Memaafkan Kesalahan, Melepaskan Beban

Memaknai semesta layaknya mata kuliah wajib  bagi mahasiswa universitas kehidupan. Bagi setiap pembelajar kehidupan. Hanya saja kita seringkali memungkiri ini. Sebuah alasan yang tidak bijak seringkali terucap adalah “ini hidupku, kamu nggak usah sok ngajajarin aku.”

Saya percaya setiap orang memiliki jejak kehidupan yang berbeda. Termasuk didalamnya memiliki masalah yang berbeda. Tapi tunggu dulu, jika diteliti lebih bijak, tidak setiap masalah itu berbeda sepenuhnya. Ada benang merah dari masalah orang lain yang bisa kita ambil maknanya untuk masalah yang kita alami.

“Kamu nggak ngerasain apa yang aku rasa. Nggak usah sok nasehatin aku”

Nah ini hambatan lainnya. Bisa saja orang lain tidak merasakan hal yang sama. Karena tidak mungkin juga harus menunggu orang lain yang merasakan hal yang sama barulah kita menerima nasehatnya. Sama halnya seperti kematian, apakah harus menunggu seseorang yang sudah berpengalaman mati menasehati barulah kita menerima nasehat tentang kematian? Nggak juga kan?

Memaknai semesta, itulah yang kita butuhkan. Bagaimana caranya memakai hikmah tersirat yang mungkin seringkali terabaikan. Bukankah Allah memberikan hikmah melalui ayat kauliyah dan kauniyah? Dengan cara tertulis di Al-Quran dan tersebar di semesta. Maka kita bukan hanya butuh membaca apa yang tertulis dengan tinta, tapi juga dengan kata yang terlepas di semesta.

Berlapang hatilah. Karena tidak ada gunanya menggerutu apa yang sudah terjadi di masa lalu. Berdamailah. Karena hidup dengan beban hanya akan memberatkan jalanmu di kehidupan.

Dikecewakan oleh pasangan di H-1 pernikahan, perceraian orang tua, dikhinati oleh sahabat sendiri dan berbagai masalah yang kita alami. Maafkanlah. Berdamailah. Lihat masa depan yang lebih indah.

“Gampang banget kamu ngomong maafkan. Kamu nggak rasain apa yang aku rasain”

Benar. Memang benar orang lain tidak merasakan apa yang kamu rasakan. Tapi kembali lagi dengan mengingatkan nasehat kematian. Apakah harus nunggu mati dulu baru menasehati dan mengingatkan tentang kematian?

Ada banyak orang yang sudah move on dengan masa lalunya. Seburuk apapun masa lalunya. Tentu mereka punya cara tersendiri. Persamaan cara diantara mereka  adalah dengan memaafkan dan bersyukur.

“Bagaimana mungkin menyelesaikan masalah dengan memaafkan dan bersyukur?”

Oke mungkin kamu butuh bukti nyata. Saya sudah merasakan bertahun-tahun sebelumnya. Bahkan bukan hanya saya saja. Ada banyak orang lain yang mempraktekkan dan hasilnya luar biasa.

Ada yang melakukannya karena hubungan dengan seseorang, baca disini

Ada yang yang melakukannya untuk kuliah di universitas impian, baca disini

Ada yang melakukannya karena kegagalan dan meraih impian, baca disini

Sudahlah, terima masa lalu. Maafkan apa yang orang lain lakukan. Memang tidak mudah, tapi perlahan mulailah.

Baca juga : Kenapa Masih Sulit Memaafkan?

“Jika sulit bagimu memaafkan, ingatlah betapa mudahnya Allah memaafkan. Jika masih sulit memaafkan, ingatlah betapa engkau ingin agar Allah mudah memaafkan” (Akmal Sjafril)

 

Keep writing, always inspiring!

Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing Academy

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *