Barangkali sesuatu ditunda karena hendak disempurnakan, dibatalkan karena hendak diganti yang utama, ditolak karena dinanti yang lebih baik (Salim A Fillah)
Pesan indah ini saya dapatkan di timeline Facebook. Ketika melihat nama akunnya, tidak lain dia adalah senior saya di SMA. Kami memang tak bertemu dalam satu masa sekolah. Yang mempertemukan kami adalah ikatan keluarga alumni.
Secara pribadi saya mengakui, senior ini sangat baik. Bisa dikatakan dia adalah “bidadari generasi”. Duh kak, andai saja kamu junior, pasti akan ada banyak senior dan junior lain yang modus dan bersaing mendapatkanmu. (Lalu tiba-tiba ada aja yang nuduh modus.)
Lelaki baik untuk perempuan yang baik. Hukum ini sudah menjadi sebuah kepastian dalam pertemuan dua insan. Walaupun ada saja yang memungkiri hal ini. Daripada berdebat, kenapa tidak saling menjadi insan yang lebih baik saja? Jauh lebih baik kan dibandingkan berdebat?
Mendapatkan pasangan yang baik bukan berarti mendapatkan di waktu yang cepat, tetapi di waktu yang tepat. Hal ini sangat penting untuk dipahami. Ada saja lelaki baik yang mendapatkan pasangan halal di usia 22 tahun. Ada juga perempuan baik yang mendapatkan pasangan halal di usia 30 tahun. Siapa yang lebih baik? Allah yang lebih tahu. Sekali lagi, cepat atau lambat bukanlah kepastian hal yang terbaik.
Begitu pula dengan senior saya tadi. Bagi perempuan di usia 25an, merupakan masa sensitif tentang pertanyaan kapan nikah. Saya awalnya mengira, postingan tadi berhubungan dengan masalah dia. Setelah coba saya tanya dengan orang-orang terdekat, ternyata bukan. Alhamdulillah, sebelum Ramadhan dia sudah lamaran. Semoga dilancarkan ya kak.
Lalu muncul pertanyaan, untuk siapa pesan tadi?
Teruslah berbuat dan berucap baik. Karena akan ada banyak orang yang tanpa disadari akan menjadi lebih baik karena perbuatan dan ucapan baik tadi.
Beberapa hari kemudian, saudara saya chat di BBM :
“Ky, abang nanti ke rumah ya”
“Oke bang. Kabari aja nanti”
Umur saudara dan senior saya tadi sebaya. Mereka pernah berada di SMP yang sama. Sesampainya di rumah, kami pun berbincang panjang lebar dari jam 9 sampai jam 1 malam. Diskusi panjang kami membahas jodoh, cinta, dan menikah. Topik yang tak asing dibahas di umur 20an. Ditambah lagi suasana lebaran yang mendukung. Saya pun mencoba untuk lebih banyak mendengar dibandingkan banyak berbicara.
Baca Juga : 33 Jawaban Alternatif Ketika Jomblo Ditanya Kapan Nikah
Selama 4 jam, diskusi kami membahas tentang kandasnya hubungan mereka. Doi dan pacarnya yang sudah berjalan 4 tahun putus di tengah jalan karena ada orang ketiga. Dari cerita yang disampaikan, saya tidak melihat perbuatan “pesaing” yang menikung. Karena doi pun sudah menyampaikan maksud ke orang tua perempuan untuk menikah. Tapi “pesaing” tadi belum sama sekali. Tapi beberapa bulan sebelumnya, kisah inilah yang terjadi. Putus yang menurut saya tidak dengan cara baik-baik. Alasannya bukanlah alasan klasik kamu terlalu baik buat aku. Melainkan alasan yang menurut saya aneh. Bosan, dia lebih mandiri, dia lebih mengayomi, dan dia punya usaha sampingan. Mungkin alasan tersirat yang disampaikan adalah masalah materi. Karena memang jika dihitung-hitung gaji materi orang ketiga lebih banyak dibandingkan doi. Sungguh aneh, bukankah Allah yang mengatur rezeki?
Putus karena materi. Kamu yang membaca kisah ini bisa saja menjadi sakit hati. Jangankan kamu, kakak beradik dari doi saja sakit hati. Tapi ada yang menarik. Apakah doi sakit hati?
Tentu bagi sebagian orang merupakan sebuah kewajaran jika menebak doi sakit hati. Doi pun mengakui. Tapi saya melihat, sakit hatinya itu biasa aja. Mungkin kata yang lebih cocok adalah kecewa. Galau, pasti ada. Ikhlas, perlahan dicoba. Dendam, tidak sama sekali.
Hebat. Sungguh hebat responnya. Saya pribadi mungkin belum bisa seperti ini. Karena dulu ketika zaman masih unyu di SMP saja, ketika putus dengan alasan “Maaf aku masih sayang dengan mantanku”, saya sakit hati sekali. Status dendam pun terpublikasikan di Friendster. Berlanjut sekian tahun dengan memendam perasaan tak nyaman. Tapi perlahan hubungan kami semakin baik. Saya pernah membahas di tulisan sebelumnya ketika jomblo mulia ingat dengan mantan. Bahkan dalam lebaran tahun ini saja saya datang ke rumahnya. Fine-fine aja tuh.
Baca Juga : Hati-Hati Nostalgia Mantan di Lebaran
Selama 4 jam, ditambah lagi habis subuh kami menyambung diskusi, sebenarnya masalah doi sudah terselesaikan. Doi sudah tahu solusinya apa. Tak ada lagi yang perlu diperpanjang. Dari hasil pendengaran saya pun menyimpulkan ada 5 tips yang bisa menjadi pengobat hati bagi kamu yang terkhianati.
- Menerima Apa yang Telah Terjadi
Kejadian ini sudah terlewatkan. Lantas untuk apa diperpanjang. Sudahlah terima saja. Masih ada masa depan yang harus diperjuangkan.
Baca juga : Mantan Itu Dilepaskan, Bukan Dilupakan
- Mencari Hikmah
Apapun yang terjadi pasti atas izin Allah. Setiap kejadian selalu ada pelajaran. Dan itu berlaku bagi mereka yang berpikir dan benar-benar memaknai hakikat iman. Allah tahu apa yang terbaik bagi hambanya. Yakini saja hal ini. Karena ketika kita sudah berbuat yang terbaik lalu kandas di tengah jalan, berarti Allah sedang menyelamatkan hamba-Nya dari jalan yang salah.
- Memaafkan Kesalahan
Untuk apa menyimpan dendam. Apakah itu bisa menyelesaikan masalah? Tak usah lebay dengan berbagai alasan,
“Aku hanya manusia yang tak sempurna”
“Sabar itu ada batasnya”
“Aku maafkan, tapi nggak sekarang”
Begini. Coba renungkan. Jika sulit bagimu memaafkan, ingatlah betapa mudahnya Allah memaafkan. Jika masih sulit memaafkan, ingatlah betapa engkau ingin agar Allah mudah memaafkan. Mudahkanlah memaafkan orang lain agar kelak Allah pun mudah memaafkanmu. Memang tak mudah. Tapi perlahan, cobalah.
- Mendoakan Dia yang Mengkhianati
“Ky, abang memang sudah ikhlas. Tak ada lagi masalah. Tapi abang tetap mendoakan dia. Bukan karena ingin balikan. Tapi ketika kita mendoakan orang lain, maka malaikat pun akan kembali mendoakan kita”
Nah ini nih solutif. Daripada menyimpan dendam, jauh lebih baik mendoakan. Tak perlulah mempublikasikan ke dia kalau kamu sudah mendoakan dia. Teruslah berdoa dalam diam. Karena doa walaupun tak terdengar doi, tapi pasti akan sampai ke Sang Pemilik Hati. Bayangkan saja, bersujud ke bumi tapi sampai ke langit. Kurang baik apa Allah?
- Memantaskan Diri Lebih Baik
Jangan salah harap. Bagi kamu yang mungkin dikhianati, ditikung, atau dimanfaatkan oleh seseorang bisa jadi ada harapan ingin kembali. Salah kah? Tak masalah sih. Tapi jangan sampai salah harap. Jangan berharap lebih kepada manusia. Letakkan harapan hanya pada Allah. Karena Allah sudah begitu baik untuk menyelamatkan, lantas kenapa ingin kembali terjebak.
Sekali lagi. Tak masalah jika ingin kembali. Itu bebas pilihan individu. Lebih baik memantaskan diri menjadi lebih baik. Agar kelak Allah pun memantaskan kita untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik.
Baca Juga : 7+1 Cara Menjaga Hati
Kehidupan di dunia ini seperti jaring laba-laba. Ada kaitan satu sama lain. Walaupun mungkin tak terlihat langsung, tapi setiap kejadian bisa memberikan pelajaran. Seperti halnya pesan dari timeline yang ternyata bukan kejadian pengalaman senior saya tadi. Bahkan secara tak langsung mampu memberikan nasehat kepada teman SMP nya. Coba pikirkan, kuasa siapa? Allah. Duh Allah sayang banget ya sama hamba-Nya.
Tak perlulah saling mengeluh atas masalah dan beban yang muncul. Lebih baik mencari hikmah atas pengalaman yang terjadi. Atau bahkan dari pengalaman orang lain. Seperti halnya tulisan ini. Pengalaman ini bisa jadi pernah atau akan kamu rasakan. Semoga bisa menjadi pengobat hati. Dan saya berdoa semoga setiap tulisan mampu memberikan kesan dan menjadi jalan kebaikan.
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Passion Writer
Founder Passion Writing Academy
Aku masih terjebak blm bs nerima keadaan…cedihlah kakaaa:'(
Sudah 6 bulan berlalu padahal
Kudu STRONG kaka
Masih banyak kisah tragis lain :”(
Banyakin BW aja, semoga nemu solusi ~