Belakangan ini, saya dan teman-teman di beberapa komunitas “disibukkan” dengan pengurusan ISBN dalam menerbitkan buku. Bukan satu buku, tapi banyak buku. Saya sempat
Selalu ada yang pertama untuk segalanya. Berjalan, pekerjaan, berkarya, apa saja. Dan terima saja bahwa tidak ada yang langsung bisa di pengalaman pertama.
Sejak Edgar Hamas bikin akun @agendaedgar, tidak perlu waktu lama saya langsung follow akun tersebut. Kami bertemu pertama kali dari karyanya. Iya, dari
Saya mengasumsikan kamu yang sedang membaca tulisan ini sudah pernah mengenal dan membaca tulisan saya sebelumnya. Baik itu sudah atau belum, saya menyarankan
Baru-baru ini, pihak Instagram mengeluarkan pengumuman. “Di Instagram, kami selalu berusaha membuat fitur baru yang membantu Anda memaksimalkan pengalaman. Saat ini kami berfokus
Seorang teman di Surabaya pernah memberikan pesan menarik di salah satu IG live bersama. Zayyin Achmad namanya. Lebih kurang pesannya begini:
“Seorang penulis seharusnya mimpinya bukan hanya menerbitkan buku pribadi. Karena buku hanyalah tools. Pikirkan, apa ekspansi kebaikan selanjutnya.”
Per 1 Oktober 2020 kemarin, akhirnya Instagram @rezky_passionwriter mencapai angka 10K. Bahagia? Tentu saja. Bagi sebagian orang pengguna social media, angka mungkin salah
“Nulis ya nulis aja. Nggak perlu skill editing.” Pernyataan barusan ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya. Seharusnya pernyataannya diubah menjadi: Tentu dua penyataan tersebut
Belakangan, saya merasa bosan untuk menulis. “Lah kok bosan nulis? Namanya aja udah passionwriter, kok bisa bosan?” Eits, tunggu dulu. Kalimat saya belum