Salah satu kalimat yang saya benci :
Berkali-kali saya mendengar kalimat serupa atau yang bermakna sama. Entah apa alasannya. Saya tidak percaya kalau seorang manusia memang tidak bisa melakukan apa-apa. Mungkin alasan yang paling masuk akal adalah, dia belum tahu caranya berkontribusi. Atau masih apatis bahkan pesimis untuk melakukan sebuah perubahan. Atau yang (semoga tidak) lebih miris, dia kehilangan keyakinan untuk percaya DIA. Oke mari kita bahas satu persatu. Dimulai dari yang terakhir.
Alasan pertama, kehilangan keyakinan untuk percaya DIA
Saya percaya, ini adalah salah satu alasan paling mendasar dari segala masalah. Apapun agamanya, seseorang yang sudah kehilangan keyakinan kepada sosok TUHAN akan mudah rapuh. Atau mungkin benar pemikiran seorang bijak :
“Semakin tinggi penguasaan teknologi maka semakin rendah tingkat tawakkal”
Barangkali ini benar. Coba kita periksa kembali diri masing-masing. Apa yang dilakukan ketika gagal. Mengubah ikhtiar atau istighfar? Sangat wajar sebenarnya jika manusia merubah ikhitiar ketika gagal. Tetapi sungguh tidak bijak jika mati-matian berikhtiar tapi melupakan porsi tawakkal yang seharusnya dilakukan. Tapi ingat loh, tawakkal bukan berarti pasrah. Penting nih. Jangan keliru. Do the best, let Allah do the rest.
Tapi itu belum cukup. Masih banyak kasus yang menyebabkan seseorang kehilangan keyakinan kepada DIA. Seperti :
“Aku ini kecil, tidak bisa apa-apa”
“Aku tidak punya apa-apa, memangnya bisa berikan apa”
“Aku sudah coba semua jalan. Sudah tidak ada jalan keluar lagi”
Pernah berpikiran seperti diatas? Wajar. Tapi jangan kelewatan. Karena bisa jadi itu adalah indikator kehilangan keyakinan kepada DIA. Mulai kali ini, cobalah ubah agar lebih memberdayakan :
“Aku ini kecil, tapi aku punya Allah yang Maha Besar”
“Aku tidak punya apa-apa, tapi aku punya Allah yang punya segalanya”
“Aku sudah coba banyak jalan. Tapi bukankah masih lebih banyak jalan yang Allah berikan?”
Gimana? Lebih memberdayakan kan? Jika masih ragu, coba maknai lagi Al-Fatihah yang minimal 17 kali dibacakan setiap hari. Coba deh.
Penyakit ini cukup rawan dan sulit terlihat. Maka berhati-hati dan pekalah terhadap gejala penyakit ini. Karena semakin hebat manusia, semakin mudah dia melupakan kebutuhan kepada Sang Pencipta.
Alasan kedua, apatis dan pesimis untuk melakukan sebuah perubahan.
Saya tidak bosan-bosan untuk mengulang kembali perumpamaan di bawah ini :
“Ada 3 golongan manusia. Mereka yang optimis memiliki nilai satu. Kehadiran mereka memberikan pengaruh positif terhadap orang lain. Mereka yang apatis bernilai nol. Ada atau tidak adanya mereka tidak memberikan pengaruh apa-apa. Dan mereka yang pesimis bernilai minus satu. Kehadiran mereka hanya memberikan pengaruh negatif terhadap orang lain.”
Melihat pesan diatas, tak masalah sebenarnya menjadi manusia yang apatis. Toh minimal tidak memberikan pengaruh negatif sama orang lain. Tapi apakah sehina itu diri kita? Ingat loh, kita adalah manusia yang bisa berpikir. Bukan babi ataupun kera yang hanya hidup dan bekerja di hutan. Bahkan seharusnya kita bisa lebih baik dari lebah. Kehadirannya selalu memberikan kebaikan kepada sesama. Kita layak memilih peduli. Peduli membangun mulai dari hal kecil. Apakah itu sulit? Paling tidak jika kamu pesimis jangan hanya mengeluh. Complain, but create something. Itu lebih memberdayakan.
“Daripada mengutuk kegelapan dan menyalahkan, lebih baik menyalakan cahaya”
Alasan ketiga, belum tahu caranya berkontribusi.
Ini adalah alasan yang paling masuk akal. Tapi tenang saja, semua ada solusinya. Seperti halnya pesan Pak Rhenald Kasali kemarin di Mata Najwa edisi Darah Muda Daerah (saya sudah tulis tentang ini di tulisan sebelumnya),
“Anak muda itu punya gagasan, tapi tidak punya kesempatan”
Melihat pengakuan tersebut, apa yang bisa dilakukan? Ingat, selalu ada jalan bagi mereka yang berkemauan. Dan selalu ada hambatan bagi mereka yang beralasan. Saya mengutip kembali dari tulisan sebelumnya :
Yang kita butuhkan adalah sinergi antara ide, kuasa, dan uang. Jika hanya memiliki ide tanpa kuasa dan uang, maka sampaikan idemu di crowdfunding seperti kitabisa.co.id. Ide yang bisa memberikan solusi nyata. Maka crowdfunding tersebut akan membantu untuk mengumpulkan dana tersebut. Jika hanya memiliki kuasa tanpa ide dan uang, maka ajaklah orang lain untuk berkumpul dan bertukar pikiran. Pemerintah sangat butuh melakukan ini dengan mengumpulkan banyak anak muda yang memiliki banyak ide briliannya. Dan jika kamu hanya memiliki uang tanpa ide dan kuasa, maka kontribusikan uangmu ke lembaga, yayasan, atau instansi yang mampu memberikan dampak dan perubahan sosial. Tapi jika kamu tidak memiliki salah satunya, maka cobalah renungkan dalam diri. Begitu apatiskah kita dengan kejayaan bangsa ini?
(Dikutip dari 5 Pesan dan Renungan, dari dan untuk Anak Perantauan)
Lihat ilustrasi diatas? Kita sangat berkemungkinan memiliki salah satu dari 3 hal tersebut. Jika belum punya, carilah. Dari buku, video, diskusi, pengalaman, kegelisahan dan berbagai sumber lainnya. Jangan diam dan berhenti. Jangan biarkan diri ini sehina babi dan kera yang hanya hidup dan kerja di hutan. Kita harus bisa lebih baik dari lebah. Terus memberi kebaikan dan perubahan.
Selalu ada jalan untuk memberikan perubahan. Selalu ada solusi dibalik masalah yang dialami. Selalu ada harapan bagi mereka yang berkeyakinan.
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Penulis Buku Tersebar di 5 Benua
Founder Passion Writing Academy