Istilah yang menarik dari sahabat sekamar saya, di lantai 2 ketika asrama dulu. Sebuah pemahaman dari dosen industri yang menuliskan pemikirannya di blog hidayatno.wordpress.com. Dari segi desain blognya biasa saja. Tapi dari segi content saya akui, ini layak untuk dipahami.
Membumikan konsep, sebuah pemikiran untuk membumikan banyak teori yang diajarkan di sekolahan dan dunia kampus yang terlalu melangit. Sulit untuk dipelajari tapi nol aplikasi di dunia nyata. Coba deh akui, untuk apa sih belajar matematika sin cos tangen? Untuk apa sih menghafal rumus dan perubahan molekul kimia? Untuk apa sih menghafal nama latin makhluk hidup?
Saya akui hal ini adalah masalah yang seringkali diperbincangkan oleh banyak orang. Belajar hal yang tidak dibutuhkan dalam kehidupan. Memang tidak ada yang sia-sia dalam pembelajaran. Tapi ada yang namanya efektifitas. Nah ini yang sering terabaikan. Melihat permasalahan ini banyak orang hanya mengeluh dan mengutuk sistem yang ada. Atau malah hanya terbawa arus dan jalani apa adanya. Sehingga tidak ada keinginan dalam diri untuk melakukan perubahan.
Saya teringat dengan film yang sempat diputar di pustaka kampus, judulnya “We can’t change the world, but we can build school in Cambodia”. Sebuah fillm yang diangkat dari kisah nyata. Tentang 4 mahasiswa Jepang yang awalnya adalah mahasiswa “kupu-kupu” lalu tergerak untuk melakukan perubahan dari melihat sebuah brosur donasi pendidikan. Singkat kata, mereka mampu mendirikan sekolah di Kamboja. Kini 4 mahasiswa tersebut sedang mendalami dunianya masing-masing. Ada yang bergerak di penilitian HIV AIDS, bekerja sebagai humanitarian di Afrika, mempelajari etnis Khmer dan leadernya bekerja sebagai dokter yang masih aktif dalam pembangunan sekolah.
Sebuah pelajaran menarik yang saya dapat dari film ini,
“Mungkin kita tidak bisa memberikan perubahan besar kepada dunia dalam waktu singkat. Tapi kita bisa melakukan perubahan kecil. Lalu mengumpulkannya untuk memberikan dampak yang semakin membesar”
Membumikan konsep adalah sebuah ide yang sangat menarik. Bagaimana membumikan teori langit di dunia pendidikan formal menjadi hal yang membumi untuk dipelajari dan diaplikasikan dalam dunia nyata.
Saya akan berikan contoh dari jurusan saya sendiri, bisnis manajemen. Di mata kuliah Business Execution ada yang namanya konsep landak. Sebuah teori tentang seekor landak yang mempunyai kekuatan dari duri di tubuhnya. Dia memiliki gerakan yang lambat, akan tetapi rubah yang cepat tidak mampu mengalahkannya. Memang rubah memiliki banyak kelebihan. Tapi landak punya satu senjata terkuat yang sedikit dimiliki oleh hewan lain, duri di tubuhnya. Begitu pula dalam bisnis, kita harus mengetahui kekuatan terbesar yang kita miliki apa. Sehingga mampu menjadi peluang besar untuk memulai sebuah bisnis. Ada 3 hal mendasar yang diambil dari pemahaman yang mendalam konsep landak :
- Mulailah dengan minat terbesar Anda apa (Passion)
- Di bidang apa Anda bisa menjadi yang terbaik (Identify)
- Apa mesin ekonomi Anda (PayOut)
Itulah konsep landak dalam memulai sebuah bisnis. Cukup sederhana bukan? Bahkan Coach Dedy Dahlan membuatnya lebih simpel yang dinamakan PIPO (Passion Identify PayOut). Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang mengubah hobi menjadi duit, silahkan baca artikel dan tips dari dedydahlan.com
Memamg memulai hal ini cukup sulit. Membuat apa yang kita pelajari agar lebih mudah dipahami dan kita bagikan ke orang lain. Tapi itulah yang namanya proses perjuangan untuk memberikan perubahan. Karena untuk apa kita kuliah jika hanya sebagai syarat diterima kerja? Apakah kuliah hanya sesempit itu? Bukankah kuliah ada proses peningkatan kualitas diri agar mampu lebih berkontribusi?
Ini bukan hanya soal mahasiswa yang dianggap idealis. Melainkan siapapun kita sekarang, sebagai changemaker. Bukan sebagai seorang pengajar yang hanya mengucapkan kembali apa yang ada di buku. Bukan sebagai mahasiswa yang memberikan jawaban persis sama dari apa yang di presentasi dosen. Bukan sesederhana itu kawan. Mari muliakan hidup kita. Agar apa yang telah kita pelajari berpuluh tahun bukan hanya menjadi “sampah” di dalam pikiran. Melainkan menjadi “berkah” bagi banyak orang.
Jadi, konsep apa yang mulai kamu “bumikan”?
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Penulis buku tersebar di 5 benua
Founder Passion Writing Academy
Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Yuk invite 76B4BF69/085363949899 dan juga follow @rezky_rf9
Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri