Perjumpaan Dengan Dahlan Iskan dan Chairul Tanjung

(Tulisan ini saya ambil dari buku kedua saya yang berjudul What Amazing You)

Inilah kekuatan nyata impian dengan mengggabungkan keyakinan, syukur, dan ikhlas. Silahkan membaca!

Di dalam dream book, impian nomor 28 saya menuliskan

Berjumpa dengan tokoh-tokoh leadership dan tokoh penting Indonesia : Dahlan Iskan, Habibi

11-13 Oktober 2012, Dahlan Iskan dan foto bersama di Universitas Indonesia, Depok (terlampir foto beliau)

Ya, saya menuliskan seperti itu beserta menempelkan fotonya. Nah, dalam perencanaan 11-13 Oktober adalah kegiatan reuni ISLC 2011 training leadership Ketua OSIS 2011. Tetapi, karena ada suatu hal, reuni ditunda menjadi tanggal 3-4 November 2012. Impian gagal? Belum selesai, jalan masih panjang

Pada tanggal tersebut, ya benar reuni tetap diadakan, tetapi sayangnya Dahlan Iskan tidak hadir dalam kegiatan tersebut. Gagal? Belum selesai

Sebelumnya, saya juga pernah membuat visualisasi, berfoto dengan replika Dahlan Iskan di Gramedia. Ketika itu saya meminta bantuan kepada seseorang untuk mengambilkan foto saya dengan replika tersebut. Seseorang tersebut tertawa kecil, tapi itu bukan masalah. Karena, jika orang lain ragu dengan impian anda, itu bukanlah masalah. Tetapi jika diri kita yang ragu dengan impian kita, maka itulah masalah besar.

Visualisasi Dahlan Iskan Rezky FIrmansyah

Pada suatu hari, ketika didepan laptop, saya mendapatkan kabar dari teman saya di IT Telkom Bandung “Ky, tanggal 14 November Dahlan Iskan ngadain kuliah umum disini. Kalau mau datanglah”

Waw, kabar positif! Saya langsung bersyukur dan mengambil keputusan untuk mengejar impian tersebut. Saya berangkat saat subuh dari rumah Jakarta menuju Bandung. Sekitar pukul 9 pagi, saya berjumpa dengan teman-teman saya dan berbincang-bincang sambil memasuki ruangan kegiatan. Beberapa jam menunggu sambil diisi dengan kuliah umum oleh salah satu petinggi kampus, Dahlan Iskan beserta rombongan belum datang. Dan sekitar pukul 11.30, saya memutuskan untuk keluar duluan. Persiapan shalat zuhur.

Setelah shalat zuhur, saya kembali memasuki ruangan dan ternyata, Waw! Beliau sudah berdiri di atas panggung beserta orang-orang yang ingin menyampaikan pertayaan kepada beliau. Apakah saya terlambat? Ya sepertinya. Tetapi ini belum selesai. Saya mencoba untuk nego dengan salah satu panitia

“Kak, saya masih boleh maju kedepan”

“Kayaknya gak bisa ya. Soalnya kalau kamu ikutan maju, nanti yang lain ikutan maju. Udah banyak banget soalnya”

Selesai? Ini belum selesai! Setelah itu saya kembali duduk ke posisi semula dan mengambil buku kemudian menuliskan seperti gambar berikut

Tulisan Visualisasi Dahlan Iskan Rezky Firmansyah

Teman saya yang duduk disamping sampai terheran-heran melihat yang saya lakukan. That’s no problem, I still believe!

Dan, sampai akhir sesi pun saya tidak berkesempatan untuk lebih dekat seperti berfoto ataupun bertanya. Dan setelah beliau turun panggung sambil keluar ruangan saya masih mengikuti dengan harapan masih ada kesempatan. Dan kesempatan itu didapatkan! Sesaat beliau berfoto dengan BEM didepan ruangan dan saya ikut nimbrung. Dan yang saya perhatikan saat itu, hanya ada 2 kamera yang memoto. Satu menggunakan blackberry dan satu lagi kamera digital milik salah satu media. Saya langsung meminta hasil foto dari blackberry dan ternyata, hal yang tak diinginkan terjadi. Saya tidak masuk dalam foto tersebut karena terlalu berada di sudut.

Rezky Firmansyah ditunda berjumpa dengan Dahlan Iskan di Telkom

 

Berakhir? Belum selesai! Saya kemudian berusaha mencari BEM dengan harapan mereka mempunyai hasil foto yang lain. Hasil foto dari kamera media tepatnya. Dan ternyata? Nihil.

Kecewa? Tentu saja. Tapi saya berusaha untuk mengikhlaskan dan tetap bersyukur. Paling tidak untuk saat ini saya sudah berjumpa. Tetapi saya tetap yakin, suatu hari nanti saya bisa mendapatkan jauh lebih baik. Hari itu juga saya kembali ke rumah di Jakarta.

Sekitar 1 minggu menjelang, tepatnya pada tanggal 21 November, percepatan impian terjadi. Hal itu bermula ketika saya mengantarkan naskah buku saya ke penerbit dan berdiskusi dengan pihak editor. Ketika itu saya menceritakan tentang perjuangan saya untuk berjumpa dengan Dahlan Iskan. Kemudian beliau mengatakan :

“Jika kamu sempat, kamu bisa datang ke Istora Senayan jam 4 sore nanti. Hari ini dia akan mengadakan kuliah umum disana”

Waw! Saya langsung mengiyakan saran tersebut. Langsung saya kembali pulang dari daerah palmerah barat ke rumah di daerah Matraman. Setelah persiapan dan membawa buku Hope! Manufacturing saya langsung berangkat kedaerah senayan. Jam menunjukkan sekitar pukul 14.30. Memulai perjalanan menggunakan busway dari halte pasar genjing. Ketika tiba di halte halimun saya memutuskan untuk berhenti terlebih dahulu untuk melaksanakan shalat asar karena kebetulan waktu asar sudah hampir masuk.

Setelah shalat asar, perjalanan dilanjutkan kembali dari Halimun ke halte transit dukuh atas. Dan sesampainya disana, hal yang tak diinginkan terjadi! Sore itu sedang terjadi demo di daerah HI sehingga ruas jalan busway dari Blok M – Kota dihentikan. Dan otomatis saya tidak bisa melanjutkan perjalanan ke daerah senayan menggunakan busway. Melihat jauh ke arah HI dengan maksud ada angkutan umum datang. Selang beberapa saat hanya ada kopaja yang “mogok”, akan tetapi syukurlah ada kopaja yang beroperasi. Alhasil, saya naik kopaja saja. Perjalanan dilanjutkan, tetapi, eh eh, kopaja ini melewati arah yang berbeda! Dia malah belok kiri ketika di persimpangan Benhil dan saya seharusnya lurus. Langsung turun!

Oke, berpikir kritis harus naik apa lagi. Dengan uang dikantong tinggal 10 ribu berhemat tentu saja menjadi pilihan kewajiban. Terlintas untuk naik ojek, oke tanya dulu.

“bang, naik ojek ke istora senayan berapa bang?”

“20 ribu bos”

“10 ribu gak bisa bang?”

“gak bisa bos”

JLEB! Satu-satunya pilihan ya jalan kaki. Dan itu memang harus dilakukan. Dan jam sudah menunjukkan hampir pukul 16.00. Jarak yang ditempuh ada sekitar satu halte busway lagi. Oke, pasang headset, putar lagu positif dengan maksud afirmasi keyakinan tujuan akan tercapai. Perjalanan dilanjutkan dengan agak tergesa tapi tetap yakin dan semangat!

Sekitar pukul 16.00 lewat tiba di istora senayan. Isi daftar hadir dan ambil sertifikat kemudian masuk ruangan. Sebenarnya ini merupakan kegiatan Indonesia Book Fair. Sehingga banyak stand-stand buku. Dan di tengah ruangan tersedialah bagian untuk talkshow para pembicara. Saat memasuki ruangan, saya langsung mengambil inisiatif untuk duduk dibangku penonton (ruangan merupakan gor badminton), akan tetapi :

“Mas, dari pelajar ya”

“Bukan mas, saya umum”

“Oh, kalau begitu silahkan duduk didepan”

Waw, duduk dibangku depan. Semakin dekat dengan impian. Beberapa saat kemudian, Dahlan Iskan datang diiringi dengan sambutan peserta. Alhamdulillah!

Kemudian moderator mulai mengambil alih acara. Sesi materi singkat oleh beliau dan tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Sesi tanya jawab. Moderator mengatakan :

“Baiklah, untuk yang ingin bertanya, silahkan angkat tangan dan setelah dipersilahkan silahkan bertanya”

Tetapi, Dahlan Iskan bermaksud lain

“Oh tidak, begini saja. Jadi siapa yang ingin bertanya, angkat tangan langsung maju kedepan. Kita santai aja ya”

Secepat kilat saya langsung angkat tangan dan maju kedepan sebagai orang pertama. Salam dengan beliau dan menunggu penanya lain sampai diatas panggung. Mulailah saya dengan pertanyaan. Ada dua pertanyaan yang saya tanya, salah satunya adalah yang berikut dan yang satu yang lain tentang proyek putera petir :

“Pak, bagaimana bapak bisa bersikap tenang padahal tekanan seolah-olah selalu mengincar bapak”

“Untuk apa saya grogi jikalau hal yang saya lakukan adalah hal yang benar. Nah, kalau saya salah baru saya grogi. Jadi, selama hal yang kita lakukan benar, maka lanjutin aja”

Dahlan Iskan & Rezky Firmansyah

Jawaban yang sederhana dari orang yang sederhana. Maka dilanjutkanlah dengan pertanyaan oleh penanya yang lain. Setelah semua pertanyaan selesai, maka saya meminta tanda tangan di buku Hope! Manufacturing dan Alhamdulillah masing-masing dari kami mendapatkan hadiah buku dari panitia, dan saya meminta tanda tangan lagi. Terima kasih banyak ya allah.

Cobalah perhatikan dari tulisan saya di buku, semuanya terjadi! Bahkan saya mendapatkan bonus buku tambahan.

Tetapi ternyata, anugerah belum berakhir! Dalam jadwal saya melihat bahwa besok adalah jadwal Chairul Tanjung! Masya Allah! Tak sabar menunggu besok.

Keesokan harinya, saya kembali menghadiri Indonesia Book Fair. Anugerah tersendiri sebenarnya yang bisa saya dapatkan. Selain berjumpa dengan tokoh-tokoh inspiratif, saya juga mendadak mendapatkan energi tambahan ketika meilhat banyaknya buku-buku disekililing saya. Dan itu merupakan salah satu kesukaan saya. Beberapa saat sebelum acara dimulai, saya masuk ke ruangan.

Dimulai dengan pemutaran video kisah Chairul Tanjung, sharing kisah pribadi dan akhirnya yang paling ditunggu-tunggu apalagi selain sesi tanya jawab. Sama seperti sebelumnya, banyak yang antusias untuk bertanya sama dengan saya. Tetapi untuk saat ini sepertinya saya belum beruntung. Mungkin saja dikarenakan kekuatan keyakinan saya tidak seperti perjumpaan dengan Dahlan Iskan. Tetapi saya tidak kehabisan akal dan keyakinan. Saya menulis menggunakan pena ditangan, “Saya yakin pada hari ini saya bisa bertanya dan mendapatkan tanda tangan Chairul Tanjung”. Walaupun sampai sesi tanya jawab selesai saya tidak ditunjuk oleh moderator, saya tetapi yakin. Dan dengan cerdik saya mendapatkan ide saat melihat buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong yang dipegang oleh bapak disebelah saya :

“Pak, saya boleh pinjam buku bapak? Saya mau maju kedepan meminta tanda tangan beliau sekaligus berfoto”

“Ohya, silahkan”

Yes! Modus berhasil! Haha. Tetapi ternyata kebetulan pada hari itu diadakan diskon untuk buku itu. Kemudian saya berniat untuk mengembalikan buku yang saya pinjam kepada bapak tadi, tetapi dia menolak. Dia menjual dengan harga yang lebih murah kepada saya karena ternyata dia telah mempunyai buku itu. Anugerah oh anugerah. Terima kasih ya allah.

Dan akhirnya, saya maju kedepan untuk mendapatkan tanda tangan. Saya juga menyempatkan untuk menyampaikan salam:

“Pak, saya asal Riau. Teman-teman saya dari Riau kirim salam”

“Oh, asal Riau ya. Sukses ya untuk semuanya”

Chairul Tanjung & Rezky Firmansyah

Alhamdulillah, semua hal tercapai. Begitu banyak anugerah yang bisa saya dapatkan. Mungkin semua ini tidak terjadi jikalau sebelumnya saya tidak ikhlas ketika gagal melakukan rencana dengan Dahlan Iskan di IT Telkom. Ya, inilah kekuatan ikhlas, syukur, dan keyakinan

(Tulisan ini saya ambil dari buku kedua saya yang berjudul What Amazing You)

Keep Writing, Always Inspiring!

Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *