Business is (not) Idealis-me

“Ini bisnis loh, bukan idealisme. Kalau kamu kayak gitu gak bakal ceng-lie”

Masukan dari seorang mentor di sesi akhir kelas kemarin sedikit menohok. Saya hanya terdiam untuk mendengarkan semua yang disampaikannya dan apa yang bisa diambil. Ya ini adalah rangkaian kegiatan dari “30 Hours Scale Up Business Boot Camp Universitas Ciputra”. Disaat yang lain minggu tenang untuk persiapan UAS, apalah daya. Daku harus mengikuti ini untuk persiapan masa depan kelak. Ehem.

Nasehat 3 mentor lain tidak kalah menarik pada hari itu. Walaupun tidak se-menohok seperti tadi, tapi masukan mereka sungguh berharga. Ya memang harus diakui, setiap orang punya caranya masing-masing untuk memberikan masukan. Tugas kitalah untuk lebih terbuka dalam menerima masukan. Jangan dikit-dikit baper terus gak mau lagi nerima masukan. Rugi banget.

Jawaban dari mentor tersebut masih teringat hingga hari ini. Bukan maksud tidak mau menerima. Tetapi bagaimana mengolah jawaban tersebut menjadi sebuah kekuatan dan jawaban. Hingga jawaban itu didapat hari ini.

“Jika kita tahu bisnis yang kita jalani adalah sebuah solusi, salahkah gak sih jika kita perjuangkan idealisme?”

Pertanyaan ini ada dalam pikiran yang akhirnya dikeluarkan ke Pak Kresnayana Yahya. Sebuah kalimat kunci yang sangat menarik, beliau adalah sepuh mentor Surabaya. Khususnya bagi Ciputra Group, seringkali bersama  berkolaborasi dalam pengembangan proyek, terutama pendidikan entrepeneurship. You can seacrh more about him on google.

Memang beliau tidak memberikan jawaban secara langsung. Tapi dia mendengarkan dengan seksama apa yang saya sampaikan. Melihat fokus ke mata saya itu rasanya beeehh.  Dan jawabannya sungguh seperti setruman energi.

“Kamu mempunyai benefit yang diletakkan di nomor satu. Kemudian ekuitas, publishing, oppurtinity. Kamu meletakkan uang di urutan kesekian dan itu bukan masalah. Yang paling mahal adalah ide. Dan Hal yang kamu katakan idealisme itu adalah passion. Itu tidak bisa didapat dengan mudah. Jika kamu yakin dengan hal tersebut di masa depan, maka perjuangkan”

Itu hanyalah kutipan dari jawaban beliau yang sangat panjang. Momen saat itu sunggguh sungguh sangat bernilai. Selain momen yang pas, jawaban yang pas, tapi juga dari orang yang sangat pas. Trust me, this powerful!

Pelajaran berharga yang saya dapatkan. Dua saran dari dua orang yang berbeda. Dengan pengalaman dan umur yang jauh berbeda. Saran mereka mungkin berbeda. Tapi mampu memberikan sebuah jawaban yang utuh asalkan kita peka. Dan itu bukan hal yang mudah. Jika kamu bisa, percayalah dunia ini sungguh indah dengan pembelajaran tiada henti.

“Live your business like your own life, that is passionpreneurship”

*Catatan singkat ini ditulis saat menunggu antrian mentoring dari PT Sekar Laut Tjahjono Haryono

Keep writing, always inspiring!

 

Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua

Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Yuk invite 76B4BF69/085363949899 dan juga  follow @rezky_rf9

Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *