Hembusan angin segar muncul ke Indonesia. Tidak main-main. Angin segar itu bukanlah seorang artis boyband Asia yang digandrungi anak muda. Juga bukan Presiden Amerika yang digadang-gadang sebagai penguasa dunia. Melainkan kedatangan langsung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia.
Bagi mereka yang sudah membaca kisah Erdogan, kedatangan ini tentu bukan hanya kunjungan biasa. Melainkan sebuah embusan angin segar yang memberikan harapan baru untuk Indonesia. Walaupun ada segelintir dari mereka yang berharap berlebihan dan menembus batas logika.
Pilih Jokowi atau Erdogan?
Pertanyaan yang sedikit menggelikan. Ya bagaimana tidak. Ini ibarat pertanyaan yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Kalau saja menggunakan “akal sehat”, salah satu nama pasti akan mencuat. Tentu perbedaan kualitas yang sangat jauh. Ya walaupun di satu sisi, lover salah satu nama tidak membiarkan idolanya diremehkan begitu saja. Selalu ada alasan yang terkadang gak masuk akal untuk dijadikan pembelaan.
Masalah ekonomi, politik, ataupun kebudayaan. Hal-hal besar yang sering dibicarakan dunia ini saya akui bukanlah sebuah keahlian bagi diri ini. Walaupun kuliah di fakultas ekonomi tapi konsentrasi saya bukanlah makro melainkan praktisi. Sehingga saya tidak bisa berbicara banyak. Pun Politik. Satu bidang yang katanya haram untuk dimasuki. Padahal salah satu tokoh dunia mengatakan buta yang paling berbahaya adalah buta politik. Tapi saya juga mengakui tidak terlalu ahli dan tertarik disini. Walaupun kedepannya pengen jadi Bupati. (aamiin kan aja deh. Biarkan waktu menjawab 😀 ). Juga kebudayaan. Hal yang sangat minim saya kuasai kalau kebudayaan diartikan dengan tarian, pakaian, ataupun masakan khas Indonesia. Tentu, kebudayaan tidak sesempit itu kan?
Something happend with reason. Apapun terjadi selalu ada alasan. Nasehat yang sangat menarik. Atau bahasa sederhanyanya selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Atau, dalam buku yang saya tulis di umur 19 tahun What Amazing You dibahas di WAY ke 6, All Have Lesson. Inti paragraf ini adalah selalu ada pelajaran dan hikmah yang didapatkan kalau kita berpikir.
Pilih Jokowi atau Erdogan?
Tentu dengan banyak sekali bad news dari negara ini membuat logika kita semakin gak masuk akal. Misalkan : boleh gak Erdogan jadi presiden Indonesia 1 tahun aja? Coba jelaskan ke saya aturan mana yang membolehkan? Ya walaupun negara Amerika ataupun Cina bisa jadi “presiden” di negara ini. Tapi tentu tidak semudah yang kita ceploskan tadi.
Sudahlah terima lah apa yang telah kita alami. Belajar dari pengalaman dan saling membenah diri. Gak ada untungnya juga kalau kita terus menerus menyalahkan keadaan dan berkeluh kesah. Apalagi menghina Yang Terhormat Presiden Indonesia. Salah salah nanti malah dipidana. Udah ada kan pasalnya? Walaupun Yang Terhormat Presiden Indonesia sebelumnya menyindir kebijakan itu. Ya saya rasa kita cukup dewasa. Apa perbedaan mengina dan mengkritik. Coba jawab pertanyaan ini. Jika mengubungkan nama seseorang dan diakhiri nama binatang di akhirnya, itu menghina atau mengkritik? You know what i mean lah ya.
Sebelum tulisan ini di posting, ada foto menarik yang saya dapat di instagram @farahadibanm. Foto tersebut bertuliskan :
“Sibuk ngurusin yang bukan bidangnya. Sibuk ngomongin yang gak ada manfaatnya. Sibuk menjatuhkan lawan dengan kedengkian. Sibuk mengutuk tanpa ada perubahan. Sibuk menunggu jatuhnya lawan untuk seucap makian. Giliran ditanya “mana karyanya?” tinggal enteng menjawab : SAYA GAK PUNYA WAKTU. #Kaliansibuksekali”
Paham kan maksudnya? Pesan di foto tersebut sepertinya udah mencakup semua yang terjadi di kalangan rasa keputusasaan rakyat. Misalkan aja deh beneran terjadi #TurunkanJokowi, siapa yang naik jadi presiden? Ayo coba tebak siapa? Secara aturan pasti wakil presiden kan? Nah pertanyaan selanjutnya, apakah benar Wakil Presiden lebih baik kualitasnya dibandingkan Yang Terhormat Presiden sekarang? Kamu bisalah menjawab maksud kalimat ini kan?
Sudahlah teman. Jangan sibukkan diri kita dengan keluhan. Percaya, itu tidak akan menyelesaikan permasalahan. Lebih baik kita sama sama berkarya untuk memberikan harapan. Dan kedepannya untuk negeri yang “katanya” kita cintai ini terjadi perubahan.
“Tapi aku berbuat juga gak akan memberikan perubahan yang besar?”
Ya pembenaran seperti ini masuk akal untuk dilontarkan. Jawaban sederhananya persis seperti pengembangan dari apa yang guru saya sampaikan di tulisan sebelumnya disini:
“Kamu berbuat untuk siapa? Untuk manusia atau untuk Allah? Kalau untuk manusia wajar saja kecewa. Toh manusia gak punya apa-apa. Pun punya sifatnya hanya sementara. Kalau Allah? Punya segalanya. Kalau kamu gak mendapatkan balasan sekarang, tentu kamu akan mendapatkan balasan di akhirat. Selain itu kamu juga bisa menjawab pertanyaan “apa yang kamu lakukan disaat negaramu berantakan” dengan jawaban SELAIN “aku gak melakukan apa-apa”. Sudahlah luruskan niat kamu”
Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua
Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Dengan senang hati saya membuka kesempatan. Silahkan invite 76B4BF69/085363949899 dan juga follow @rezky_rf9
Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri