Bicara tentang menulis, saya belajar banyak dari Brili Agung. Mentor menulis saya yang membantu dalam percepatan naskah Jomblo, Mantan, dan Masa Depan. Buku ini akan terbit Januari 2017 dan menyusul karya-karya lainnya. Insya Allah. Btw boleh pre order dan jadi reseller dari sekarang loh. Nanti kita buat grup “Barisan Penyelamat Mantan”. Hehe. Langsung aja deh ya kontak melalui whatsapp 085363949899.
Beberapa hari yang lalu dan ditambah kemarin, saya diskusi banyak dengan beliau. Dari berbagai diskusi dengan banyak orang pula, saya menggali unsur penting yang harus ada bagi peulis agar tulisannya semakin bermakna.
Pertama, Menulislah dengan Visi
Visi adalah hal paling mendasar dalam hidup. Tapi sayangnya seringkali visi ini terabaikan. Mentor saya Mokhamad Kusnan pernah menyampaikan :
“Orang yang memiliki visi akan hidup dengan memperjuangkan visi hidupnya. Ataupun jika mati dalam memperjuangkan, dia akan terkenang dalam lembaran sejarah.”
Visi ini memang punya kekuatan yang besar. Ustad Derry Sulaiman di tulisan sebelumnya pun menambahkan,
“Kalau visi hidup berubah, maka jalan hidup akan berubah. Pertanyaannya sekarang, sudahkah kita punya visi hidup?”
Apa sih visimu dalam menulis? Jika bingung dengan visi menulis, pertanyaan yang sederhana aja deh. Apa tujuanmu dalam menulis? Ingin terkenal, diingat dalam sejarah, memperjuangkan kebaikan, memberikan solusi atau apa? Cari tahu dulu. Dan visi yang baik itu apabila kita menggabungkan faktor diri sendiri dan orang lain sehingga bisa mengajak bersama-sama. Bahkan bisa jadi juga loh dengan visi akan mempertemukanmu dengan jodoh. Coba deh baca di sini
Kedua, Fokus pada Kebutuhan Lahan Menulis
Hal menarik lain yang saya dapatkan dari Brili Agung adalah branding dan fokus penguasaan lahan menulis.
Hal ini bermula dari video liputan karyanya. Nah ternyata, Brili Agung memulai karyanya sebagai penulis dengan buku Jangan Bodoh Mencari Jodoh. Lalu seterusnya melanjutkan menulis tentang pengembangan diri, co writer, ghost writer dan yang terbaru adalah tentang cinta. Di beberapa tulisannya di social media pun dia sempat menuliskan puisi. Saya pun bertanya,
“Mas, sebenarnya branding Mas Brili apa sih?”
“Branding saya Authormaker. Jadi saya harus bisa membuktikan kalau saya bisa menulis apapun.”
Sejenak saya berpikir. Jika memilih untuk menulis apapun, bukankah malah tidak fokus pada genre tertentu. Hmmm.
Lalu saya pun berpikir dan memaknai kembali. Cara berpikir seperti ini bukan berarti tidak fokus. Cara ini bahkan malah menjadi fokus. Fokus pada kebutuhan lahan menulis. Karena tujuan awalnya sudah jelas. Bukan menjadi penulis novel ataupun motivasi. Melainkan authormaker. Paham maksudnya?
Baca Juga :
5 Hal yang Seringkali Keliru Ketika Mendengar Kata Literasi
Kamu Malas Membaca, Lakukan 8 Tips Berikut
Jadi begini. Jika awalnya kamu memilih expert di bidang fiksi, maka kamu akan mempelajari berbagai hal tentang fiksi. Mulai dari diksi, plot, alur, dan sebagainya. Jika kamu ingin menjadi penulis sastra, maka kamu akan fokus pada satra, sejarah, budaya dan bidang lain yang mendukung. Nah, jika fokus awalnya ingin menjadi Authormaker, maka caranya adalah membuktikan bisa menulis apapun. Gambaran sederhananya begini deh.
Sederhananya begitu deh ya. Itu hanya gambaran sederhana. Tentu ada banyak hal lain yang harus kamu kuasai untuk expert di tulisan tertentu. Jadi ada fokus lahan garapannya masing-masing. Cari tahu dulu, pengen jadi penulis apa? Setelah tahu fokus deh pada lahan kebutuhan agar tulisannya semakin bermakna.
Ketiga, Be Original of You!
Nah ini paling menarik. Bagaimana cara menulis yang original?
Ada banyak pribadi, trainer, termasuk penulis yang takut menjadi original of me. Original ini bukan berarti benar-benar baru loh ya. Original ini maksudnya yaaa yang GUE BANGET. Sedangkan original dalam menulis berarti gaya penulisan, kekhasan penyampaian pesan, atau bahkan visi dalam menulis. Jadi tidak ikut-ikutan penulis tertentu. Belajar dari penulis favorit boleh, jadikah dia sebagai role model boleh juga. Tapi jangan tiru plek persis sama. Steal like an artist yang Austin Kleon sampaikan bisa jadi solusi.
Jangan maksa-maksakan sepuitis seperti Salim A. Fillah. Jangan maksa-maksakan sama seperti jokes Raditya Dika. Jangan juga maksa-maksakan sama waktunya seperti teman yang menulis buku nikah. Loh.
Menulis dan memaksakan diri seperti penulis lain itu tidak asyik. Pembaca pun merasa ada yang aneh. Berani jadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Karena petiap penulis itu punya gayanya masing-masing. Tentunya sesuai dengan standar yang diterima para pembaca. Yang penting pembaca paham maksudnya apa. Jadi penuhi saja standarnya, berikan warna yang berbeda, dan be original of you!
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Passion Writer
Founder Passion Writing Academy