Ramadhan sebentar lagi. Banyak orang mulai berlari. Baik dalam beramal, berkarya, maupun menjemput rezeki. Bagi penulis, Ramadhan kali ini bisa jadi kesempatan untuk latihan menulis loh. Kesempatan seperti apa? Yuk lanjutkan membaca.
Setelah berhasil melakukan berbagai program kreatif untuk membantu lebih banyak penulis, di Ramadhan kali ini Passion Writing Academy akan meluncurkan program baru Daiwriting versi 1.0.
Daiwriting adalah kreatif program dari Passion Writing Academy untuk para pejuang kebaikan untuk berbagi kebaikan bukan hanya melalui mimbar tapi juga lembar. Bukan hanya melalui lisan, tapi juga tulisan. Bukan hanya berhenti di tahap konvensional, tapi juga profesional.
Lalu mulainya seperti apa?
Kita semua tahu bahwa bulan Ramadhan adalah bulan dimana pahala akan dilipatkgandakan berkali-kali lipat. Berapa kali lipat? Yang jelas lebih banyak dibandingkan lapisan Beng-Beng. Jadi sudah sewajarnya dong kesempatan ini dimanfaatkan. Berikut beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk memulai program Daiwriting versi 1.0.
- Muhasabah dengan Catatan Harian
Muhasabah akar katanya adalah hisab, yang arti sederhananya perhitungan. Menghitung amal dan dosa. Layaknya Ali bin Abi Thalib berkata :
“Hisablah dirimu sebelum Allah menghisabmu”
Bermuhasabah dengan renungan itu baik. Akan lebih baik jika ditambahkan dengan aktivitas menulis. Karena dengan menuangkan perasaan dan renungan melalui tulisan akan mampu menurutkan tingkat depresi dan stress. Menurut sebuah penilitian yang dilakukan oleh James Pennebaker, menuangkan perasaan (self disclosure) dalam tulisan akan membantu untuk melepaskan emosi dan menjadikan diri lebih bijak. Bahkan menulis dalam diary mampu meningkatkan kekebalan tubuh dibandingkan yang tidak.
Tulisan ini sudah pernah saya bahas di postingan yang berjudul “Menulis Catatan Pagi dan Refleksi Diri”
- Menuangkan Ilmu dengan Mencatat
Bagi sebagian orang, mereka menolak untuk menulis dengan alasan :
“Afwna akhi, ilmu ana belum mumpuni dibandingkan para guru”
Saya berpikir keras untuk mengatasi komentar yang sungguh “rendah hati” ini. Lalu saya menemukan tulisan menarik dari buku #NasihatDiri Untuk Para Pekerja karya Teddi Prasetya Yuliawan.
“Pada titik itulah saya pun memutuskan pada satu saat, bahwa saya menulis untuk mencatat. Buku saya adalah catatan pembelajaran. Lalu mengapa dipublikasikan? Tulisan layaknya catatan belajar. Ia pasti mengandung ketidaklengkapan dan kekeliruan. Terpublikasikannya ia pada media digital maupun buku memungkinkan banyak orang yang lebih tahu celah-celah kesalahan untuk memberikan masukan dengan mudah. Menuliskan pembelajaran menjadikan setitik ilmu yang saya pahami menjadi eksplisit, sehingga mudah dikenali kekeliruannya. Jika tak saya tulis, saya akan kesulitan mengenali lubang-lubang itu.”
- Mencatat Kembali Isi Kajian
Di Ramadhan jadwal kajian keislaman meningkat tajam. Sadar akan kesempatan pahala yang dilipatgandakan, momen itupun dimanfaatkan. Pertanyaannya sekarang, apakah kita tergolong yang memanfaatkan atau mengabaikan?
1 bulan penuh setiap selesai Isya, biasanya setiap mesjid memberikan kajian singkat menjelang sholat tarawih. Durasinya sekitat 10-20 menit. Belum lagi jika ditambah dengan kajian setelah sholat subuh. Bagi sebagian mesjid sadar akan kesempatan ini. Bahkan masih ada lagi kajian setelah sholat zuhur ataupun tabligh akbar lainnya. Wah, pokoknya bertebaran banget deh kesempatan menuntut ilmu.
Mengingat kesempatan yang luas dalam menuntut ilmu ini, ada sebuah renungan yang menohok :
“Dulu ilmu sulit ditemui tapi begitu dihargai. Kini ilmu mudah ditemui tapi terabaikan”
Astaghfirullahaladzim. Semoga kita tergolong orang yang menghargai ilmu. Dari puluhan bahkan ratusan kesempatan duduk di majelis ilmu, paling tidak targetkan diri ini untuk duduk dan menerima ilmu minimal 28/29 kali. One Day One Kajian (ODOK). Setiap menjelang tarawih. Jika nilai standar tak mencukupi, subsidi dengan kajian lainnya. Lalu dengan kajian yang diterima, dicatat kembali untuk dibagikan ke banyak orang. Insya Allah menjadi amal jariah.
- Menulis Bersama Komunitas Kebaikan
Kebaikan yang berjamaah akan lebih berdaya dibandingkan kebaikan yang sendirian. Memang hal ini benar adanya. Lingkungan yang mendukung sangat berpengaruh untuk produktivitas. Baik bagi penulis pemula ataupun yang sudah memulai cukup lama.
Selain mencatat kembali isi kajian lalu dipublikasikan, menulis bersama komunitas kebaikan bisa jadi amalan tambahan yang berdampak lebih luas. Bisa bersama komunitas kajian, Lembaga Dakwah Kampus, anggota grup whatsapp, alumni kegiatan tertentu ataupun berbagai komunitas kebaikan lainnya.
- Memulai Buku Pribadi
Selain tips diatas, Ramadhan juga termasuk salah satu kesempatan untuk memulai naskah pribadi. Niatkan menulis untuk ibadah, insya Allah akan dipermudah dan bernilai berkah. Saya teringat dengan salah satu pesan dari seorang sahabat di program 30DWC dan 40DMO.
“Jadi penulis kudu mental LILLAH. Kudu paham bahwa pembaca utama tulisan kita adalah Allah. Bahkan Dia sudah baca dari sebelum kita selesaikan tulisanitu. Jadi tak perlu takut. Setiap tulisan ada penikmatnya” (Fikri Kembar)
***
Nah jadi itu tadi 5 Tips Latihan Menulis di Bulan Ramadhan ala Daiwriting. Selain itu, saya juga kepikiran untuk buat event Ngabuburit Ngobrol Nulis. Lokasinya di Surabaya, menjelang saya kembali ke kampung halaman di akhir bulan. Kamu punya Creative Amalan Ramadhan lainnya? Silahkan komentar dibawah ya. Semoga bisa berkolaborasi. Atau juga bisa langsung ngobrol via whatsapp ke 085363949899.
Ohya juga ada bonus tambahan nih dari grup sebelah. Jurnal Ramadhan ukuran A5 free untuk siap cetak. Silahkan download disini.
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Penulis Buku Tersebar di 5 Benua
Founder Passion Writing Academy
Terima kasih banyak pak…
Ada banyak ilmu yang saya dapatkan di sini untuk terus semangat dalam menulis
Kadang, pengaruh untuk tidak berani share sebuah tulisan karena blum cukup ilmu, sempat muncul. Tapi dari sini saya punya banyak pelajaran untuk diambil.
^_^
Halo Mbak Rohmah. Terima kasih sudah berkunjung.
Ayo beranikan diri untuk menulis dan berbagi yaa. Semangat!