Review Talkshow : Bukan Dakwah Biasa

“Saat tindakan dan ucapan memberi harapan, yuk awali perubahan dari hati”

Kalimat ini menjadi pembuka yang menarik. Disampaikan oleh Yulyani, Co-Produser Ketika Mas Gagah Pergi dan Tausiyah Cinta yang ternyata ibu dari Hamas Syahid. Uwow pantesan. Ohya, selain dari cinematography, ada 2 pembicara lainnya. Dari pendidikan ada Muhammad Sulthon Amin, Founder Sekolah Alam Insan Cendikia, dan Caesar YKS, Entertainer yang hijrah. Well, saya akan mulai review talkshow “Saudaraku, Sudahkah Kita Berdakwah?”

Pejuang kebenaran. Salah satu misi manusia diciptakan di dunia. Ada banyak dalil yang menguatkannya. Salah satunya coba buka kembali QS Al-Baqarah : 30. Ya kita sudah tahu itu. Hanya saja seringkali manusia bingung, di ladang mana saya berjuang?

Pada dasarnya dakwah adalah nasehat dan mengajak dalam kebaikan. Mulai dari yang terdekat dan mulai dari yang sederhana. Makan dan minum menggunakan tangan kanan, saling sapa, dan berbagai hal baik lainnya. Tapi kalaulah hanya itu, masih dakwah biasa.

Tentu tidak ada yang salah ketika orang-orang berdakwah dengan cara yang biasa. Tapi bukanlah itu esensi dari talkshow hari ini. Bayangkan saja ada sekitar 10 komunitas dakwah kreatif berkumpul menjadi satu dan saling berbagi untuk sebuah kemajuan. Saya pun tidak ingat satu persatu. Seingat saya diantaranya ada :

Tiap komunitas diatas memiliki spesialisasi masing-masing. Mempunyai ladangnya masing-masing. Kalau bahasa sayanya sih Dakwah with Passion. Apa passionmu, mulailah berdakwah disana.

“Tapi aku bingung passionku dimana?”

Lah. Ini PR baru lagi. Saya bantu deh menemukannya. Coba jawab beberapa pertanyaan berikut :

Apa yang kamu suka?

Hobimu apa?

Apa yang membuat hidupmu bermakna?

Hal apa yang membuatmu menjadi semangat ketika melakukannya?

Di bidang apa yang kamu jago melakukannya dibandingkan yang lain?

Paling tidak beberapa pertanyaan diatas mampu menemukan titik passion kamu dimana. Untuk lebih lengkap kamu boleh deh baca blog mentor saya di dedydahlan.com 😀

Bukan dakwah biasa. Ini merupakan tugas setiap manusia. Sebuah investasi besar untuk masa depan peradaban. Ya mungkin saja kita tidak bisa merasakannya sekarang. Yang merasakannya bisa jadi adalah anak kita, cucu kita, atau bahkan cicit kita. Sebuah investasi yang insya allah menjadi amal jariah.

Berbicara tentang dakwah juga dekat dengan idealisme. Dan ini ternyata sangat bisa dilakukan. Dalam cinematograpgy misalkan. Tausiyah Cinta dan Ketika Mas Gagah Pergi merupakan contoh yang layak menjadi panutan film yang syar’i. Sudah nonton kan? Kamu bisa nilai itu. Semuanya sangat mungkin. Dan Yulyani mengatakan :

“Dari sebuah idealisme, balasannya bukanlah materi. Melainkan ucapan : terima kasih karena apa yang kamu lakukan, saya berubah”

Dan ini nyata. Bayangkan. Dari sebuah idealisme film Ketika Mas Gagah Pergi, seorang perempuan yang dulunya rok mini dan baju you can see, dengan keikhlasannya menutup aurat seutuhnya. Alhamdulillah.

Sekarang tugas kita adalah mengambil peran. Dimana hendak berkontribusi. Turut serta dalam dakwah kreatif, bukan dakwah biasa. Karena kontribusi yang berbeda itu seperti batu bata menuju sebuah bangunan yang kokoh.

Baca juga : Kuliah? Antara Impian, Passion, dan Dakwah

Harus ada penyeimbang dalam setiap keburukan. Disitulah dakwah kreatif berperan. Dimanapun posisi kita sekarang selalu ada kesempatan untuk berdakwah. Dengan perbuatan, ucapan, atau tulisan. Desainer, vlog, blog, panggung, kedai kopi, organisasi, fashion, televisi dan dimanapun.

Talkshow ini ditutup dengan sebuah closing statement yang menarik :

“Teruslah berkarya agar namamu dikenang di hadapan Allah dan manusia. Karena jika engkau mati sekarang, engkau belum meninggalkan apa-apa”

 

Keep writing, always inspiring!

 

Rezky Firmansyah
Penulis Buku Tersebar di 5 Benua
Founder Passion Writing Academy

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *