Evaluasi Akhir Tahun : Membesarkan Dia yang Besar

Penghujung akhir tahun 2015 sudah tiba. Banyak orang yang akan merayakan tahun ini dengan berbagai cara. Tapi sayang saja jika melupakan evaluasi akhir tahun dan  malam ini merayakan hal yang tidak patut dirayakan. Kenapa? Karena banyak sekali yang di tahun 2015 :

  • Belum ada prestasi
  • Masih berkhayal tingkat tinggi
  • Belum bisa mandiri
  • Masih saja sendiri

Terlepas dari kamu merayakan tahun baru atau tidak, ada 2 pertanyaan mendasar yang seharusnya bisa dijawab. Pertama, sudah melakukan evaluasi akhir tahun? Kedua, apa resolusi di tahun depan? Sudah memikirkan itu?

Saya pribadi, malam ini tidak akan merayakan tahun baru dengan cara yang mainstream. Bukan karena masih saja sendiri. Karena saya memegang prinsip Jomblo Baper, Jomblo yang Bawa Perubahan. Keren ya. Ehem. Saya tidak akan berbagi bagaimana cara melakukan evaluasi dan resolusi. Tapi akan memberikan gambaran sederhana apa itu evaluasi dan resolusi.

Pertama, evaluasi adalah penilaian terhadap apa yang kita capai sebelumnya. Sudah berapa persen tercapai. Apa hambatan sehingga tidak mampu tercapai maksimal. Pelajari itu agar di tahun depan mampu meraih hasil yang lebih baik. Sedangkan resolusi adalah penetapatan target yang diupayakan secara komitmen dan sungguh-sungguh. Pencapaian untuk memberikan perubahan.

Pertanyaannya, bagaimana cara melakukan evaluasi dan resolusi? Saya akan memberikan tips menyusun resolusi dari mereka yang pencapaiannya tahun ini luar biasa. Silahkan langsung belajar langsung dan buka link Andreas Bordes dan Dewa Eka Prayoga.

Mungkin ada yang bertanya, kenapa kamu gak memberikan tips resolusi? Saya menulis resolusi, tapi disini saya akan lebih berbagi tentang evaluasi. Hal penting yang sering kali lupa kita lakukan. Sebelumnya kamu juga boleh membaca di tulisan mentor saya Arry Rahmawan tentang “Cara Efektif Melakukan Evaluasi Akhir Tahun”

Saya percaya, banyak dari kita yang mungkin saja mengalami penurunan semangat, tidak berani memasang target tinggi, dan kembali ke jalur orang rata-rata. Jujur, saya pun pernah merasakannya. Tapi saya sadar bahwa perasaan seperti itu tidak boleh dijaga berlama-lama. Karena entah bagaimana caranya kita akan merasakan kenyamanan. Bahkan kata teman saya nyaman itu mengalahkan segalanya. Tidak memandang laki-laki atau perempuan. Maka hati-hatilah kalau curhat. Karena jika seseorang sudah nyaman dia akan terus bertahan. Duh kok sampai disini -__-

Back to topic, lalu apa yang seharusnya dilakukan? Salah satu faktor yang membuat kita down dan tidak berani memandang ke depan adalah karena menyalahkan masa lalu. Padahal seharusnya mengambil pelajaran di masa lalu. Nah coba deh jawab sekarang, kamu termasuk golongan yang mana? Menyalahkan masa lalu atau mengambil pelajaran di masa lalu?

Salah satu kesalahan yang membuat kita down adalah karena terlalu percaya diri. Salahkah? Sebenarnya tidak. Percaya diri itu penting, tapi jauh lebih penting Percaya Dia.

“Anak-anak akan jadi berjiwa besar dan berfikiran besar, otomatis dia akan bercita-cita besar. Dia akan membesarkan yang patut dia besarkan. Bukan membesarkan yang kecil dan mengecilkan yang besar. Maka pada diri anak-anak akan ada trigger yang besar. Anak-anak akan jadi aktif, kreatif, dan produktif”

Kesebelasan Gen Halilintar – Halaman 213

Hari ini saya merasa kecil ketika membaca habis buku Kesebalasan Gen Halilintar. 11 kids, without baby sitter, without nanny, without maid. Orang tua dengan 6 putra dan 5 putri bekerja sama as a team organizing home like a hotel yang ada room service, house keeping, kitchen, loundry, etc. Bahkan sebagian dari mereka lahir di luar negeri!

Ya saya merasa kecil. Karena di usia “segini” saya belum memberikan apa-apa. Hingga kalimat “membesarkan yang patut dia besarkan. Bukan membesarkan yang kecil dan mengecilkan yang besar” saya temukan. Seolah-olah memberikan banyak peringatan dan hikmah :

  • Apakah dulunya kamu meminta lahir dan dibesarkan di kelurga mana?
  • Apakah kamu meragukan kedilan dan jalan yang Allah berikan?
  • Apakah dengan itu engkau lupa dengan Dia Yang Maha Besar?

Pertaanyaan seperti itu menampar untuk menyadarkan diri ini bahwa itulah jalan Allah untuk mengingatkanmu di akhir tahun ini. Evaluasi akhir tahun untuk mencapai resolusi tahun depan. Bukan hanya merayakan hal yang sebenarnya tidak patut dirayakan.

Ya, akhir tahun ini masih ada beberapa jam. Kamu punya pilihan mau dijadikan seperti apa. Dan ada 2 opsi terbaik, tidur seperti biasa agar sholat tahajud dan subuh tidak terlewat. Atau yang kedua, muhasabah atau mengikuti tabligh akbar yang bisa dengan mudah kamu temukan dimana-mana. Bahkan tetangga kabupaten saya akan memecahkan Rekor MURI di malam pergantian akhir tahun dengan tabligh akbar. Subhanallah!

Hidup adalah pilihan. Evaluasi dan resolusi pun adalah pilihan. Karena percayalah, ada banyak hal yang masih harus kita perjuangkan. Dan sepertinya tidak layak diri ini merayakan hal yang tidak harus kita rayakan.

 

Keep writing, always inspiring!

 

Rezky Firmansyah
Penulis buku tersebar di 5 benua
Founder Passion Writing Academy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *