“Apa yang bisa saya ubah atau tambahkan dari benda ini, sehingga kegunaannya dan nilainya bisa meningkat?” – Yoris Sebastian
Setelah 100 hari lebih menulis tanpa henti, saya berencana untuk berhenti. Paling tidak ada 3 alasan kuat untuk memutuskan hal tersebut. Tapi kali ini saya menunda rencana itu. Why?
Begini. Ada pola yang sudah terbentuk secara otomatis dalam pikiran manusia apabila sudah melakukan suatu hal secara terus-menerus. Ada yang mengatakan 21 hari, 30 hari, 40 hari, dan seterusnya. Terserah memilih angka. Sehingga apabila sudah mencapai titik tersebut, pola tersebut akan mengakar dalam pikiran. Bahkan tanpa dipaksa pun pikiran akan secara rela melanjutkan pola tersebut.
Ambil saja contoh sederhana. Pola yang biasanya terbentuk di masa-masa kuliah. Bangun sebelum subuh lalu setelah sholat tidur lagi. Pernah terjebak dalam pola ini? Saya pun pernah mengalami hal yang sama. Pada awalnya mungkin sedikit “terpaksa” untuk melakukan pola yang tidak produktif ini. Akan tetapi perlahan pikiran akan merasa nyaman dan terus melakukannya. Nah ini contoh yang negatif.
Bagaimana dengan contoh yang produktif? Saya pun juga mengalaminya. Tepat seperti apa yang saya lakukan dalam 100 hari belakangan. Bermula dari #30DWC, saya pun iseng untuk terus melanjutkannya. Sampai kapan sih bisa bertahan? Dan alhasil bisa bertahan hingga kini. Bahkan ketika ingin “berhenti”, pikiran dan hati merasa tidak nyaman dengan keputusan tersebut.
Baca juga : Akhirnya Ditemukan! Inilah 3 Rumus Sederhana Menyelesaikan 100 Hari Tantangan Menulis Tanpa Henti
Tapi mengapa sampai sekarang saya belum berhenti? Pola. Pola yang memaksa saya untuk terus menulis. Inspirasi selalu datang dari manapun. Seolah-olah semesta menyuapkan “inilah yang harus kamu tulis hari ini.”
Menarik. Hari ini, semesta menyuapkan saya inspirasi menarik dari metagraf.co. Tulisan dari Muhammad Adil Setyanto Suhodo dengan judul Merekayasa Ide Menjadi Inovasi. Tulisan ini membahas tentang buku Biang Inovasi dari Yoris Sebastian. Di dalam buku tersebut menjelaskan ada tiga jenis inovasi :
- Product Innovation : Menambahkan nilai guna dari produk yang sudah ada.
- Process Innovation : Mengenalkan metode yang lebih efisien dan efektif dalam melakukan suatu pekerjaan
- Quality Inovation : Meningkatkan kualitas dari produk atau jasa
Dari 3 hal ini, tentu banyak contoh yang bisa kita terapkan dalam kehidupan. Agar lebih mudah memahami, saya akan “membumikan konsep” dari 3 jenis inovasi tersebut. Sebagai Passion Writer, saya akan mengambil contoh di kepenulisan.
Product Innovation
Mengubah tulisan dari penyampaian informasi mentah menjadi solusi praktis. Misalkan di situs berita hanya berupa menyampaikan data. Di blog pribadi ataupun sebagai content writer, kita bisa mengubah berbagai informasi dan data tersebut menjad opini dan solusi praktis.
Process Innovation
Kenali dahulu apa masalah dalam kepenulisan. Lalu temukan metode efektif dan efisien dalam menyelesaikan masalah tersebut. Salah satunya adalah kesulitan dalam membangun kebiasaan menulis. Di Passion Writing Academy, saya membuat creative program #30DWC sebagai solusi untuk membangun kebiasaan menulis.
Quality Innovation
Meningkatkan cara penulisan dari kaku dan formal menjadi lebih santai. Hal ini dapat dilihat dari penulisnya sendiri. Dikarenakan faktor lingkungan yang “akademis”, cara penyampaiannya pun “sulit dimengerti”. Sehingga dibutuhkan peningkatan kualitas dan “membumikan tulisan” sehingga siapapun bisa mengerti.
Nah itu tadi 3 inovasi yang bisa kamu lakukan dalam menulis secara khusus, dan kehidupan secara umum. Teruslah mencari dan menggali, lalu berinovasilah untuk menjadikannya solusi.
*NB : #30DWC akan saya mulai tanggal 15 Februari. Untuk lebih jelasnya kamu bisa membaca di Tutorial #30DWC. Segera amankan namamu di grup dengan format Nama – Domisili – Aktivitas – Alasan ikut #30DWC lalu kirim ke whatsapp 085363949899
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Penulis buku tersebar di 5 benua
Founder Passion Writing Academy