Iri. 1 kata yang mempunyai 3 huruf. Singkat memang. Tapi jika salah pemaknaan, habislah sudah. Iri memang penyakit hati yang sulit untuk diobati. Melihat orang lain senang, kita yang susah. Eh melihat orang susah kita yang senang. Ya perumpamaan sederhananya ya seperti itu.
Mungkin selama ini kita menganggap bahwa iri hati adalah suatu hal yang tidak baik. Memang benar. Tapi selama ini hidup dan memaknai tentang iri hati, saya memiliki hukum yang berubah-ubah sesuai kondisi. Ada yang hukumnya boleh, gak boleh, dan terserah kamu. Heh? Terserah kamu? Iya terserah kamu. Maksudnya? Iya coba deh, mari kita bahas satu persatu.
Iri yang Tidak Boleh
Seperti yang sudah dijelaskan tadi. Orang lain senang, kita yang susah. Orang lain susah, kita yang senang. Hmmm, mungkin untuk memudahkan mengingat dengan SMS aja deh. Senang Melihat Susah, Susah Melihat Senang. Misalkan :
- Tetangga beli mobil baru tapi kita baru punya motor lalu hati gak enakan
- Keluarga teman ada yang keluarganya meninggal lalu kita senang
- Teman juara lomba kompetisi, lalu kita harapkan dia gagal tahun depan
Ada tambahan mungkin?
Ya mungkin perumpaan ini sudah awam bagi kita semua. Gak perlu dijelaskan lagi. Asalkan ada unsur perasaan ingin kebaikan yang diterima orang lain hilang ataupun bahagia di kala kesusahan. Jauhi iri jenis ini.
Iri yang Boleh
Saya selalu beranggapan bahwa iri itu tidak baik. Hukumnya gak boleh dalam hal apapun. Tapi anggapan itu berubah setelah saya mendapatkan nasehat yang masuk banget ke hati :
Tidak ada iri hari kecuali dalam dua perkara. (Yaitu) orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia belanjakan pada sasaran yang benar. Dan orang yang dikaruniai ilmu dan kebijaksanaan lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya (H.R Al Bukhari)
Ada dua perkara yang dijelaskan secara tertulis dari hadist diatas. Memiliki harta lalu bersedekah, dan memiliki ilmu lalu diamalkan serta diajarkan. Mungkin jika lebih disederhanakan adalah iri dalam ibadah. Ya tentu tanpa mengandung unsur ingin dipuji oleh orang lain ataupun unsur berharap orang lain ibadahnya berkurang lalu merasa menang setelah mengalahkan mereka. Gak enak dong. Kasihan kalau hanya kita yang beribadah banyak. Bersainglah dalam kompetisi yang baik agar Allah makin cinta kepada kita layaknya Umar bin Khattab kepada Abu Bakar Sidiq.
Iri yang Hukumnya Terserah Kamu
Kategori ini sedikit ngawur. Karena saya pribadi masih memilih dan belajar untuk “masa bodoh” dan tidak menghiraukan orang lain. Yang penting diri ini berbuat baik dan mereka berbuat baik. Kalau mereka lupa yuk kita ingatkan. Yang penting jangan mengharapkan orang lain jatuh. Misalkan :
- Orang lain juara kompetisi lalu kita iri
- Orang lain udah sukses muda duluan lalu kita iri
- Orang lain dapat gebetan yang mantan kita lalu iri
Untuk pembahasan nomor 1 dan 2, mungkin ada yang beranggapan, “tapi itu kan irinya baik. Memotivasi kita untuk berprestasi”. Ya mungkin bisa jadi. Tapi saya pribadi berusaha untuk menjauhi itu. Karena kita tidak akan pernah tahu sepenuhnya apakah iri yang kita miliki itu seperti kurma ataupun manggis. Seperti kurma, luarnya jelek tapi dalamnya baik dan penuh hikmah. Iri hukum dasarnya gak baik tapi tujuan kita untuk membuat diri lebih baik. Ataupun kesemek, luarnya jelek dalamnya asam tapi tetap disukai. Iri hukum dasarnya gak baik tapi tujuan kita untuk membuat diri lebih baik, sayangnya ada unsur ingin kebaikan orang lain hilang. Kita gak akan pernah tahu apa isi hati.
Tapi berbeda untuk contoh nomor 3. Untuk hal tersebut ya terserah kamu ingin iri ataupun tidak. Karena gebetanmu belum tentu jadi jodohmu. Pun mantanmu belum tentu menutup kemungkinan untuk bertemu lagi sebagai jodohmu. Karena jodoh itu adalah ketika visiku dan visimu bersatu dalam ikatan yang halal. Ehem
***
Nah seperti itulah 3 hukum iri dari pandangan saya pribadi. Tak perlu jadikan ini sebagai usulan untuk Fatwa ke MUI ataupun jadi patokan yang tidak dapat diubah lagi. Ini hanya berdasarkan dari renungan pribadi. Bahwa sesungguhnya setiap orang punya sidik jari kesuksesannya masing-masing. Punya jalannya masing-masing dan tidak akan sama persis. Tugas kita bukanlah iri untuk menjatuhkan ataupun terlalu banyak memikirkan orang lain. Tetapi saling bersinergi untuk kehidupan dan kontribusi yang lebih baik.
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua
Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Yuk invite 76B4BF69/085363949899 dan juga follow @rezky_rf9
Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri