 dini hari sesi ini berakhir dengan mewek. Cowok ataupun cewek. Saya, cowok yang tak mewek seolah kehilangan identitas diri.
Baca Juga :
Maaf Aku Nggak Dapat Apa-apa di sini
Ini Organisasi, Bukan Kelas Motivasi
4 Tips yang Bisa Buat Anggota Organisasi Mewek di Akhir Periode
Sekian menit usai sesi ini saya segera menemui kasur untuk istirahat “panjang”. Beberapa fungsionaris memang ada yang tidak tidur. Alasannya sih nanggung tidur sebentar. Alasan ini tak berlaku bagi saya dengan kondisi badan seperti ini. Sedangkan mereka tetap terjaga dengan ditemani Pop Mie, teh hangat dan secangkir kopi. Pasangan yang serasi.
Sekitar jam setengah 5 saya terbangun. Mengajak Yusri dan fungsionaris baru lainnya sholat subuh berjamaah. Usai sholat subuh, Energen dari Hendry menjadi menu pembuka sebelum obat dari Yusri untuk memicu pemulihan. Dan lanjut, tidur lagi. Berharap semoga badan mulai bersahabat.
Tapi ternyata belum. Makan pagi pun dirasa tak enak. Apakah memang menunya yang tidak enak atau karena badan yang tidak enak. Tapi itulah yang saya rasakan. Sesi outbond yang seharusnya saya menjadi PIC pun dengan terpaksa saya kembalikan ke Indah.
“Ndah, aku kayaknya nggak bisa pegang outbond deh. Badanku masih nggak enak.”
“Oh ya nggak apa-apa. Nanti aku sama yang lain bantu.”
Seksi acara yang dipimpin Indah ini benar-benar membantu saat kondisi badan saya seperti ini. Walapun Indah sendiri belum bisa membantu dirinya untuk tidak terlalu lama sendiri. Tapi paling tidak, SRB membantu hidup tak sendiri di akhir status sebagai mahasiswa. Betul Ndah?
Saya pun kembali istirahat berharap badan bersahabat. Tak ada lagi penawaran. Karena sore hingga magrib harus saya yang pimpin acara. Sharing internal sekaligus moderator dalam debat kandidat presiden SRB 2017-2018.
Keyakinan positif ini hasilnya positif. Alhamdulilah kondisi badan mulai bersahabat. Sesi usai siang hari hingga jam 5 pagi pun bisa diikuti tanpa tidur sama sekali. Walaupun ada saja saran untuk tidur dari Retta. Tapi entah kenapa saya bisa bertahan. Nyatanya malah dia yang tidur pas sidang. Yaelah Ret.
Selesai sidang semua pun istirahat setelah begadang semalaman. Termasuk saya juga. Mungkin cuma Yusri yang masih terjaga untuk desain video kenangan acara.
Seperti seharusnya, akhir periode selalu ada kenangan istimewa. Saya yang awalnya datang dengan kondisi sakit, pulang dengan kondisi (lumayan) sehat. Selain karena kasih sayang Allah dan doa ibunda, peran mereka pun turut membantu. Mereka? Ya, SRB baru dan lama yang hadir di LDK kali ini. Baik secara sadar dan tak sadar telah menular penyembuhan.
Terima kasih untuk momen kali ini
“Karena Team-Family organisasi tak bisa hidup sendiri, untuk itulah kita ada di sini”
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Passion Writer