Meski bibir ini tak berkata
Bukan berati ku tak merasa
Ada yang berbeda diantara kita
Dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karena
Diriku tak mampu untuk bicara
Bahwa aku ingin engkau ada di hidupku
Kamu tahu lagu apa itu? Yap, judulnya “Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi” yang dinyanyikan oleh HiVi. Lalu jawabannya apa?
Abaikan pertanyaan diatas. Karena itu bukanlah pertanyaan yang harus diungkapkan. Pun kalau diungkapkan, kamu belum akan menerima kan? Ya kamu. Karena saya percaya bahwa kamu hanya akan menerima dengan cara yang baik karena kamu adalah perempuan dan lelaki yang baik. Setuju kan? Iyei!
Pernah gak sih merasakan suatu hal yang menggalaukan. Mengungkapkan perasaan atau menerima respon seperti :
“Terus kalau aku sayang kamu, kenapa?”
“Gak tau kenapa tapi aku sayang kamu”
“Actually, you are all i need”
Banyak lagi hal-hal menggalaukan selain ungkapan diatas. Seperti dilema cinta dalam hati, ingat dengan mantan walaupun gak lagi sayang. Duuh baper banget deh. Sadar gak kalau semua hal diatas sudah pernah saya tuliskan di tulisan sebelumnya. Ya benar. Di kategori love and relationship saya selau menuangkan kegalauan yang bermakna. Kreatif. Karena galau itu adalah kesempatan. Bukan kesempatan untuk balikan sama mantan loh ya. Tapi kesempatan untuk merenungkan. Merenungkan sebuah jawaban. Nah sekarang saya akan menambah lagi kegalauan baru yang mungkin kamu rasakan.
“Ketika rasa itu kembali ada, apa yang harus dilakukan?”
Nah ini yang selama ini kamu cari! Ya kan? Akhirnya ditemukan juga. Sudahlah mengaku saja. Uwow!
Baik kita mulai. Perasaan memang terkadang sulit untuk dipahami. Berbagai kata yang keluar dari mulut seringkali salah makna. Misalkan saja :
“Turunkan aku disini”
“Duh sayang ini kan masih jauh dari rumah kamu”
“Gak peduli! Pokoknya turunkan aku disini!”
“Kamu yakin?”
“Iiih kamu ya! Pokoknya turunkan aku disini”
“Oke. Aku berhenti ya”
“Iiiihh. Kamu tega ya sama aku. Nurunin aku disini. Kamu gak sayang lagi sama aku.”
Nah kan. Jadi masalah. Begitulah perasaan. Apa yang diungkapkan memang sulit ditafsirkan. Salah tafsir malah jadi masalah baru. Pernah merasakan hal sejenis diatas?
Mungkin ini sudah sebuah pembenaran ya. Bahwa perempuan itu cenderung menggunakan perasaan sedangkan lelaki menggunakan otak dan logika. Tapi pertanyaan yang paling penting. Apakah hanya karena cenderung menggunakan perasaan lalu perempuan tidak punya otak? Atau sebaliknya. Apakah karena lelaki cenderung menggunakan otak dan logika lantas tidak punya perasaan? Gak kan? Nah ini poin pentingnya!
“Bukan kejadian yang menentukan perasaan. Tapi keputusan atas kejadianlah yang seharusnya menentukan perasaan”
Saya percaya banyak orang yang ingin move on. Saya menuliskannya. Saya pun percaya banyak orang yang mengode dan kena kode. Saya pun menuliskannya. Dan saya juga percaya banyak orang yang ingin menjaga hatinya. Saya pun sudah menuliskannya. Tapi bagaimana jika rasa itu kembali ada?
Rasa yang kembali ada itu wajar sekali. Dan sesungguhnya jika kita lebih bijaksana, itulah cara indah Allah untuk mengetuk hati. Tapi seringkali seorang salah langkah. Malah mendekati dia yang mengungkapkan perasaan bukan mendekati Dia yang menciptakan perasaan.
Hidup ini indah dengan adanya cinta. Karena dengan cinta kekuatan untuk maju itu ada. Dekatilah Dia. Dia yang pasti bisa menguatkan kita disaat lemah. Dia yang pasti bisa memberikan ketenangan atas segala kegelisahan. Dan Dia yang pasti bisa memberikan jalan keluar atas segala hambatan.
Jadi, kamu tahu kan jawabannya apa?
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Penulis Buku Tersebar di 5 Benua
Founder Passion Writing Academy
Taqarub ilallah,tholabul’ilmi, ishlah jaga hijab dan izzah dalam sebuah penantian yg indah…
Itulah yg dilakukan saat rasa itu kembali ada…
Perdana baca tulisannya. Sukses ya iki, semoga tulisannya bisa menginspirasi banyak orang dan selalu terus berkarya yang bermanfaat.