Ada sebuah pengelompokan yang menarik tentang pemuda masa kini beserta angka yang mereka miliki. Mereka yang peduli bernilai satu. Mereka yang apatis bernilai nol. Dan mereka yang pesimis bernilai minus satu. Lalu muncul pertanyaan, kelompok manakah kamu?
Harapan. Sebuah hal abstrak yang tidak terlihat oleh mata. Hanya mampu dilihat oleh mereka yang mempunyai visi nyata jauh kedepan. Akan tetapi, dunia seolah tidak mendukung agar harapan itu tetap hidup. Seolah-olah harapan hanyalah sebuah ilusi yang tidak penting untuk diperjuangkan. Sehingga memunculkan kegelisahan, apa jadinya jika membangun harapan terabaikan? Apa gunanya membangun harapan jika dimana-mana tersebar ketidakadilan.
Terlintas membangun harapan seolah menutup mata atas kemunafikan di dunia. Tapi sungguh, itu adalah pemikiran yang keliru. Karena membangun harapan adalah usaha untuk hanya berfokus kepada kebaikan untuk mencapai kejayaan. Karena apa daya jika harapan tidak ada. Apa lagi yang akan dituju oleh seorang manusia?
Pemuda membangun harapan. Sebuah mimpi yang diperjuangkan oleh generasi masa kini. Melihat negeri ini yang seolah-olah harapan mulai punah. Melihat jiwa pemimpin yang dipenuhi oleh keserakahan dan rakyat yang hidup dengan ketidakpedulian.
November merupakan bulan menjelang pergantian tahun. Diri ini teringat akan lagu November Rain. Muncul rasa penasaran. Mengapa harus rain? Bukankah hujan identik dengan tangisan kesedihan? Mengapa tidak memilih rain-bow? Karena pelangi mengingatkan tentang harapan dan keindahan.
Kemudian diri ini sejenak merenung, bagaimana mungkin pelangi ada jika hujan tidak turun. Bukankah pelangi di langit muncul setelah hujan turun ke bumi. Sebuah pesan kauniyah yang menceritakan kepada diri bahwa keindahan akan datang setelah kesuraman. Dan pesan kauliyah dengan jelas tertulis “setelah kesulitan pasti ada kemudahan”
Tapi jauh hati terdalam, diri ini lebih mengharapkan November rain. Mengharapkan rain akan mengguyur untuk menghilangkan kabut asap dosa negeri ini. Dosa keserakahan pemimpin. Dosa ketidakpedulian rakyat. Dan lebih banyak dosa diri ini yang tertutupi oleh Yang Maha Suci
Hujan turunlah. Biarkan airmu mengguyur banyaknya kabut asap serta dosa negeri ini.
Pelangi muncullah. Tetaplah menjadi harapan yang akan menjaga jiwa ini untuk mencapai tujuan indah yang entah tercapai kapan.
***
Merasa tulisannya berbeda? Ya wajar. Karena tulisan diatas adalah hasil latihan yang ditugaskan oleh Forum Lingkar Pena Surabaya. Di akhir sesi kami diberikan tantangan untuk menulis novel. Dan itulah imajinasi yang saya keluarkan dari pengamatan dan pengalaman. Karena berdasarkan tips dari pemateri, mulailah dengan kisah nyata yang kamu alami. Ya tentu tidak semuanya kisah nyata. Dibutuhkan unsur imajinasi yang tinggi. Yaa katanya sih novel itu senjata utamanya adalah imajinasi. Hmmm, mungkin jika benar akan menulis novel, kisah yang akan saya ambil mengenai pemuda dan harapan
Ohya, sekedar info. Foto yang saya pakai adalah hasil karya pejuang #30DWC. Kamu bisa liat karya tulisan dan fotonya di IG @didilaras
Keep Writing, Always Inspiring!