Tepat 8 hari yang lalu, saya direkomendasikan IG menarik oleh 2 orang teman. Agi dan Wafiq namanya. Diperlihatkanlah akun @nkcthi. Namanya aneh. Begitulah respon awal saya. Tapi ternyata ada kepanjangannya. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Penulisnya @marchellafp Dia penulis @Generasi90an juga. Kemudian saya stalking akun @nkcthi Unik, menarik.
Mestakung, semesta mendukung. 4 hari setelah saya follow akun @nkcthi ada kesempatan untuk berjumpa langsung. Cerita bareng penulis, begitu judulnya. Akhirnya saya datang ke @GramediaDepok_ tepat hari ini.
Acara mulai jam 4 sore. Saya datang agak telat saat itu. Tapi tetap, saya pede aja datang. Dan ternyata sudah memasuki sesi tanya jawab. Saya angkat tangan, eh langsung aja ditunjuk. Benar-benar dibukakan jalan tuh. Allah yang ngasih jalan bagi yang mencari.
Saya bertanya,
Bagaimana menyeimbangkan keinginan penulis dan pembaca? Karena kan penulis pengen begini, pembaca pengen begitu.
Jawabannya?
Aduh maaf, saya pelupa. Jawaban utuhnya saya nggak bisa ulang. Tapi, saya terbiasa untuk mengulangi dengan bahasa sendiri.
Lebih kurang beginilah jawabannya.
Saya saring semua tulisan yang sudah saya tulis. Lalu riset, pembaca suka yang seperti apa. Tapi tetap, saya nggak bisa menyenangkan semua orang. Saat 1000 orang suka, pasti ada 1 orang yang nggak suka.
Kita sebagai penulis mudah sekali bermimpi besar. Bahkan (maaf) mimpi yang nggak masuk akal. Misal, *saya pengen semua orang suka sama tulisan saya.* Kalau kamu berpikiran seperti itu, cepetan sadar. Beneran deh. Kamu akan stress, nggak akan mulai berkarya.
Apa lagi mimpi-mimpi yang nggak masuk akal? *Berkarya sekali, langsung sempurna.* Duh!
@marchellinafp yang udah nulis lama aja dengan rendah hati mengatakan bahwa pembacanya, penontonnya adalah inspirasinya. Kenapa? Karena dari merekalah apresiasi dan kritik itu hadir.
Karya terbaik adalah karya yang lahir dari karya-karya sebelumnya. Kalau kamu nggak pernah berkarya sebelumnya, ya wajar kalau karyanya nggak sempurna. Baru aja mulai. Udah, berproses aja.
Ada lagi nih, alasan dan ketakutan penulis.
Aku nggak mau publikasikan tulisanku. Nanti takut dicatut atas nama orang lain.
Hmmm.
Jadi kalau tulisan nggak dipublikasikan, lalu tujuannya apa?
Sore itu ada yang bertanya, kenapa @marchellafp nggak terlalu memusingkan kalau ada yang repost dan reshare tapi nggak cantumin namanya. Jawabannya sederhana,
Aku berkarya bukan karena ingin keberadaanku dianggap. Tapi karena aku ingin energi kebaikan dari tulisan itu meluas dan bertambah.
Masuk akal kan? Sudah, luruskan saja niat. Pengen terkenal atau pengen kebaikan meluas?
“Oke, oke. Aku pengen berkarya. Tapi belum punya inspirasi. Gimana?”
Bercerita saja. Atau jadilah #TemanCerita bagi orang lain. Itulah yang dilakukan @nkcthi di ig story-nya. Membaca curhatan dan kegelisahan orang lain, hingga akhirnya banyak cerita yang bisa diangkat.
“Iya nih. Aku punya banyak masalah. Banyak kendala. Banyak ketakutan. Kayanya aku butuh teman cerita deh. Curhat ke @nkcthi aja kali ya?”
Mencari teman cerita, sah-sah saja. Tapi ingat, temanmu bukan Tuhan. Jangan ketergantungan. Minta tuh sama Dia yang selalu mendengarkan.
Berdirilah, mulailah berkarya!
@rezky_passionwriter
Ahad, 25 November 2018