Kasus CV FIM : Mengubah Kesalahpahaman Menjadi Pelajaran

Forum Indonesia Muda. Sebuah kesempatan menarik yang saya lihat di depan mata. Di penghujung semester menuju wisuda, peluang ini sudah seharusnya diraih saat ini juga.

Yap, tahun 2016 ini Forum Indonesia Muda membuka angkatan ke 18. Event ini memang sudah saya ketahui sejak 2013 lalu. Ada beberapa kenalan yang pernah bergabung. Tapi baru kali ini saya mendaftar menjadi peserta. Semoga lulus dan ketemu jodoh disana. Iya jodoh. Jodoh yang sama-sama berjuang untuk Indonesia lebih baik. Duh pasti mikirnya jodoh yang ketemu di pelaminan kan? Memang deh, udah ditinggalkan mantan nikah duluan ya?

Baca juga : Bicara Jodoh Berarti Bicara Tentang . . .

Jadi ada kisah menarik dari proses pendaftaran saya kali ini. Sebelumnya, saya ingin bertanya, apa yang akan kamu lakukan ketika terjadi kesalahpahaman? Marah-marah dengan yang bersangkutan? Atau berusaha tetap tenang dan mencari jawaban?

Ada perbedaan mendasar dari dua respon diatas. Reaktif atau proaktif. Reaktif berarti merespon dengan terburu-buru terhadap suatu hal tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Cenderung gegabah dan hanya bertujuan untuk menanggapi. Sedangkan proaktif lebih tenang dan tujuan utama bukanlah menanggapi, tetapi menjadi dan mencari jawaban. Cukup paham sampai disini?

Dalam kebiasaan sehari-hari, patut diakui kita seringkali menjadi reaktif, bukan proaktif. Bertujuan untuk menanggapi bukan menjadi dan mencari jawaban. Memang butuh proses untuk lebih tenang dan mengubah orientasi tujuan dari menanggapi menjadi solusi. Mulailah latihan.

Hal inilah yang saya rasakan. Sebagai pemuda kelahiran Riau, saya memilih regional Riau untuk mendaftar FIM. Oleh rekan di Kongkow Nulis, Melati Octavia mendaftarkan saya di grup pendampingan FIM regional Riau. Disini saya mendapatkan banyak hal baru. Info, ilmu dan kenalan. Hanya saja tidak ketemu mantan. Kan so sweet gitu tidak berjumpa sekian lama, berjuang untuk tujuan yang sama, dan dipertemukan di event se-Indonesia. Nah pasti udah ngayal. Dasar jomblo*eh. Tapi yang lebih menarik dari grup pendampingan FIM, banyak yang mendaftar 30DWC loh. Kamu bisa baca kumpulan tulisan para Fighter 30DWC di pejuang30hari.wordpress.com. Dan hari ini sudah masuk hari ke 13. Congratulations bagi yang bertahan! *prokprok

Salah satu yang paling sering dibahas di grup adalah CV. Bahkan ada rencana pertemuan offline untuk membahas ini. Karena domisili saya sekarang di Surabaya, tentu saya tidak bisa mengharapkan hal tersebut. Awalnya saya bingung, CV ada di bagian mana sih?  Karena yang terlihat di registrasi online hanya form pendaftaran, pas foto, KTP, dan rekomendasi. Dan disinilah terjadi kesalahpahaman tersebut.

“Ada. Menu upload itukan pas tekan next. Kalau foto, KTP/KK, baru ada opsi uploadnya”. begitulah kata salah seorang pendamping.

Sebagai calon pendaftar yang awam saya pun manut walaupun masih bingung, di bagian mana sih? Inisiatif pun diambil. Dengan sedikit kemampuan di photoshop dan kreativititas browsing, saya berusaha mendesain CV versi sendiri. Mungkin ada banyak yang bingung buat CV seperti apa sih? Desain yang menarik gimana? Di zaman internet seperti ini, pertanyaan seperti tadi itu bukanlah sebuah masalah besar. Kamu bisa menggunakan cara manual dengan mengetik “free download template CV PSD” ataupun menggunakan platform online yang tersedia seperti canva.com.

Setelah CV selesai, saya mengisi semua berkas pendaftaran dan bertanya kembali,

“Maaf mau nanya, CV itu ada di bagian mana sih. Kok saya lihat nggak ada pilihan upload ya”

“CV itu kan yang bagian nama, 5 pencapaian terbaik, dll”

Oooooohhhhh, ternyata. Jadi selama ini saya salah paham. Tapi kembali ke awal tadi, saya bisa memilih menjadi reaktif seperti ini :

“Duh kok nggak bilang dari awal sih kalau CV nggak perlu upload. Kalau begitu saya udah selesai jauh-jauh hari. Nggak perlu pusing-pusing buat CV sendiri nih. Udah habis banyak waktu lagi”

Atau proaktif seperti ini :

“Oh di bagian itu. Ternyata saya keliru. Hehe. Tapi nggak masalah. Karena dengan kesalahpahaman ini saya mendapatkan pelajaran”

Yap memang. Karena kesalahpahaman disini saya mendapatkan banyak pelajaran. Saya tidak perlu repot-repot membuat CV lagi kan? Tinggal mendownload disini. Yuk naik level menjadi proaktif! Ubah kesalahpahaman menjadi pelajaran.

“Terkadang dalam hidup ini, untuk saling memahami memang harus dimulai dari ketidakpahaman. Karena di sanalah cara terbaik kita menemukan pemahaman.” (Yudi Muchtar)

 

Keep writing, always inspiring!

Rezky Firmansyah
Penulis Buku Tersebar di 5 Benua
Founder Passion Writing Academy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *