“Aku muak dengan Jokowi!”
“Turunkan Jokowi sekarang juga!”
“Raport merah buat Jokowi!”
Akhir-akhir ini teriakan semacam itu semakin menjadi-jadi. Memang tidak heran dengan melihat apa yang terjadi sekarang amarah rakyat membludak. Mahasiswa mulai turun ke jalan walaupun tidak diliput media massa. Malah terjadi pengalihan isu dengan ISIS di televisi. Entah apa maksudnya. Tapi saya percaya tidak semua rakyat bisa dibodohi dengan pengalilhan isu seperti itu.
Harga BBM dan Elpiji naik. Eksekusi mati warga negara Australia juga belum terealisasi. Bahkan terbaru, media muslim yang katanya radikal diblokir. Apa sih tujuan semua ini?
Saya mulai bosan dengan semua bad news akhir-akhir ini. Ya walaupun itu adalah fakta yang terjadi di lapangan. Saya bosan dengan media mainstream yang selalu mengalihkan isu dengan tujuan tertentu. Dan saya pun bosan dengan bad news yang bermunculan di timeline twitter dan facebook yang beritanya selalu itu-itu. Dimana harapan itu?
Dengan kejadian seperti ini, saya melihat mulai banyak muncul golongan-golongan tertentu. Mulai dari relawan Jokowi yang semakin “nyaman” saja dengan posisi baru. Atau relawan Jokowi yang mulai jera dan sadar. Ada juga yang semakin menuhankan Jokowi yang mengatakan “Jokowi hebat. Harga naik supaya masyarakat giat bekerja”
Sulit sekali mencari keberhasilan pemerintah selama ini. Walau tak bisa dipungkiri ada keberhasilan yang mereka lakukan. Tapi semua itu tertutup dengan nafsu egoisme yang semakin merajalela. Lalu apa yang terjadi? Apa yang kita rasakan? Nope! Tak ada harapan! Tak ada keberhasilan!
Tanpa bermaksud menjadi pendukung ataupun penolak Jokowi. Saya selalu menerapkan deep thingking to get something dalam suatu kejadian. Dan yang saya dapat adalah :
Semakin sering melihat bad news walaupun hal itu benar adanya, maka semangat membangun kita akan surut. Dan akhirnya, kita lepas tangan dalam upaya membangun Indonesia. Lihat saja, link apa yang selalu kita buka? Bad news from Indonesia atau Good News From Indonesia?
“Loh ky, sekarang ini mana ada Good News From Indonesia! Gak usah naif!”
Siapa bilang tidak ada Good News From Indonesia? Ini bukan mengenai organisasi GNFI, tapi upaya kita memasukkan hal positif dalam gelas kehidupan kita. Oke, analogi sederhananya seperti ini :
Kita adalah gelas kosong. Bad news adalah kopi dan good news adalah air putih. Semakin banyak kita membaca bad news semakin keruh gelas yang kita punya. Begitu pula sebaliknya, semakin banyak kita memasukkan air putih maka semakin bersih gelas yang kita punya.
Tapi mari bersikap lebih realistis untuk zaman saat sekarang. Karena akan sulit menghindari bad news karena ada dimana-mana. Maka jawaban paling relistis adalah meminimalisir bad news yang masuk dalam pikiran. Caranya gimana? Baca buku yang membangun, buka portal online yang memberikan harapan dan ambil peran untuk pembangunan generasi kedepan.
Baca buku? Ya kita bisa memilih passion yang kita sukai.
Portal online? Banyak portal positif lain selain media mainstream yang merajalela. Misalkan GNFI, hipwee, idntimes, ziliun.com lifehack.org dan masih banyak lain. Yang intinya adalah bagaimana memasukkan energi positif jauh lebih banyak
Ambil peran? Ya do what you can do. Kalau bahasa saya, Passion to Nation. Apapun passion kamu sekarang, selalu ada kesempatan untuk berkontribusi bagi bangsa. Kamu suka pendidikan, maka mendidiklah dengan hati. Dan begitupun saya. Kalau kamu peka, tulisan yang saya tulis selalu berusaha untuk membangun harapan. Terutama di kategori Aku IndONEsia. Ya karena disinilah passion yang bisa saya jalani sekarang.
Kalau kita peka, banyak tokoh-tokoh di luar pemerintahan sama sekali tidak menyinggung isu terbaru. Saya tidak tahu alasan pastinya apa. Tapi saya memiliki hipotesa bahwa mereka lebih memilih untuk menebar kebaikan daripada sibuk dengan mendengarkan keburukan yang belum bisa terselesaikan. Ya coba lihat saja mereka. Mereka sangat minim membahas masalah pemerintahan sekarang. Tapi bukan berarti mereka tidak peduli. Pilihan mereka “diam” adalah cara mereka peduli dan menjaga diri agar gelasnya tetap bersih.
Akan tetapi juga banyak tokoh yang mulai bergerak karena mereka sadar bagi mereka bergerak lebih baik dibandingkan diam atau beralih. Dan alhasil harapan itu bermunculan. Ambil contoh ketika Yusuf Mansur bersuara ketika ada isu pengaturan cara berdoa di sekolah. Dan alhasil isu yang berupa “test the water” itu diluruskan dengan berbagai dalih. Dan kini ketika pemblokiran media islam terjadi, semakin banyak saja yang bersuara. Karena apa? Ya itulah yang tepat bagi mereka. Diam atau bersuara adalah pilihan. Tapi kita harus tahu pilihan yang kita ambil merupakan bentuk kepedulian nyata, bukan sebuah acuhan belaka.
Then, gak suka sama Jokowi fine fine aja. Tapi menjadikannya alasan sehingga tidak ada harapan untuk Indonesia dan Islam kedepan, itu adalah kesalahan besar.
Do what we can do now. Kita punya passion maka lakukan apa yang kita bisa. Kita masih punya tangan dan hati untuk berdoa, maka doakanlah Indonesia dan Islam di dunia. Kita masih punya banyak harapan.
Tapi kalau ditanya apakah kamu kecewa dengan pemerintahan Jokowi? Ya tentu saja. Salah juga kalau kita letakin harapan kepada dia. Toh Jokowi bukan Tuhan.
Apapun yang terjadi, saya selalu percaya bahwa banyak suatu saat kita akan bangkit. Kini tiap tiap dari mereka yang belum terlihat sedang mempersiapkan diri hingga suatu saat akan bermunculan. Kapan dan siapa itu? Persiapkan saja.
Last, Tetap yakin untuk bermimpi besar dan sandarkan kepada Yang Maha Besar!
Keep Writing, Always Inspiring!
Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua
Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Dengan senang hati saya membuka kesempatan. Silahkan invite 76B4BF69/085363949899 dan juga follow @rezky_rf9
Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Klik tombol share di bagian kiri