Passion Writer Circle: 3 Bulan Belajar Bersama

Seorang teman di Surabaya pernah memberikan pesan menarik di salah satu IG live bersama. Zayyin Achmad namanya. Lebih kurang pesannya begini:

“Seorang penulis seharusnya mimpinya bukan hanya menerbitkan buku pribadi. Karena buku hanyalah tools. Pikirkan, apa ekspansi kebaikan selanjutnya.”

Pesan ini begitu berkesan bagi saya. Pesan yang semakin menguatkan saya tentang perspektif pribadi terhadap menulis. Bukan hanya menulis, tapi lebih dari itu. Istilah yang saya gunakan di belakang nama IG saya, Passion Writer.

***

Buku saya terbit pertama kali pada April 2012. Buku antologi berjudul Admiral: Generasi, Perjuangan, dan Keajaiban yang ditulis bersama teman seangkatan dan diluncurkan di perpisahan SMA. Tapi ternyata, titik awal saya menulis bukan pada buku ini. Karena beberapa tahun sebelum buku, saya sudah merintis kebiasaan menulis. Menulis jurnal harian dan menang lomba essay. Tahun 2010 dan 2011.

Sejak 2010 hingga 2020 sudah banyak jalan yang saya lewati secara sadar. Mulai dari jurnal harian, essay, buku antologi, buku pribadi, memimpin proyek buku, bikin program kreatif, podcast dan berbagal hal lain saya explore di dunia menulis. Saya ada tuliskan jejak karya saya di blog ini. Sedangkan untuk karya, bisa cek di IG @karyarezky. Atas segala pencapaian, kalimat yang pantas diucapkan tentu saja, alhamdulillah hadza min fadhli rabbi.

Kini sudah menginjak 2021. Seperti halnya banyak orang pada umumnya, resolusi menjadi suatu hal yang dipersiapkan. Saya pun mencoba untuk melakukan rutinitas ini sebaik-baiknya. Terutama di bidang yang saya sukai, menulis.

Sekitar tahun 2015, sebenarnya saya sudah melihat perspektif otentik tentang menulis. Bahwa menulis itu bukan hanya sebatas penuangan kata atau pembatasan bakat. Apalagi saya menggunakan nama PassionWriter. Ini bukan hanya soal keren-kerenan personal branding. Perspektif yang personal dan otentik itu perlahan menemukan kepingan puzzle yang semakin utuh. Salah satu strong why saya untuk menulis adalah eksplorasi diri. Yang semoga, eksplorasi diri itu bisa menjadi jalan untuk memberikan amal terbaik yang diridhoi Allah.

Banyak buku yang saya tulis yang tujuan utamanya bukan untuk dijual. Ya dijual sih, tapi saya tidak terlalu memikirkan berapa eksemplar buku yang terjual. Tentu, semakin banyak buku yang terjual, semakin banyak manfaat yang didapatkan pembaca. Idealnya seperti itu. Tapi entah kenapa, eksplorasi diri bagi saya lebih menarik. Contohnya gimana?

Dua buku saya lahir dari program kreatif yang saya rintis sejak Oktober 2015. Buku tersebut adalah:

  1. 30 Cerita Sukses Fighter 30DWC
  2. 30 Cerita Gagal Fighter 30DWC

Dari judulnya, cukup jelas kan buku ini isinya tentang apa? Buku ini terinspirasi dari Fighter yang berhasil dan gagal di 30DWC. Saya berikan kepada mereka yang ikutan 30DWC secara gratis dalam format digital.

Karya yang terinspirasi dari 30DWC

“Kenapa tidak dijual saja? Bukannya bisa dapat untung?”

Iya memang. Tapi mungkin nanti-nanti saja. Tapi setidaknya, saya bahagia buku ini bisa lahir. Saya bisa eksplorasi diri dan mendapatkan banyak insight dari mereka. Mereka saya interview dan potongan kisahnya saya susun menjadi cerita.

Menulis untuk eksplorasi diri memang menyenangkan sekali.

***

Selain eksplorasi diri, menulis bagi saya juga sebagai pembuktian iman, ilmu, dan manfaat terbaik. Tentu mudah saja jika kita hanya menulis lalu publikasi. Mudah dan sederhana. Tapi lagi-lagi, entah karena saya yang iseng atau gimana, selalu ada cara menarik bagi saya untuk menggali dalam proses ini. Maka di akhir tahun 2019 lahirlah @bukuuntukibu dan berubah menjadi @bukuuntukayahibu di 2020.

Kamu yang sudah ikutan program itu pasti tahu. Sekilas, kamu bisa baca di postingan ini slide terakhir. Dari momen program itu, saya merasakan kebahagiaan. Bermula dari buku kecil, opini media cetak, dan Surat Cinta untuk Mama, momen demi momen tersebut bisa bertumbuh menjadi gerakan kreatif. Yang mana peserta pun bisa menyampaikan pesan cinta kepada orangtua mereka melalui buku. Bahkan salah satu peserta ada yang berinisiatif untuk membuat gerakan Surat untuk Anak. Masyaallah.

Untuk momen launching bukunya, kamu bisa tonton di sini.

Menulis untuk persembahan amal terbaik yang otentik.

***

Ada satu lagi. Duplikasi kreatif.

Ceritanya sekitar awal 2018 saya iseng menulis Insight Quran di Instagram. Singkatnya, itu hanya tadabbur ayat Al-Quran yang saya kaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Tak disangka, keisengan saya ini dilihat oleh Ilma Pratidina, salah satu Fighter 30DWC juga. Melalui tangan kebaikannya, lahirlah Insight Quran Writer. Komunitas menulis yang mengangkat ayat-ayat Al-Quran sebagai inspirasinya. Kabar terbaru yang saya dapatkan, komunitas ini sudah dan akan melahirkan trilogi buku: habluminallah (hubungan dengan Allah), habluminannas (hubungan dengan sesama manusia), dan habluminannafs (hubungan dengan jiwa). Menarik sekali konsepnya.

Duplikasi kreatif adalah kata kunci yang suka saya gunakan. Pertumbuhan Insight Quran Writer tidak ada campur tangannya dengan saya. Merekalah yang bertumbuh. Tapi dari pertumbuhan ini saya menemukan momen apa yang saya sebutkan duplikasi kreatif.

Saya tidak ingin hanya memproduksi tulisan. Saya ingin menduplikasi suatu hal secara kreatif sehingga hal tersebut bisa bertumbuh dan meluas. Dan momen keisengan Insight Quran yang menjadi Insight Quran Writer ini menjadi hal yang sangat saya syukuri. Semoga jadi pemberat amal kebaikan. Aamiin.

***

Salah satu alasan yang memacu saya untuk terus bertumbuh adalah sebuah pertanyaan, bikin apa lagi? Setelah semua ini, bikin apa lagi?

Saya ingin mengesplorasi diri lagi, ingin beramal lagi, dan ingin memproduksi kebaikan lagi yang semoga bisa jadi duplikasi kreatif. Saya ingn bikin Passion Writer Circle. Apa ini?

Pengalaman sekitar 10 tahun di dunia menulis membuat saya belajar banyak. Tentu, ilmu saya belum seberapa dibandingkan mereka yang jauh lebih berpengalaman. Tapi yang saya yakini, saya sudah belajar, sedang belajar, dan ingin terus belajar. Saya berharap, hal sedikit yang saya punya manfaatnya bisa diakselerasi. Bukan hanya 1 + 1 = 2. Tapi berlipat-lipat dibandingkan itu. Untuk itulah Passion Writer Circle ini hadir.

Selama 3 bulan, saya ingin membuka kesempatan bagi 7 orang terpilih untuk berada pada ring 1 proses berkarya saya. Anggaplah ini mentoring, inkubator atau apa pun namanya. Tapi yang jelas, saya ingin hadir sebagai teman, begitu pula kamu untuk saya. Kita, sama-sama belajar.

Apa persyaratannya?

  • Sudah kenal dengan Rezky Firmansyah
  • Usia 20-33 tahun
  • Punya ketertarikan di dunia kreatif dan menulis
  • Pernah menulis buku lebih diutamakan
  • Punya skill desain lebih diutamakan
  • Siap belajar dan bertumbuh bersama dalam 3 bulan

Apa output dari program ini?

  • Saya belajar dari kamu, kamu belajar dari saya
  • Bikin proyek kebaikan bersama

Bagaimana proses belajarnya?

Untuk perihal teknis, akan saya kabari jika kamu sudah terpilih. Yang pasti, kita akan saling belajar tanpa harus tatap muka.

Sekiranya jika kamu berminat menjadi bagian dari inner circle saya dalam berkarya silakan isi form berikut.

Selamat bertumbuh bersama!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *