Memaknai Masa Lalu untuk Perjuangan Masa Depan

image

“Kok junior mau ya nerima doi?”
“Gimana kabar pembina asrama ya?”
“Masih ingat pas diturunin senior malam-malam?”

Kumpulan kisah masa lalu seringkali dibicarakan. Dan uniknya kami tidak pernah merasa bosan. Mungkin itulah yang namanya keindahan masa SMA. Tapi perlahan kami mulai MOVE UP ke masa depan. Mulai dari skrispi yang menjadi solusi, bicara kontribusi atau kolaborasi masa depan.

Dulu kami pernah memiliki satu warna yag sama, yakni biru. Layaknya langit yang tinggi dan lautan yang luas. Menggambarkan visi yang tinggi dan hati yang luas. Dan lihatlah kini, kami menggunakan warna yang berbeda. Merah layaknya api semangat yang menggelora, hijau layaknya pegunungan yang meneduhkan, kuning layaknya cahaya matahari yang menyinari dan berbagai makna warna lainnya. Tapi percayalah, jiwa kami tetap sama. 3 tahun kami dididik untuk Riau lebih baik. Kontribusi untuk Indonesia yang lebih besar. Ya ini adalah investasi jangka panjang dari para founder sekolah ini. Sebuah visi yang terkadang sulit untuk kami baca di usia saat ini. Tapi pendidikan sesungguhnya bukanlah 3 tahun di masa SMA. Melainkan memaknai masa lalu, berjalan di masa sekarang, dan berjuang di masa depan.

Visi yang besar dan pandangan yang jauh mungkin saja sulit untuk dibaca. Akan tetapi, tidak tahu bukan berarti diam dan tidak bergerak sama sekali bukan?

Jika bisa berlari, maka berlarilah. Jika tidak bisa berlari, maka berjalanlah. Jika tidak bisa berjalan, maka merangkaklah. Jika tidak bisa merangkak  jangan diam.  Pastikan pikiranmu tetap hidup untuk bergerak ke masa depan.

Sahabat, kita mungkin memiki masa lalu yang berbeda. Hal itu menyebabkan kita melihat masa depan dengan cara yang berbeda. Tapi percayalah kita tetap memiliki irisan tujuan masa depan yang sama. Kontribusi dan kebermanfaatan sesama adalah salah satu contohnya.

Bersyukur kita masih memiiki jiwa yang masih muda. Jangan biarkan semangat itu dibenturkan dengan realita masa kini yang menyurutkan semangat kita untuk berkontribusi. Bukan persoalan mengenai idealisme. Tapi persoalan keyakinan kita kepada Dia yang menciptakan jiwa ini. Apakah kita diciptakan tanpa makna dan tujuan sama sekali? Kontribusi dan kebermanfaatan, sekali lagi ini adalah salah satunya.

Jadilah bibit-bibit kancil dimanapun kita berada. KANCIL yang memberikan kebaiKAN keCIL dimanapun kita berada. Karena kita tidak tahu apa efeknya dengan orang yang berbeda. Bisa jadi di satu orang itu tidak bermakna, tapi akan berbeda dengan orang lainnya. Jangan diam, jangan patah semangat, jangan berhenti untuk menebar kebaikan.

***
Catatan singkat tentang sahabat 6.5 tahun dari Riau yang kini berjuang di Surabaya. Ditulis di dalam bus menuju perjalanan ke Jogja untuk berjumpa sahabat lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *