Banyak orang bermimpi. Tapi tidak banyak yang membuatnya menjadi kenyataan
Banyak orang bermimpi. Tapi tidak banyak yang menjaga harapan
Ini mengenai kisah nyata yang saya alami. Layaknya orang orang lainnya. Saya pun pasti punya impian. Dan layaknya orang orang yang tersuntik kata kata “bermimpilah setinggi langit, jikalau jatuh kamu akan jatuh di bulan”. Ada satu fase dimana saya bermimpi sesuka-sukanya. Menuliskan di dream book tanpa strategi yang jelas untuk mendapatkannya. Dan juga layaknya orang yang belum istiqomah memperjuangkan impiannya. Saya tidak terlalu struggling untuk impian itu. Maafkeun aku impianku :”
Dan juga seperti orang yang sudah sadar dari “aku tak tau arah jalan pulang”*IYKWIM, saya pun mulai sadar, saya harus bangkit. Karena kalau begini terus jodoh saya pun gak menjadi kenyataan*eh salah. Maksudnya impian saya gak menjadi kenyataan.
Sebuah catatan kecil dan refleksi di 2014 menjelang 2015. Mulai mengubah “bermimpilah setinggi langit, jikalau jatuh kamu akan jatuh di bulan” menjadi “bermimpilah tinggi dan gantungkan pada Yang Maha Tinggi”.
Catatan dan evaluasi kedepan, strategi mencapai impian harus SMART.
Spesifik : Bagaimana saya menjelaskan TUJUAN saya secara spesifik?
Measurable : Bagaimana saya bisa MENGUKUR pencapaian tujuan saya?
Attainable : Apa tujuan saya adalah sesuatu yang dapat DIRAIH?
Realistic : Apa tujuannya MASUK AKAL buat saya? Gimana caranya bisa MASUK AKAL?
Timelined : Kapan waktu yang saya inginkan untuk mencapai ini? Deadlinenya kapan?
Bismillah, semoga siapapun yang baca ini kedepannya bisa istiqomah untuk mencapai impian. Agar mampu bermanfaat bagi banyak umat*aamiin
Tepatnya tanggal 26 Desember 2014 saya mengalami #JLEB terkait impian saya. Kalau kamu pernah masuk kamar saya di kontrakan Surabaya, kamu pasti tahu gimana kerennya kamar saya. Bahkan ada yang bilang “Rez, kalau dikamar ini kok aku merasakan energi yang besar gitu ya”. Yap memang. Karena tak ada satu sisi dindingpun yang lepas dari tempelan. Mulai stiker, peta dunia, papan impian, bahkan brosur-brosur yang ditempel.
Nah di satu dinding, saya menempel potongan koran dan hasil print “Umroh Plus Turki & Palestine 2014”. Dan di kalender, saya menuliskan tanggal 26 Desember. Bahkan jadwal keberangkatan travel umroh di koran yang saya tempel itu juga 26 Desember. Hasil yang saya dapatkan di 26 Desember 2014 adalah ini :
Foto itu bukanlah Turki ataupun Palestina. Itu adalah foto di Kedah, Malaysia. Tepatnya Mesjid Bukhori. Sejarah berdirinya bikin impian makin ON!
Mesjid Bukhori berdiri 2001. Pendirinya adalah Tan Sri Syed Mokhtar Albukhori. Bukhori adalah nama ayah beliau. Ada kisah menarik yang saya dapat dari Pakcik saya. Dulunya beliau hanyalah pedagang kecil biasa. Hasil usahanya selalu disampaikan ke ibunya. Nah, ibu beliau pun mulai membagi-bagi keuntungan usaha tersebut. Sekian persen untuk olahan usaha dan sekian persen untuk sedekah. Yang saya yakini, porsi sedekahnya pasti WOW. Karena Bukhori awalnya gak setuju dengan sikap ibunya yang membagi-bagikan keuntungan usaha itu. Dan singkat kata, ya seperti sekaranglah hasilnya. Di komplek tersendiri itu ada Mesjid Megah, Rumah Sakit Universitas, Pertokoan di bawah yayasan Bukhori Foundation. Subhanallah!
Inti tulisan ini bukanlah mengenai gimana Syed Mokhtar Albukhori bisa menjadi Moslem Billionaire seperti sekarang. Tapi mengenai ini . . .
26 Desember 2014, saya MENGIMPIKAN bisa ke Turki mengunjungi berbagai sejarah Islam seperti Hagia Sopia, Istana Topkapi dan Mesjid Biru
26 Desember 2014, saya MENDAPATKAN kunjungan ke Mesjid Bukhori, Kedah Malaysia. Plus bonus kunjungan terbanyak selama sebulan. Surabaya-Semarang-Jakarta-Depok-Bogor-Bandung-Pekanbaru-Bangkinang-Kualalumpur-Kedah-Perlis dan berakhir di Singapore insya Allah.
Memang impian saya tak tercapai, tapi disinilah saya menghargai proses perjalanan sebuah impian. Sekecil apapun, saya selalu menghargai dan mensyukuri. Beberapa hari setelah itu, inilah yang saya dapatkan :
Tau kan foto diatas apa? 🙂
Sahabat, berbicara mengenai impian bukan hanya sekedar kamu bisa apa gak. Tapi mengenai menghargai sebuah perjuangan dan menjaga harapan. Saya sadar, walaupun banyak impian yang belum bisa direalisasikan, saya tak pernah hilang harapan.
Menjaga harapan mengingatkan saya dengan film The Shawsank Redemption. Sebuah film mengenai seorang narapidana bisa bebas dari penjara terbesar di Inggris dan bisa meraih berbagai impian dan tiba di Pantai Meksiko. Menjaga harapan adalah hal yang sangat vital. Dengan menjaga harapan seorang masih bisa tetap hidup. Sebaliknya, dengan mengabaikan harapan seorang bisa layaknya mayat hidup.
Sekali lagi, Bermimpilah yang tinggi dan gantungkan kepada Yang Maha Tinggi
Keep Writing, Always Inspiring!
Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua
Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Dengan senang hati saya membuka kesempatan. Silahkan invite 76B4BF69/085363949899 dan juga follow @rezky_rf9
Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri