Baper di Jalan Dakwah? Duh, Nggak Usah

Ini adalah sebuah pengalaman di akhir pekan. Saya akan bercerita, semoga kamu bisa mendapatkan pelajaran.

Ceritanya, akhir pekan itu ada event bersama. Women Festive namanya. Penggerak utamanya adalah orang yang sama dengan Hijrahfest. Volunteer-nya pun kebanyakan orang yang sama juga. Saya, tidak ambil peran di dalamnya. Lah kenapa tidak ada? Nah, ini yang ingin saya ceritakan.

Mungkin saya yang melewatkan info ini atau gimana, intinya saya tidak bergabung di barisan volunteer. Saya berpikir, seharusnya volunteer lama mendapatakn info khusus dong tentang rekrutmen volunteer sekarang. Tapi kok nggak ada update di grup? Memang sih ada info open volunteer di Instagram, tapi saya nggak ngeh aja sepertinya.

Singkat cerita, saya datang di hari terakhir Women Festive. Alasan utamanya adalah karena saya ingin ikut Majelis Ayah Irwan Rinaldi. Beliau adalah salah satu partner Ustadz Bendri Jaisyurrahman yang tergabung dalam Yayasan Langkah Kita. Ustadz Bendri sendiri sering saya ikuti kajiannya dan saya review kajiannya di blog ini.

Baca juga :
Fatherman, Ayah Mengambil Peran Pengasuhan
Uji Diri, Pantaskah Aku Menikah?

Saya datang telat di Majelis Ayah tersebut. Sesampainya di lokasi, eh kajian udah selesai. Dilanjutkan dengan panggung oleh Riko Show. Salah satu animasi Islami rekomendasi Indonesia selain Nussa Rara. Saya telat, tak dapat kajian. Tapi saya mencoba untuk menggali insight, apa yang masih bisa saya dapat dari Riko Show. Tentu banyak. Salah satunya adalah tentang komunikasi dengan anak-anak.

Ohya, Women Festive ini acaranya berbayar. Karena memang sewa gedungnya tidak murah, di Balai Kartini. Tapi Alhamdulillah saya bisa dapat free access karena jaringan seorang teman. Tapi nyatanya, saya masuk karena jaringan teman lainnya.

Ceritanya begini. Seorang teman yang memberi saya akses masih di dalam gedung. Sedangkan ada teman lainnya yang jaga di pintu depan. Singkat cerita, saya diajak masuk langsung oleh yang jaga di pintu depan, gratis. Alhamdulilah. Berkah berteman dengan orang-orang baik. Kepada yang mengajak, semoga kita bisa saling mengajak ke surga ya. Aamiin.

***

Jujur saja, ada rasa tidak enakan dalam hati karena saya tidak dapat info pembukaan volunteer. Saya merasa harus diistimewakan. Padahal siapalah saya. Bukan siapa-siapa. Lantas kenapa harus diistimewakan? Tapi sejenak, saya berpikir kembali. Toh jika diiajak, apakah saya bisa bergabung di dua hari tersebut.

Sabtu, ada pertemuan dengan alumni Forum Indonesia Muda angkatan 21. Ahad, ada rapat kerja Indonesia Tanpa JIL chapter Jakarta. Nah dengan adanya dua agenda tersebut, saya sudah pasti tidak bisa bergabung ke panitia.

“Tapi kan setidaknya mereka mengajak saya ikutan. Setidaknya ada info gitu di grup.”

Ini adalah contoh bisikan setan lainnya. Bisikan setan yang membuat kita mencari-cari alasan untuk tidak enakan. Bikin baper di jalan dakwah. Padahal jalan dakwah nggak cuma satu. Apalagi dakwah dengan style ala-ala HijrahFest dan Women Festive ini banyak cobaan hati. Percayalah. Mungkin kamu sulit untuk membayangkan. Tapi percaya saja.

Tidak lama saya di Women Festive. Datang jam 5 sore, pulang abis Magrib. Karena memang, ada agenda lain yang harus saya selesaikan. Memang sih, bisa saja saya bertahan di Women Festive. Apalagi ada Ustadz Das’ad Latif sebagai penutup. Tapi hati saya bergerak untuk pulang. Dan beberapa hari setelah itu saya baru tersadarkan, Allah punya tujuan untuk menunda pertemuan saya dengan seseorang. Siapa? Rahasia dong.

Ada banyak cerita di jalan dakwah. Kamu pun pasti banyak cerita. Saran saya, nikmatilah jalanmu, maknai ceritamu. Tidak perlu membanding-bandingkan jalanmu dengan jalan orang lain. Karena pasti, ada saja bisikan-bisikan yang membuatmu rendah diri, minder, baper. Saya pun mengalami. Kemudian saya hanya meminta kepada Allah hal sederhana, luruskan niat ini. Seperti halnya Ustadz Salim A. Fillah pernah berpesan langsung kepada saya akhir tahun 2016 di Masjid Jogokariyan.

“Ustad, bagaimana caranya meyakinkan diri kita pada jalan dakwah yang kita pilih? Harus di jalan kebaikan yang mana? Karena terkadang saya merasa kok jalan dakwah orang lain lebih besar.”

“Jalan yang disukai Allah. Terserah Allah mau meletakkan kita dimana.”

Allah punya jalan untuk saya, Allah punya jalan untuk kamu, Allah juga punya jalan untuk dia dan mereka. Jalan kita berbeda. Nikmati saja, luruskan niat. Semoga Allah mempertemukan kita di jalan-jalan kebaikan dan semoga juga, di surga-Nya. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *