Di Kala Hati Futur

Futur

Tau apa arti futur?

Masa depan? Oh gak. Itu kan future, nah ini gak pake e. Futur aja. Mungkin kata ini emang masih jarang kedengaran. Tapi ini bukan bahasa alay.

Nah kalo disederhanakan kayak gini. Misalkan suatu waktu iman kita kuat nih. Tahajud mantap, duha cakep, hafalan quran juga kencang. Nah di waktu lainnya, ada saat diri ni malas banget mau tahajud, duha juga rasanya berat banget. Hafalan quran menurun. Secara sederhana, bisa dikatakan futur itu disaat iman lagi menurun.

Manusiawi kok kalo iman itu turun. Yang gak wajar kali turun terus menerus. Ya paling gak turun 1 tangga, naik 3 tangga. Ya kayak gitulah seharusnya kehidupan. Keep moving forward

Bahkan futur itu ada lagunya loh. Yang populerin grup nasyid Fatih. Liriknya kayak gini :

Kadangku merasa bimbang, berada didunia yang lapang ini

Sampai kapan kau berjuang dijalan dakwah panjang

Takutku akan semua, semua yang takkan berlanjut lagi

Hanya karena memikirkan nafsu dunia yang fana

Rasa futurku, menghalangiku, menempuh semua perjalanan imanku,

Akupun ingat semua teman-temanku yang masih coba membimbingku

Lagu ini saya dengar pertama kali pas kelas XII. Beeeh, pas banget dah momennya. Ya gimana gak. Ini yang bawain lagu nasyid gen (jadi di sekolah saya dulu masing-masing bidang ada anggota yang mewakili. Baik itu bola, basket, musikalisasi puisi dan lain sebagainya. Nah pas nasyid ini yang wakilin hanggief, restu, dilo, mulya, alfan). Ditampilin pas FANTASI  Internal (Kayak festival nasyid gitu, tapi sifatnya internal). Nah yang nonton ya pastinya warga sekolah, siswa dan sekutunya. Malam hari lagi, kelas XII lagi. Mau perpisahan . . . .

Yang mesti ditebelin ini :

Akupun ingat semua teman-temanku yang masih coba membimbingku

Di sekolah ini kami belajar kebersamaan, kekeluargaan, nangis bersama, tertawa bersama dan masih banyak lagi kisah kami yang gak bisa di ceritakan semudah itu. Biarkan hati kami yang tetap saling terhubung dan mengisahkan itu semua #acii-ile

Teman-teman = pergaulan.

Dengan siapa kita bergaul, ya seperti itulah karakter yang akan terbentuk. Seperti itulah kebiasaan yang akan tumbuh. Jadi kalo dulunya kami sekolah asrama, diwajibkan shalat 4 waktu di masjid (asar gak wajib di masjid, tapi tetap wajib shalat), tadarus setelah magrib dan berbagai ibadah rutin lainnya maka akan sangat wajar kalo kebiasaan ibadah anak SMAN Plus cukup TOPlah. Ditambah lagi jiwa yang tertanam dalam hati kalo “kalian semua adalah penerus generasi masa depan Riau” Nah kebayang kan gimana indahnya masa depan kamu kalo dapat jodoh alumni SMAN Plus #ehaaaak

Pernah gak sih, ngerasa kok iman ni lemah banget ya. Diajak kesini manut, diajak kesana manut, diajak ke masjid aduh susahnyaaa. Atau berbagai ibadah lain dah. Merasa kesulitan. Nah bisa jadi lingkungan lah yang mengatur itu semua. Karena gak bisa dipungkiri, lingkungan dalam konteks faktor eksternal mempunyai kekuatan yang cukup besar dalam pertumbuhan seseorang. Tugas kita adalah selalu menge-cas. Tapi percayalah, Allah tidak pernah memberikan cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Ada tuh di Al-Quran. Banyak.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. . . .

(QS Al-Baqarah : 286)

Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya . . (QS Al-An’am 152 )

“dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya”(QS Al’araf :42)

Tidak ada yang kebetulan dalam dunia ini. Kejadian yang dialami pun pasti ada hikmahnya kalo kita mau berpikir. Dan begitulah yang saya rasakan. Kisahnya seperti ini.

Setelah tamat dari sekolah berasrama, ada masa transisi, apakah kebiasaan lama masih bisa bertahan atau gak. Ya benar, hidup adalah pilihan. Apakah kita mau tetap kuat atau melemah.

Di dunia kampus, saya “terjebak” di suatu lingkungan yang pada dasarnya gak mendukung iman ini naik. Yap, saya kuliah di kampus yang minoritas muslim. Dengan Muslim yang kira-kira hanya 10%. Ya itu yang Islam di KTP. Belum lagi yang benar-benar menjalankan syariat secara sederhana seperti sholat berjamaah 5 waktu. Beeeh, pergaulannya kalau dilihat secara sekilas pasti lah melemahkan iman.

Tapi sesungguhnya Allah mempunyai rencana yang tidak kita sadari. Ada orang-orang yang ditempatkan di lingkungan agamis agar imannya dikuatkan. Dan ada juga orang yang ditempatkan di lingkungan seperti saya alami agar imannya diuji. Pertanyaanya apakah bisa iman ini tetap naik? Apakah bisa iman ini tetap on fire? Jawabannya ada pada diri sendiri. Layaknya samurai, bukankah semakin banyak diasah semakin tajam? Seperti itu juga iman, semakin banyak tantangan semakin kuatlah iman kita.

Renungan sederhana nih. Ada orang-orang yang ditempatkan di pesantren, tapi perilaku ya gak sesuai harapan. Ada juga orang-orang yang ditempatkan bukan di pesantren, tapi perilakunya seperti anak pesantren. Kok bisa? Wallahu’alam. Yang terpenting bagi kita semua, dimanapun berada, kita harus bertumbuh.

Doa sama-sama yak

“Ya Allah, semoga yang nulis tulisan ini dan semua yang membaca ini dikuatkan imannya. Diberikan jalan yang lurus. Dan mampu menjadi pejuang di jalan-Mu sesuai bidang kami masing-masing. Aamiin”

Hidup disini benar-benar memberikan tantangan tersendiri bagi diri pribadi. Dan karena keyakinan yang begitu besar bahwa tidak ada yang kebetulan, pikiran pun selalu berusaha mencari pelajaran. Apa maksud Allah meletakkan saya disini?

Dari kecil saya tidak pernah sekolah di pesantren. Walaupun begitu, pendidikan agama bukanlah suatu hal yang saya abaikan. Saya belajar. Belajar di sekolah, dari ustadz, internet, buku, sahabat, pengajian dan masih banyak lagi. Karena menurut saya pribadi, siapapun kita sekarang, walaupun bukan sekolah agama, agama adalah hal yang sangat penting. Memangnya yang memperjuangkan agama ini hanya Ulama? Gak kan? Belajarlah di bidang yang anda sukai. Dan berjuanglah disana atas nama Islam. Mau jadi pengusaha jadilah pengusaha yang sholeh. Mau jadi politisi, jadilah politisi yang berjuang atas nama Allah. Mau jadi insinyur, silahkan, perjuangkan atas keagungan Islam, bahwa Islam adalah rahmat semesta Alam. Bukankah banyak penemuan yang ditemukan oleh ilmuwan Islam? Lensa? Matematika? Bedah? Kedokteran? Banyak! Banyak sekali. Kitanya aja yang gak nyari sehinga ada pemikiran bahwa Islam hanya belajar tentang akhirat dan: “mengabaikan” dunia. Nah ini keliru. Yuk sama-sama berjuang sesuai bidang kita masing-masing

Sungguh, rencana Allah adalah sebaik-baik rencana. Hanya saja kitanya yang belum paham apa maksud Allah. Saya pun terus menerus husnuzan dengan Allah.

Hidup di lingkungan minoritas Islam merupakan tantangan tersendiri. Dan sungguh, Allah Maha Penyayang kepada hamba-Nya. Tepat di tahun pertama saya masuk di kampus ini, maka terbentuklah Unit Kegiatan Mahasiwa Muslim. Yang dulunya hanya sekedar “komunitas”, kini resmi menjadi UKM. Begitu pun dengan ruang sholat. Alhamdulillah di awal-awal saya masuk pun mushola yang “cukup besar” sudah mulai direncanakan. Yang mana sebelumnya tempat muslim sholat hanyalah ruangan kecil yang paling banyak diisi oleh 15 orang.

Semakin lama pun pertolongan Allah semakin tak terduga. Saya pun mengenal Remaja Mesjid di salah satu perumahan di daerah ini. Tepatnya di Masjid Baiturrazaq. Karena entah kenapa dulunya pas awal-awal saya sholat disini, saya tidak melihat adanya “pemandangan” itu. Mungkin karena seiring intens doa yang saya minta dan doa orang tua pastinya, pemandangan itu pun mulai terlihat.

Jalan terus terbuka lebar. Kewajiban saya adalah terus maju kedepan. Mulailah menemuan pengajian. Bahkan rela-rela dari ujung Barat kota ke ujung Timur kota untuk mendapatkan ilmu dan “penguat iman”. Ini pun tak lepas dari peran sahabat-sahabat yang “keep contact” untuk memberikan informasi. Misalkan dulu saya pernah mengikuti pengajian oleh Ustad Fatih Karim. Beliau ini ternyata gurunya Felix Siauw. Subhanallah.

Saya juga pernah mengikut seminar beliau dari Surabaya ke Malang yang membicarakan tentang Khilafah. Mengenai info lebih lengkap tentang khilafah bisa beli buku Felix Siauw yang terbaru deh, judulnya Khilafah. Pembawaanya keren kayak komik jadi mudah dipahami.

Dan saya juga pernah mengikuti seminar “Udah Move belum On”. Nah tunggu dulu. Bukan berarti saya ikuti seminar ini karena gak bisa move on. Tapi karena penasaran. Dan ternyata setelah mengikuti seminar ini, yang dibahas adalah pernikahan. #acii-ilee

Kesimpulan terpenting yang saya dapatkan dari seminar ini adalah

“Kalau mau dapatkan jodoh terbaik, maka jadilah diri yang terbaik”

Yes simple. Ibaratnya gini. Temukanlah jodoh itu ditempat-tempat yang baik. Gak mungkin kan nyari jodoh baik-baik di diskotik? Dan begitu juga, gak mungkin juga nemukan jodoh yang “gak baik” di masjid? Jadi kalau mau jodoh yang benar-benar baik sering sering ke masjid #heh

Kesimpulan tulisan ini. Jangan mengeluh. Teruslah berjuang dimanapun kita berada, walaupun lingkungan seolah-olah menghalang. Yakinilah. Karena sungguh, Allah begitu mencintai kita dengan memberikan berbagai tantangan pada kita semua. Dengan itulah iman kita di uji. Dengan itulah level kita akan naik lebih tinggi. Insya Allah

Keep Writing, Always Inspiring!

Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua

Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Dengan senang hati saya membuka kesempatan. Silahkan invite 76B4BF69/085363949899 dan juga  follow @rezky_rf9

Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *