Belakangan ini, saya mempunyai hobi baru. Yaitu minum te tolu (baca : teh telur). Tentu minum te tolu tidak sendiri. Ada teman yang diajak untuk ngobrol dan berbagi. Dan saya pun mulai membiasakan ketika kongkow minum te tolu tidak hanya bincang tanpa hasil. Melainkan ada insight yang didapat. Dalam bulan Ramadhan ini saja sudah ada 3 kali.
28 Juni bersama Ajo, Acul dan Aldi. Insight yang didapat adalah ide melestarikan budaya ocu dengan cara kreatif. Hasilnya: Quote Urang Ocu. Ajo-lah founder dari ide ini. Follow instagramnya di @ridhooilahii >>>
4 Juli bersama Ajo dan Glank. Insight yang didapat adalah ide bagaimana walaupun hanya mahasiswa, bagaimana caranya kita bisa bergerak untuk berkontribusi bagi Indonesia yang sedang menangis. Passion to nation adalah contohnya
7 Juli bersama Bang Fazli. Insight yang didapat adalah tulisan kali ini
“Jangan mendengar hanya untuk mendengarkan. Pastikan kamu mendapatkan”
Ohya, persamaan dari 3 kongkow diatas adalah semuanya alumni dari sekolah yang sama, SMAN Plus Riau. Dan wajar saja perbincangan tidak jauh-jauh dari masa lalu yang penuh kenangan. Dan saya selalu berusaha mengarahkan topik untuk mendapatkan insight, paling tidak untuk diri sendiri.
Saya adalah generasi 12 (Admiral) sedangkan Bang Fazli generasi 9 (Nithron). Jadi ketika saya masuk SMA Bang Fazli sudah lulus. Ya sudah kebiasaan kita kebanyakan, membicarakan teman-teman masa lalu adalah hal yang asyik. Dan saya yang tidak terlalu mengenal banyak dari yang diceritakan, sedikit banyaknya terlalu mengagumi (awalnya). Itu terjadi ketika masih masa masa awal SMA. Karena wajar, anak SMA yang masih unyu-unyu belum tau gambaran bagaimana masa depan yang keren. Dan kini 6 tahun berlalu. Saya pun sudah mengerti bagaimana masa depan yang keren.
Sidik Jari Kemenangan
Setiap orang di dunia mempunyai sidik jari yang berbeda. Termasuk soal jalan kehidupan. Seindah-indahnya jalan kehidupan orang lain, kita tidak bisa meniru persis kehidupan dia. Usahanya bisa ditiru, doanya bisa ditiru. Soal hasil? Tidak bisa. Itu urusan Allah.
Ini penting. Ketika kamu menginginkan kehidupan seperti orang lain, maka ketika itu pula kamu memulai hidup yang membosankan. Karena saya pun pernah merasakan hal tersebut. Alhasil, saya menghabiskan banyak waktu untuk hal yang sia-sia. Untuk saja Allah begitu sayang kepada saya. Dia mengantarkan saya ke jalan yang terbaik.
Oke, coba bayangkan kehidupan seperti ini :
- Kuliah di kampus bergengsi. Setelah lulus kerja di perusahaan asing di luar negeri. Keren?
- Jadi mahasiswa yang aktif organisasi. Dibiayai oleh kampus ketika mengikuti iven. Keren?
- Effort biasa-biasa saja. Tapi dijuluki dewa di kampus. Keren?
Bisa jadi contoh diatas termasuk keren dalam pikiran kita. Tapi keren bukan sesempit itu. Keren itu sederhana :
“Kamu tahu tujuan hidup. Buat jejak kehidupan sendiri. Berkontribusi bagi negeri. Menjalankan syariat Islam. Nikmati hidup tanpa terbebani”
Jadi keren itu sebenarnya tidak terlalu penting. Karena banyak makna keren yang mungkin saja tidak kita sepakati. Tapi jika saya boleh memberikan arti keren, cukup sederhana :
“Memaknai kehadiran Alah dan mengenali diri sendiri sepenuhnya”
Abstrak kan? Ya bisa jadi. Karena seperti yang sudah dituliskan diatas. Setiap orang mempunyai tujuan dan sidik jari kemenangan masing-masing.
Jadi kesimpulannya adalah :
Hanya kagum dan diam melihat kesuksesan orang lain tidaklah cukup. Kita harus kejar dengan jejak kehidupan pribadi yang sudah disusun. Dan kedepannya berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Indonesia Berdaya!
Keep Writing, Always Inspiring!
Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua
Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Dengan senang hati saya membuka kesempatan. Silahkan invite 76B4BF69/085363949899 dan juga follow @rezky_rf9
Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri