Karena Brotherhood Bukan Sekedar Umur

 

Hidup di sekolah asrama pasti mempunyai suka duka. Apalagi sekolah asrama yang menerapkan sistem semi-militer. Tingat senioritas sudah dapat dipastikan tinggi. Termasuk di sekolah yang saya singgahi selama 3 tahun dulu.

Senioritas di satu sisi memang menyenangkan bagi senior dan mungkin saja memberatkan junior. Walaupun beberapa tahun mereka juga akan menjadi senior. Ya roda pasti berputar. Karena dulunya senior juga pernah menjadi junior.

Berbicara mengenai brotherhood disekolah ini, hmmm kompleks sekali. Suka, duka, kecewa, bahagia, atau bahkan cinta terekam semua dalam satu kata bernama generasi. Jika di sekolah lain menggunakan istilah angkatan, di sekolah ini menggunakan istilah generasi. Dan tidak serta merta generasi itu otomatis diterima. Ada proses sekitar 6 bulan pertama sejak menginjak di sekolah  untuk mendapatkan istilah generasi yang katanya sakral. Dan selama 6 bulan itu pula istilah generasi merupakan kata haram bagi siswa baru. Dan bagi senior yang sensitifnya pake banget, tidak jarang muncul kalimat

“Kalian bilang apa? Generasi? Kalian belum bisa dinamakan generasi dek!”

Ya semacam itulah yang muncul. Dan itu berulang seperti roda yang berputar. Ya nikmati sajalah, toh ada hikmahnya.

Tapi ternyata jika kita jalani dengan hati, brotherhood bukan hanya sekedar bagi generasi. Ya memang, bagi kami yang satu generasi pastinya lebih saling mengetahui. Aib, garing atau keDEWAaan masing-masing dari kami tidak perlu saling ditutupi.  Ya semuanya sudah saling mengetahui dan memaklumi.

“Brotherhood bukan sekedar umur. Poin ini akan didapatkan jika kita sudah mampu melihat semuanya dengan kacamata yang lebih jernih. Lebih jauh melihat dari atas, lebih menundukkan kepala dan mencoba lebih rendah hati.”

Sekolah ini sudah berumur 15 tahun lebih. Berarti sudah ada 15 generasi yang lulus. Dan tidak sedikit dari sesama alumni yang tergabung dalam keluarga “Darah Murni”.

Masih  tentang brotherhood bukan sekedar umur. Hubungan lintas generasi seharusnya hal yang bisa dijalani oleh junior dan senior. Hanya terkadang pikiran sempitlah yang membuat para siswa hanya berteman dengan satu generasi. Padahal jika saja hubungan lintas generasi dijadikan kebiasaan, banyak hal yang bisa didapatkan. Contohnya saja ketika kakak kelas berhasil jadian sama adek kelas. Ya ini sering terjadi walaupun tidak saya alami. Nah istilah darah murni yang tadi asal muasalnya dari ini. Ketika sesama alumni menjalin ikatan suci, itulah namanya darah murni.

Selain hubungan saling suka ada satu lagi yang menarik, yaitu bully. Mungkin bisa langsung ditebak istilah bully disini adalah ketika senior membully junior. Benar? Tapi itu keliru. Walaupun frekuensinya berbeda, tidak jarang junior mampu membully senior. Misalkan saja bagi beberapa junior yang akhir-akhir ini aktif. Entah apa pasal sehingga dia “berani-berani”nya membully senior. Mungkin karena sekedar pengen eksis, mencoba untuk modus, atau karena kalah persaingan mendapatkan darah murni. Nah alasan terakhir menarik dibahas. Ohya, luruskan dulu makna bully disini bahwa konotasinya bukan negatif melainkan brotherhood.

Saya adalah generasi 12. Jadi selama bersekolah saya adalah junior dari generasi 10 dan 11 serta senior dari generasi 13 dan 14. Karena kebetulan saja pernah mendapatkan posisi strategis maka saya cukup dekat dengan junior. Pasalnya hanya saya perwaklian dari generasi 12 yang pernah menge-MOS generasi 13 dan 14. Dan sayangnya, 2 tahun sebagai kakak MOS tidak pernah dapat gebetan. Nah ini dia namanya prestasi. Prestasi menjaga hati*curhat.

Walaupun dari generasi 12, saya bisa mengenal atau bahkan dikenal hingga generasi 15,16, dan 17. Kenapa? Karena saya sering ke sekolah menjadi kompor bagi para junior dengan kalimat yang memuat :

“Kamu dilahirkan istimewa dengan potensi masing-masing. Jadi kalau nilai eksak kamu rendah jangan sedih. Cari keunggulannmu dan berprestasilah disana. Karena gak semua dari kalian yang akan menjadi saintis”

Nah karena mengenal dan dikenal inilah yang menjadi permasalahan utama bagi beberapa junior yang tadi. Ada dari mereka yang anggap saya modus-modusan dengan siswa. Padahal biasa aja. Mungkin karena “ladang” mereka diambil jadilah mulai mereka melakukan konspirasi untuk membully. Hmmm, alasan yang masuk akal sebenarnya bagi mereka. Tapi nyatanya sampai sekarang, tidak ada junior yang jadi dengan saya. Jadi sedikit banyaknya mereka bisa bersyukur belum kalah saing.

Ya kalau kalian mau bersaing, bersainglah dengan sehat. Jangan malah melakukan konspirasi bersama untuk membully senior. Toh kalau jodoh pasti bertemu kan? 😛

***

Mungkin ada saja dari pembaca yang salah paham dengan tulisan ini. Ya memang kalau gak update kabar berita terbaru gagal paham sangat mudah terjadi. Ini bukan tulisan balas dendam ataupun kekesalan. Ini adalah tulisan refleksi tentang judul diatas, brotherhood buka cuma sekedar umur.

Tulisan ini mengingatkan untuk saya dan kita semua untuk belajar lebih terbuka dan rendah hati. Bukan berarti karena umur yang lebih tua berarti senior yang paling benar. Tradisi inilah harus diputus. Junior dan senior itu layaknya roda yang berputar. Tidak akan selamanya diatas ataupun dibawah. Jadi terbukalah dan lihatlah dunia yang lebih indah. Setuju?

Keep writing, always inspiring!

Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua

Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Dengan senang hati saya membuka kesempatan. Silahkan invite 76B4BF69/085363949899 dan juga  follow @rezky_rf9

Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *