“Aku merasa di sini bukan seperti organisasi, tapi kelas motivasi.”
Ungkapan pemikiran sekaligus perasaan ini disampaikan oleh Nabila, ketua Komisi C saat sesi heart to heart Student Representative Board. Tak salah memang pemikiran seperti itu muncul. Karena saya pun memang membawakan organisasi ini dengan hal yang berbeda. Bukan cara biasa.
Apakah saya orang yang aktif dan suka berorganisasi? Kalau saya nilai secara pribadi sih lumayan. Walaupun ada juga dari mereka (atau mungkin kamu) yang lebih aktif dibandingkan saya sendiri. Berbagai komunitas dan organisasi dalam 1 periode. Mungkin ada yang sibuk dengan BEM, organisasi internasional, komunitas hobi, atau kumpulan senasib seperti jomblo gagal move on.
Satu prinsip yang saya tanamkan dalam organisasi adalah tak boleh sia-sia memaknai masa organisasinya. Walaupun dulunya saya pernah merasa sia-sia, tak dianggap, atau hanya numpang nama di Student Union. Istilah di kampus lain biasanya adalah hima. Hal itu terjadi ketika saya semester 1 pertengahan hingga selama 1 periode ke depan. Entahlah apakah saya yang terlalu naif atau memang seperti itu kenyataannya. Atau mungkin karena merasa lingkungan organisasi yang belum sesuai atau memang ada juga yang lain merasakan. Entahlah.
Baca Juga :
CATOR #15 : Maaf, Aku Nggak Dapatkan Apa-Apa Disini
Saya tak ingin pengalaman di masa lalu ini terulang lagi di masa depan. Perlahan saya realisasikan saat menjadi pemimpi(n) di Student Representative Board. Di awal pemiiihan yang saya sampaikan adalah visi dan misi. Mungkin hal ini adalah hal biasa dan wajib. Tak istimewa. Tapi pernahkah kita memaknai, sejauh apa visi itu terealisasi dalam kehidupan nyata dan tertanam dalam hati?
Organisasi pada umumnya pasti punya visi misi. Termasuk di dalamnya program kerja dan seterusnya. Hal itu pasti ada. Tapi yang seringkali terabaikan adalah budaya organisasi. Apa yang kamu dapatkan, rasakan, dan lakukan di organisasi.
Saya merasa bahwa saya bukanlah sosok kebapakan yang bisa mengayomi seluruh anggota dengan sekali rangkulan tangan. Saya pun bukan sosok yang bisa mewek di akhir periode atau perpisahan karena berbagai kenangan yang indah. Saya sadar hal itu. Dan karena kesadaran itu pula saya tahu harus kemana dan melakukan apa.
Baca Juga :
4 Tips yang Bisa Membuat Anggota Organisasi Mewek di Akhir Periode
Organisasi bukan kelas motivasi tidak sepenuhnya salah. Memang di organisasi adalah tempat dimana sekelompok orang bekerja dengan landasan dan program kerja tertentu. Tapi yang seringkali terlupakan adalah pengembangan diri.
“Organisasi adalah tempat berkontribusi dan tak lupa mengembangkan diri” – Rezky Firmansyah
Visi adalah arah. Layaknya kapal, kesanalah organisasi akan berlayar. Hal inilah yang tertanamkan dalam Student Representative Board. Umumnya orang melihat saya adalah orang yang sibuk. Bagi sebagian orang tertentu melihat saya santai-santai saja seperti tak ada pekerjaaan dalam organisasi. Tak ada salahnya. Tergantung kacamata melihat seperti apa. Dan seperti kapal tadi, pemimpi(n) adalah seperti nahkoda. Dialah yang menentukan arah kemana berlayar. Bertanggung jawab dengan apa yang dikerjakan. Terlihat eksis tapi bebannya berat. Untuk itulah saya terus mencoba untuk memaknai setiap kejadian agar bisa selalu bahagia dan nyaman. Ya seperti menulis Catatan Organisasi. Menghubungkan passion dengan organisasi. Alhamdulillah, terhitung hingga tulisan ini dipublikasikan sudah ada 16 tulisan tentang Catatan Organisasi.
Baca Juga :
Sebagai Orang yang Sibuk dengan Organisasi, Berikut adalah 3 Alasan Kenapa Kamu Harus Menulis CATOR
Kembali lagi ke nahkoda dan kapal. Anggota tim sebagai penumpang kapal, dengan beraneka ragam posisi dan pekerjaan akan saling melengkapi satu sama lain. Ada yang terlihat eksis, ada yang seolah-olah tak melakukan apa-apa. Tapi itulah tuntuan pekerjaan. Memang ada yang dituntut eksis dan ada yang lebih nyaman di belakang layar. Intinya semua bekerja dengan bagian masing-masing.
Hal ini pun terlihat dalam pelatihan internal dari Komisi D kemarin. Bertanggung jawab di wilayah internal dan eksternal, komisi D melakukan pelatihan internal bekerjasama dengan kemahasiswaan. Dengan topik mengenali diri menggunakan menggunakan metode Style Profile Audit dari Susan Gilmore.
Penelitian sekaligus tes ini akan membagi manusia menjadi 4 tipe. Penyelaras, penganalisis, pelopor, dan penggagas. Memang ada sedikit persamaan dengan Personality Test yang juga membagi manusia menjadi 4 tipe. Sanguinis, koleris, phlegmatis, dan melankolis. Tapi tetap berbeda. Tidak ada tipe penggagas di Personality Test.
Alhasil, pelatihan internal ini membantu kami untuk mengenali diri dan orang lain. Kami jadi tahu siapa yang penyelaras, penganalisis, pelopor, dan penggagas. Tentu saja hal ini memudahkan kami untuk melakukan pendekatan yang tepat seperti apa dalam bekerja dan berkarya dalam satu organisasi. Jadi diharapkan tak ada salah pendekatan. Alih-alih malah jadi gagal jadian*loh.
Saya sendiri adalah tipe penggagas (idealis). Sosok seperti ini kelemahannya adalah “lumpuh”, tidak bisa bekerja sendiri. Untuk itulah saya seringkali membawakan pesan “aku butuh kamu untuk menjadi kita”. Aciela.
Kembali lagi dengan visi. Masih ingat? Dengan melakukan pelatihan internal ini, kami pun bertumbuh untuk mencapai visi tadi. Menjadi badan perwakilan mahasiswa yang bermakna, bertumbuh, dan berdampak untu Universitas Ciputra dan Indonesia lebih baik. Dan langkah ini adalah implementasi dari nilai BERTUMBUH yang diusung di visi utama. Strategi mengenali diri dalam prinsip discovery. Cukup panjang penjelasannya memang. Tapi bisa diakses di bit.ly/GrandDesignSRB
Sebagai kesimpulan, bahwa organisasi memang bukan kelas motivasi. Tapi di organisasi seseorang bukan hanya dituntut untuk berkontribusi, tapi juga bisa mengembangkan diri lebih bermakna, bertumbuh, dan berdampak.
Nah kamu, apa yang kamu maknai di organisasi?
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Passion Writer
Founder Passion Writing Academy