Peluang Masa Lalu yang Terabaikan

Selalu ada hal indah di masa lalu. Apakah itu prestasi yang berlimpah, pengalaman yang mengesankan, atau kisah cinta yang pupus dan belum bisa move on sampai sekarang. Apapun kisah masa lalumu, tak usah mengeluh. Ambil saja hikmahnya. Karena percayalah masa lalumu tidak akan memastikan masa depanmu. Masa lalu hanya mempengaruhi masa sekarang. Dan masa depan dipengaruhi oleh masa sekarang. Jadi ada 3 masa yang saling mempengaruhi. Paham?

Peluang Masa Lalu yang Terabaikan
3 Peluang Masa

Nah kali ini saya akan berbicara mengenai peluang masa lalu yang terabaikan. Inspirasi ini saya ambil dari beberapa teman yang saya anggap pencapaiannya di masa muda diatas rata-rata. Dan ketika saya berbincang dengan mereka, ternyata mereka punya pola yang sama. Nah apa itu?

Pertama, teman saya di ISLC UI 2011. Beberapa bulan lalu setelah mengisi seminar di Universitas Brawijaya bersama Gamal Albinsaid, akhirnya saya berjumpa lagi dengan Jawwad. Sudah 4 tahun lamanya. Sejak Oktober 2011 di Universitas Indonesia dan berjumpa kembali November 2015 di Universitas Brawijaya. Sungguh banyak sekali inspirasi yang saya dapat dari Jawwad. Prestasinya yang beeeeeh juga memberikan banyak pelajaran baru. Diskusi kami sempat saya tulis di hari 29 #30DWC “Bukan Menjadi Siapa, tapi Membawa Nilai Apa”. Dan tanggal 10 Januari nanti kami akan hadiri pernikahannya. Iyeeeii. Semangat baru di awal tahun untuk menyusul*eh.

Tapi yang menarik bukan soal pernikahan. Tetapi soal peluang yang dia manfaatkan di masa lalu. Poin ini saya dapatkan ketika di satu topik Jawwad sempat bercerita tentang apa yang membuatnya bisa mengisi seminar skala regional dan nasional. Bahkan hampir setiap jurusan di Universitas Brawijaya mengundangnya jadi pembicara. Dilihat sekilas, faktor pendukungnya adalah Mahasiswa Berprestasi Universitas Brawijaya 2015 dan delegasi HMUN di Amerika Serikat. Tapi setelah digali lebih dalam ada satu hal menarik di masa lalunya. Apa itu?

Ternyata Jawwad sudah berlatih dan mengambil kesempatan di masa lalu. Berani tampil dan berbicara di muka umum. Itu sudah dilakukannya sejak TK dan SD. Maka tak heran peluang yang dimanfaatkan di masa lalu itu berujung manis seiring dia bertumbuh hingga kini.

Kedua, teman saya di Universitas Ciputra. Informasi bagi yang belum tahu. Disini kami belajar entrepreneurship sejak kuliah. Maka tak heran mahasiswa yang “serius” sudah punya bisnis yang juga “serius”. Salah satunya adalah Yonatha Rinaldy. Teman satu angkatan di jurusan bisnis manajemen. Saya sudah kenal sejak lama. Dan memang penampilannya terlihat kelas atas. Penampilan semacam itu sudah biasa terlihat di kampus. Karena kebanyakan mahasiswa berpenampilan itu karena “backingan” orang tua. Belum berpenghasilan sendiri. Tapi setelah saya mengenal lebih jauh, hal tersebut tidak berlaku di Yonatha. Memang orang tuanya memilki unit bisnis dimana-mana. Dan sejak semester 2 dia sudah memegang penuh satu unit bisnis orang tuanya! Bagi saya ini sebuah prestasi menarik. Dia sudah memegang kendali penuh. Maka tak heran penampilannya kelas atas. Dan yang lebih menarik adalah ternyata dia sudah mengikuti orang tuanya sejak kecil. Sejak TK walaupun hanya mengangkat barang. Seiring bertambahnya umur semakin bertambah tanggung jawabnya. Apalagi di masa kuliah.  Dan ini dia pola yang sama dengan teman saya sebelumnya. Mereka memanfaatkan peluang masa lalu.

Sebuah pelajaran yang menarik. Saya percaya, kita pasti memiliki peluang di masa lalu. Pertanyaannya sekarang, apakah peluang itu kita manfaatkan atau terabaikan? Apakah dari dulu kita sudah mulai merintis potensi, passion, dan talenta tertentu atau berpindah-pindah? Apakah dari dulu kita sudah yakin dan berjuang atau masih iri dengan orang lain ketika pencapaiannya terlihat lebih WOW? Pertanyaan yang patut kita renungi.

Memang, untuk yakin dengan sebuah tujuan bukanlah hal yang mudah. Butuh perjuangan dan mungkin saja tangisan. Tapi itulah yang sudah dilakukan oleh Jawwad, Yonatha dan mungkin sahabat lain yang memiliki pola kehidupan yang sama. Memanfaatkan peluang yang ada di masa lalu. Dan kini, saya selalu berusaha dan berusaha untuk yakin dengan tujuan dan jalan yang saya pilih. Hasilnya perlahan mulai meyakinkan. Dalam hal menulis misalkan. Memang saya tidak memulai mendalaminya dari TK atau SD. Melainkan SMA. Beruntung saya sadar “cukup cepat” dibandingkan kebanyakan sahabat lain yang masih berpindah-pindah. Lihatlah pola berikut :

  • Menulis SATU KALIMAT SEDERHANAdi buku catatan (2009)
  • Menulis REFLEKSI HARIANdi diari harian (2010)
  • Mengikuti lomba ESSAY“Andai Aku Jadi DPD RI” dan juara 1 se-provinsi Riau (2011)
  • Kontributor di BUKU KOLABORASIyang berjudul ADMIRAL : Generasi, Perjuangan, dan Keajaiban (2012)
  • Menulis BUKU PRIBADI“What Amazing You” yang tersebar di 5 benua (2013)
  • Menjadi KOORDINATOR BUKU KOLABORASI“Aku, Indonesia, dan Masa Depan” (2014)
  • MenjadiMENTOR MENULIS dan mendirikan Passion Writing Academy (2015)

 

Ada proses naik kelas. Dari satu kalimat hingga kini mendirikan lembaga tersendiri. Dan jika ditanya, apakah tujuan akhir saya “hanya” seorang penulis? Saya akan jawab tidak. Writer is not my life. But writer is part of my life. Karena semakin bertambahnya usia, semakin lengkap pula puzzle yang saya susun untuk melihat sebuah tujuan di masa depan.

Nah kamu, apakah masih mengabaikan peluang di masa lalu? Atau segera sadar akan peluang yang ada setelah membaca tulisan ini? Kamu boleh share untuk mengingatkan sahabat yang lain. Tapi yang lebih penting adalah ambil peluang itu dan mulailah berkarya!

 

Keep writing, always inspiring!

 

Rezky Firmansyah
Penulis Buku Tersebar di 5 Benua
Founder Passion Writing Academy

0 thoughts on “Peluang Masa Lalu yang Terabaikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *