“Ini loh yang nggak aku suka. Ruangan berantakan di mana-mana. Padahal loh dulu aku udah rapiin. Tapi tetap aja jadi kayak gini. Lemari ini coba pindahin aja. Kotak-kotak ini juga . . . .”
Nabila nyolot dengan keadaan basecamp (ruangan organisasi) tadi sore. Entahlah apa alasannya tiba-tiba nyolot. Mungkin memang udah kebiasaan. Saya, Radhi, Ong yang ada di ruangan itu pun terdiam. Tapi ya udah, biasa aja. Kami sudah cukup paham.
Memang, sebagai organisasi tingkat universitas sudah seharusnya kami memiliki ruangan yang cukup besar. Sedih sih, ruangan kami ini tak lebih besar dari toilet kampus yang ada di setiap lantainya. Tapi ya mau gimana lagi. Sudah disarankan ke pihak kampus, tapi jawabannya bersabar saja.
Di luar ruangan, Hans dari Student Council pun memberikan ide kreatif untuk memanfaatkan celah di bawah tangga. Ada celah yang cukup besar untuk menempatkan barang-barang organisasi yang jarang terpakai. Walaupun tetap ada resiko. Bisa jadi di sana akan memunculkan tikus atau binatang kecil lainnya. Ya wajar saja. Semua hal yang dilakukan pasti ada resiko. Tinggal bagaimana cara meminimalisirnya. Seperti nilai yang diajarkan dari kampus ini, Calculated Risk Taking, 1 dari 7 Competence of Entreneurship.
Menarik ide ini. Start from compain and create something. Semoga bisa segera dieksekusi. Agar wacana tak hanya tetap menjadi wacana. Butuh aksi nyata.
Saya pun masuk kembali ke ruangan. Lalu Adela buka suara:
“Kalian mau ruangan ini lebih rapi kan. Coba deh lemari yang itu dipindahin ke sini, kotak yang itu dipindahin ke situ . . .”
Nada lembut dan tenang tanpa nyolot keluar. Beberapa orang yang ada di dalam ruangan hanya tertawa kecil sambil melirik ke seseorang. Seperti ada yang merasa tersindir. Tapi Adela menambahkan:
“Nggak boleh gitu. Tiap orang kan punya gayanya masing-masing. Jangan dibandingin”
Kami yang di sana mengiyakan pendapat itu. Kami pun sudah tahu dan saling mengerti satu sama lain. Tertawa kecil hanyalah bentuk ekspresi kecil untuk membuat suasana organisasi tetap ceria dan bermakna.
Nyolot itu wajar. Nyolot dengan solusi itu cukup baik. Tenang dan memberikan solusi, jauh lebih baik.
Jikalau pendapat seperti ini sudah dipahami dengan baik, maka tak ada lagi “gagal mikir benar” yang terjadi. Seperti membandingkan lebih baik kasar tapi tak korupsi dibandingkan santun tapi korupsi. Bukankah kita bisa MEMILIH dan MENJADI yang santun tapi tetap bersih?
“Karena pada dasarnya setiap manusia adalah pemimpin, maka jadilah pemimpin yang patut diteladani”
Yuk jadi lebih baik!
*CATOR adalah singkatan dari catatan organisasi yang ditulis dari pengalaman dan pemaknaan saya di organisasi Student Representative Board Universitas Ciputra. Angka yang menyertai adalah urutan untuk menandai sudah masuk ke Catatan Organisasi ke berapa.
Rezky Firmansyah
Passion Writer
Founder Passion Writing Academy