Siang tadi saya duduk santai di basecamp organisasi, ruang 201A. Dengan beberapa teman lainnya saya mengajukan pertanyaan random tentang kehidupan. Awalnya ada Ong, Timothy, Tamara, dan Chen.
Menjelang jam 3 sore, istirahat sejenak untuk sholat zuhur dan ketemu dengan dosen. Bersama Pedro dari perwakilan komisi A menjumpai pembicara untuk Cangkruk Produktif batch 2.
Sekitar 1 jam selesai. Saya kembali ke basecamp, karena memang biasanya disanalah nongkrong cari inspirasi, diskusi, dan nulis skripsi.
Tak disangka ternyata Chen masih ada disana. Saya pun melanjutkan pertanyaan random tadi. Anggota lain pun berdatangan dan makin ramai. Pedro, Hencu, Sinta, Stella, dan Jessi turut serta meramaikan diskusi random ini.
Memang pertanyaannya random. Mulai dari seputar naskah buku seperti,
“Apa kenangan mantan terindah yang kamu ingat dari mantan?”
“Bagaimana cara kamu move on dari masa lalu”
Ataupun pertanyaan seputar pergaulan seperti,
“Bagaimana cara laki-laki menghormati perempuan?”
“Dan kamu sebagai perempuan, bagaimana caranya dirimu menghormati dirimu sebagai perempuan?”
“Apakah cara berpakaian termasuk cara kamu menghormati dan menghargai dirimu?”
Masih ada banyak pertanyaan lainnya. Tak tertuliskan tapi muncul begitu saja dari mulut ini. Diskusi makin asik dan berisi. Mencoba menjalani hari dengan makna bersama-sama.
Menjelang jam 5.30, satu per satu anggota pun pulang. Saya mulai melempar pertanyaan closing. Sederhana, tapi dalam akan makna.
“Apa tujuan hidupmu?”
Satu per satu kami pun diam. Terdiam karena tak tahu jawaban. Saya pun ikut terdiam. Bukan karena tak tahu tujuan hidup. Tapi karena sebuah perenungan sederhana.
“Coba deh kita bayangkan. Kita semua disini adalah organisasi tingkat universitas. Kita berada di atas kebanyakan mahasiswa. Jika kita disini saja tak tahu apa tujuan hidup, bagaimana dengan mahasiswa lainnya?”
Saya jadi teringat dengan visi dan misi Student Representative Board. Terutama misi ke-5. Menjadi ROLE MODEL bukan hanya di lingkup organisasi, juga kehidupan pribadi.
Hari ini saya belajar dan memaknai lagi. Sungguh saya tak cemas akan kebersamaan kita yang selalu menghabiskan waktu bersama. Yang saya cemaskan adalah apakah kelak setelah periode ini selesai hidup kita akan bermakna? Sah-sah saja menghabiskan waktu bersama. Tapi tetap harus ada makna dalam bersama. Kembali saya bertanya, untuk diri sendiri dan kamu yang membaca,
“Apa tujuan hidupmu?”
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Passion Writer
Founder Passion Writing Academy