Untukmu Perempuan yang Singgah di Masa Lalu, Terima Kasih atas Pelajaran Ini

Membersihkan sarang laba-laba.

Mungkin itulah kalimat yang paling pas untuk menggambarkan tujuan menulis kali ini. Blog rezkyfirmansyah.com lebih dari 30 hari tidak diisi dengan tulisan baru. Alasannya? Karena menulis 30DWC Jilid 5. Ya, berhenti menulis di blog bukan berarti berhenti menulis di media lainnya kan? Silakan jika ingin menyimak tips Passion Writer dan inspirasi menulis di IG @rezky_passionwriter . Saya juga akan merencanakan ini menjadi bagian dari buku atau ebook nantinya. Semoga.

Mau menulis apa ya?

Hmmm, mungkin topik yang pas untuk diangkat adalah pernikahan. Tapi kenapa pernikahan?

Hal ini tak lepas dari pengalaman pekan lalu. 3 teman satu angkatan saya menikah. Hari Sabtu, Yusri dan Ega menikah di Gresik. Yusri adalah teman satu organisasi di di SRB dan Ega di Moslem Community. Keesokan harinya, Minggu, giliran Achnu dan istrinya, Dian. Pernikahan yang dilaksanakan di Lamongan. Achnu adalah teman satu kontrakan selama 3 tahun. Istimewa.

Menikah sebelum wisuda. Akhirnya mereka mendahului resolusi ngawur saya agar kelak di wisuda ada pendamping halal yang digandeng.

Tentunya ada rasa bangga dan salut atas keberanian mereka untuk menikah. Saya harus akui mereka belum mapan. Tapi insya allah akan menjadi mapan, jutawan, hingga miliarder yang dermawan. Aaamiin.

Komentar yang muncul setelah saya posting foto pernikahan kami (maksudnya saya sebagai tamu undangan) sudah bisa ditebak. Komentar yang tak jauh dari pertanyaan “kamu kapan nyusul?”

Nikahan Yusri & Achnu

Sejujurnya saya pun belum mempunyai jawaban yang pasti atas pertanyaan ini. Setelah gagalnya rencana nikah dengan “mantan calon istri” awal tahun lalu, saya belum berniat untuk menikah (lagi).

Bahasanya ribet ya. Tapi ya itulah nyatanya. Sederhananya begini.

Jadi di awal tahun 2017, saya sudah berniat untuk menikah. Orangnya sudah ada. Sebenarnya kami sudah kenal sejak lama. Ketika SMP lebih tepatnya. Tapi kami kehilangan komunikasi dan menjalani hidup seperti biasa.

Hingga akhirnya dia hadir dengan sosok yang berbeda. Membuat diri ini mengagumi dan bersungguh-sungguh untuk bersatu dalam visi. Tapi nyatanya, semua itu hanya wacana yang tak dilanjutkan dengan aksi nyata. Kami berdiskusi dan akhirnya saling menyetujui untuk tidak melanjutkan proses ini.

Lalu sekarang, sudahkan mencari pengganti?

Entahlah, saya pun tak bisa memberikan jawaban pasti. Saya hanya ingin menemukan kembali STRONG WHY dan motivasi. Tentu saya keliru jika berniat menikah hanya karena manusia. Apalagi jika ingin menikah hanya dengan dia. Keliru. Walaupun pemikiran seperti itu pernah bersemayam di diri.

Tapi ada pelajaran menarik dari episode kehidupan yang saya alami ini. Ketika diri sudah berniat untuk menikah, semesta seolah mendorong tubuh ini untuk bergerak maksimal. Untuk menjemput rezeki, berkarya lebih gigih, hingga ibadah yang lebih khusyuk. Tapi anehnya, ketika kegagalan ini dialami, semangat tak lagi seperti dulu. Maka dari kejadian ini, sungguh ada yang harus diperbaiki. Niat yang harus diluruskan, ikhtiar yang dimaksimalkan, dan doa yang dipanjatkan.

Baca Juga :
Sudahkah Niatmu Menikahi dia Karena “Dia”?
Untukmu yang Ada di Masa Depanku, Apa yang Membuat Kita Bersatu?

Sekali lagi. Kepadamu yang sudah hadir di masa lalu, terima kasih atas episode kehidupan ini. Karena dengan ini saya belajar hal yang belum saya mengerti. Tapi kini, saya mulai mengerti. Karena dirimu. Lebih tepatnya atas izin Allah melalui perantara dirimu. Bukan perantara perempuan lain.

Walaupun dirimu pernah begitu istimewa, tapi Allah hadirkan dirimu bukan sebagai sosok yang harus dimiliki. Melainkan hanya sebagai sosok yang hadir untuk memberikan hikmah bermakna yang belum dirasa sebelumnya.

Terima kasih untuk dirimu yang ada di masa lalu. Semoga kelak di masa depan kita kembali bertemu. Bukan di ikatan suci, tapi kelak di surga milik ilahi. Semoga.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *