CATOR #7 : Pertanyaan, Kebersamaan, dan Pemaknaan

Sekian menit sebelum saya menulis tulisan ini saya masih kumpul bareng dengan Student Representative Board di rumah keluarga Chen. Bukan karena Chen mau tunangan sehingga rumahnya kami ramaikan. Bukan karena itu.  Melainkan karena malam ini ada BBQ bareng. Alasan memilih rumah keluarga Chen adalah karena Indomie Kuah buatan Mama Chen katanya enak. Sayangnya saya datang telat dan tak dapat bagian.

Apakah malam ini malam yang penuh makna? Belum tentu. Setiap orang pasti berbeda cara memaknainya. Bagi saya pribadi, setiap hari harus selalu ada makna. Seperti yang pernah saya tuliskan tentang Setiap Perjumpaan Berlimpah Gagasan.

Dari 29 orang anggota, kumpul bareng malam ini bisa menghadirkan 22 orang. Pencapaian yang cukup baik. Karena memang setiap harinya harus semakin baik. Semoga di waktu selanjutnya bisa lengkap dan semakin bermakna. Pertanyaannya sekarang, dalam kebersaman ini apa yang kami lakukan?

Ya seperti acara BBQ biasanya. Ada yang nyiapin arang,  bakar-bakar, mengolesi bumbu ke sate, aduk minuman, goreng kentang, dan sukarelawan tester. Dan saya mengambil bagian terakhir. Santai dan nikmat. Tapi saya coba memaknai peran sebagai sukarelawan tester ini. Tak lama memang peran ini saya lakukan, hanya sebentar. Karena saya malah terfokuskan dengan kegiatan lainnya. Diskusi.

Jujur saja saya bukanlah pemikir kritis yang selalu asik diajak diskusi berat. Tidak sama sekali. Saya hanya mencoba belajar untuk memanfaatkan setiap waktu dengan makna. Darimana menganggur sambil nunggu bakar-bakaran siap dimakan, diskusi ringan pun saya mulai. Malah saat fokus diskusi tak sadar makanan sudah habis. Memang benar fokus itu bisa melupakan hal lainnya.

Sama seperti pertanyaan random yang pernah saya sampaikan di tulisan sebelumnya. Pertanyaan yang hampir sama saya lemparkan ke beberapa responden utama dan beberapa lainnya  jadi pendengar.

“Apa kenangan indah mantan yang masih kamu ingat sampai sekarang?”

“Saat ketemu, karena aku dan dia LDR” Jennie menjawab dengan sedikit malu.

“Bagaimana cara kamu move on dari kenangan mantan?”

“Move on itu bukan soal melupakan, tapi menjalani kehidupan lebih baik dari dia” Agnes mengutip kata mutiara Mario Teguh.

“Kenapa kamu harus pacaran?”

“Karena aku udah bosan jomblo” MW menjawab dengan woles.

“Kenapa sekarang tidak lagi pacaran?”

“Karena aku punya tujuan yang lebih besar dibandingkan pacaran”. Andra menjawab dengan wajah bercahaya.

Baca Juga : CATOR #4 : Pertanyaan Random, Sudahkah Punya Tujuan Hidup?

Berbagai ragam jawaban saya dapatkan. Tersimpan di note handphone untuk bahan 2 naskah yang harus selesai bulan ini. Dua tema buku ini adalah Jomblo, Mantan, dan Masa Depan dan Jomblo Pasti Berlalu. Doakan ya semoga lancar.

Hal kecil ini mungkin menjadi hal remeh. Tapi poin penting yang menarik untuk digali di sini adalah memaknai setiap waktu yang ada. Saya memang bukan seorang aktivis yang setiap detiknya memperjuangkan suara mahasiswa. Tapi saya mencoba untuk melakukan hal kreatif sehingga ada banyak makna yang bisa diambil dan dibagikan.

Sekarang coba kamu maknai kembali tentang kebersamaan yang kamu lalui. Apakah dengan gebetan, mantan, teman, organisasi, keluarga, atau siapapun. Sudahkah memberi makna? Karena hidup hanya sekali, maka pastikan berarti.

Kebersamaan itu mungkin indah. Mantan pun juga indah. Tapi akan jauh lebih indah jika setiap kenangan yang terjadi memberikan pelajaran untuk masa depan.

Bagi kamu yang mendapatkan makna hari ini. Tuliskan makna itu dalam selembar kertas putih. Pastikan kertas itu akan terisi dengan berbagai makna yang indah. Sehingga kelak semakin bertambah usia, kita akan semakin lebih baik. Untuk Indonesia lebih baik.

Jadi, di hari yang indah ini sudah belajar apa?

Rezky Firmansyah
Passion Writer
Founder Passion Writing Academy

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *