Di saat book signing Koala Kumal di Gramedia Pekanbaru, aku terpaksa melakukan hal yang cukup “bodoh”. Ya bodoh menggunakan tanda kutip. Karena aku seolah-olah seperti ABG ababil yang teriak teriak gak jelas di bawah panggung. Sebenarnya gak gitu sih. Agak lebay dikit. Ini dikarenakan seorang bernama Raditya Dika
Ini tulisan keduaku tentang Raditya Dika. Tulisan pertamaku ini >> Antara Aku Passion dan Raditya Dika. Bercerita mengenai persamaan aku dan dia. Mengenai passion dan jalan hidup. Mau tau? Ya baca aja :3
Aku mengenal Raditya Dika disaat masa masa akhir kelas XII. Disaat itu disekolah asramaku mulai ngetrend yang namanya stand up comedy dan novel komedi. Walaupun bukan hanya Raditya Dika yang kami kenal, masih ada juga sih yang lainnya. Tapi karena saat itu yang mempunyai banyak novel Raditya Dika, ya dialah yang kami kenal. Termasuk videonya yang konyol.
Pada saat itu aku belum begitu tertarik dengan Raditya Dika. Aku hanya menikmati karyanya saja. Tapi disaat aku mulai sadar bahwa “Life is not about do everything. Life is about do something and make it amazing”, barulah aku mulai tertarik dengannya. Bukan dengan orangnya ya. Jangan salah paham. Aku masih normal dan mencintai wanita -___-
Raditya Dika dikenal dengan “Creativepreneur” di bidang komedi. Mulai dengan novel, stand up comedy, film, bioskop, sutradara, youtube, dan lain lain. Dia pun mengatakan bahwa karya yang dia hasilkan adalah “komedi dengan hati”. Bukan komedi yang hinaan dan vulgar yang malah membodohkan masyarakat seperti halnya banyak sekarang. Kenapa komedi dengan hati? Didalam prakata Koala Kumal dia menulis seperti ini :
“ . . . gue mencoba untuk membuat komedi dengan hati. Mudah-mudahan ada yang bisa kalian ambil dari sana. Buat pembaca baru buku gue, mari kita sama sama tertawa, lalu merenung bareng. Karena beberapa hal lebih mudah untuk kita pahami, kalau kita tertawai. Keren, gak? Ehm”
Oke, kita udah bercerita sedikit mengenai Raditya Dika. Nah, kaitannya dengan judul apa?
Gini . . . . .
Coba deh renungin, mungkin kamu atau teman kamu terjebak dengan “syndrome idolaholic” . Ini bahasanya vickinisasi banget yak. Bahasa sederhananya gini. Kita terbiasa untuk mengidolakan manusia dengan terlalu berlebihan. Entah apa yang buat kayak gitu. Ada yang joget-joget gak jelas dibawah panggung. Ada yang teriak teriak histeris kalau idolanya lewat. Ada yang rela-relain pake baju J** 47 padahal laki tulen. Entahlah aku gak tau kenapa. Karena aku yakin gak bakal dia jadian sama seseorang yang dia idolakan. Tau kenapa? Karena tidak terjadi pemantasan diri disini. Gak akan saya bahas disini. Kamu bisa baca tulisanku lain di kategori “Love, Trust, and YOU!”
Jadilah murid, bukan fans!
Maksudnya disini, jadilah pembelajar bagaimana caranya bisa menjadi dia. Bahkan melebihi dia. Bukan mengidolakan layaknya manusia setengah dewa. Untungnya apa coba? Mungkin aku sedikit sinis dengan ini. Tapi lebih baik tersinggung lalu berubah daripada terjebak dalam “kesesatan”.
Kagum itu wajar jika masih dalam batas kewajaran. Akan jadi berlebihan kalau kita malah mengaguminya lebih dari yang menciptakan. Sepanjang hidupku, aku selalu berusaha untuk tidak mengidolakan manusia selain Muhammad SAW. Bagiku dia sudah sangat hebat. Pengusaha, Motivator, Pemimpin dan penebar manfaat bagi banyak umat. Dan untuk selain Muhammad SAW, aku menjadi seorang murid. Ya passionku beberapa diantaranya motivasi dan menulis. Maka tidak jarang jika aku rela-relain belajar langsung sama mereka dan sering juga berfoto. Tapi ada batas kewajaran. Aku gak akan pernah teriak-teriak gak jelas kayak ABG ababil tadi -___-
Kenapa aku harus bertemu dengan mereka dan sekalian berfoto? Apakah karena mereka idolaku? Hmm, gak gitu juga. Karena itu akan kujadikan motivasi. Masuk dalam pikiran bawah sadar bahwa suatu saat aku akan menciptakan jejak kesuksesan seperti mereka. Belajar dari mereka melalui langsung ataupun tidak langsung. Begitu . . .
Mengidolakan manusia secara berlebihan hanya akan membuat kamu mengabaikan kekuatan terpendammu. Maksudnya, akan sulit bagi kamu untuk mencapai kesuksesan seperti layaknya mereka. Karena sudah tertanam bahwa aku hanya “fans”, hanya pengikut, gak mungkin bisa kayak dia. Ya mungkin pro kontra dalam hal ini. Yaa hidup adalah pilihan bung. Life is choice.
Kasus itu pun sesekali terjadi denganku. Dalam setiap seminar yang aku bawakan, mungkin saja ada kelompok kecil yang tiba-tiba jadi fans dadakan. Dan sesekali meminta foto samaku. Ya aku iyakan aja. Nah kemudian kamu mulailah komunikasi melalui fb atau media lainnya. Dan akhirnya kami jadian. Oke, ini bohong.
Jadi setelah berkomunikasi, aku pun sesekali bertanya dan akan ada respon. “Kakak kok hebat banget. Mau dong jadi seperti kakak”. Dari sini aku mengambil kesimpulan bahwa dia tidak pernah melihat orang yang sepertiku sebelumnya. Karena masih banyak orang yang hebat dibandingkan aku sendiri. Aku mah apa atuh, hanya pembelajar :3
Nah inilah salah satu hipotesa bahwa mengidolakan seseorang secara berlebihan akan membuat dirimu dalam bayangan masa depan. Bahasa sederhananya, kamu gak akan bisa mengeluarkan potensi terbaikmu.
Udah gitu aja. Kesimpulannya, jadilah murid, bukan fans. Karena yang patut kita “fans”in hanya Muhammmad SAW dan yang memiliki jiwa kita ini. You know? Ya dia yang menciptakan alam raya ini. Kagumilah penciptanya, bukan ciptaannya
Keep Writing, Always Inspiring!
Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua
Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Dengan senang hati saya membuka kesempatan. Silahkan invite 76B4BF69/085363949899 dan juga follow @rezky_rf9
Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri