Yakin Pengen Lanjut S2? Jangan-Jangan Hanya “Ini” yang Kamu Inginkan

Seperti halnya mahasiswa semester akhir, berbagai kegalauan pasti saja muncul. Dan kegalauan itu biasanya dimulai dengan pertanyaan, “setelah lulus mau kemana?”

Saya pun mengakui hal tersebut. Pernah mengalami hal yang sama. Dan cara saya mengatasinya adalah dengan “Studi Kritis Pasca Lulus Kuliah”. Istilah ini dibuat agak lebay memang. Padahal hanya hanya sebuah analisa diri di atas kertas sebuah perencanaan setelah lulus kuliah. Dan saat itu saya menuliskan ada 5 pilihan setelah lulus mau kemana.

  1. Menikah
  2. Berguru dengan expert (konsultan, coach, passionpreneur)
  3. Mengembangkan bisnis
  4. S2 Psikologi SDM
  5. Hibernasi

Pilihan diatas hanyalah rencana dan tidak sesuai dengan prioritas loh ya. Jadi jangan menagih dengan pertanyaan “dengan siapa nikahnya?”. Tapi khusus untuk no 4, saya punya refleksi menarik. Termasuk mungkin kamu yang merasakan dan memikirkan hal yang sama.

Belakangan pertanyaan ini sering kali bermunculan dalam pikiran. Ditambah lagi dengan ajakan beberapa orang teman. Ada juga yang mengajak ke luar negeri. Dari mereka ada  yang ingin mengambil manajemen transportasi, real estate, pariwisata, dan jurusan lainnya. Saya pun menanyakan lagi pada diri sendiri, kenapa sih harus S2?

Pemikiran S2 itu penting sama halnya dengan menikah muda itu penting. Kenapa? Karena setiap orang punya pemikiran yang beda-beda. Kalau si doi emang lagi butuh S2 dan punya tujuan yang jelas untuk S2, tentu sah-sah saja mengatakan S2 itu penting. Tapi kalau hanya karena ikut-ikutan, paksaan pihak luar, dan alasan tak meyakinkan lainnya, lebih baik tanyakan lagi pada diri, kenapa sih harus S2?

“Pendidikan itu penting. Karena itu tuntutlah ilmu setinggi-tingginya”

Saya setuju memang dengan pemikiran ini. Tapi perlu diingat lagi bahwa pendidikan tidak hanya didapat di jenjang sekolah formal kan? Lagipula saya juga mendapatkan refleksi menarik dari seorang teman,

“Aku takut aja sih udah kuliah lama tapi nanti kerjaannya di Bank. Nggak ada kaitannya”

Teman saya tadi jurusan teknik mesin. Dan memang secara keilmuan tak ada kaitan antara mesin dan bank. Tapi saya masih setuju dengan idealismenya. Belajar di kuliah untuk apa? Untuk persiapan kerja dimanapun posisinya? Ah alasan pasrah seperti  ini tak layak untuk diperjuangkan.

Baca Juga : Membumikan Konsep, Solusi Kecil untuk Perubahan Besar

Sama halnya dengan S2 tadi. Untuk apa ambil S2? Biar kerja dapat gaji lebih besar? Biar dapat kebanggaan dari teman-teman seangkatan? Atau agar di undangan pernikahan namanya ada gelar bersama pasangan?

Pengalaman saya, jikalau hanyalah alasan seperti itu, coba pikirkan kembali.

Saya punya sepupu, S1 jurusan elektro, S2 di Jerman (jurusannya lupa). Ujung-ujungnya kerja dengan orang tuanya di bidang properti. Itu pun terpaksa setelah tak dapat pekerjaan dengan gaji yang sesuai harapan.

Sebaliknya. Saya punya kenalan lain. S1 jurusan teknik sipil di UI. Melanjutkan S2 dengan jurusan sama di ITB. Ketika saya tanya alasannya apa ambil S2, jawabannya masuk akal dan meyakinkan. “Aku pengen jadi akademisi, jadi aku lanjutkan S2.”

Kenapa sih ambil S2?

Coba deh tanyakan lagi pada diri kita masing-masing. Miliki alasan yang kuat. Bukan hanya asal-asalan. Bukan hanya karena paksaan orang tua dengan anggaran tak terbatas lalu harus ambil S2. Carilah alasan powerful lain.

Saya pun yang sedang skripsi ini seringkali menanyakan pada diri sendiri dan mencoba memastikan kepada orang tua. Memang orang tua saya memberikan kebebasan, walaupun ada kecenderungan agar melanjutkan S2, bahkan S3. Padahal jujur saja saya bukanlah tipe yang suka belajar formal. Saya hanya memastikan kepada beliau,

“Ma, Rezky akan ambil S2 kalau punya tujuan yang jelas, kenapa butuh S2.”

Beliau pun tetap memaklumi. Ah bersyukurlah punya ibunda seperti ini. Memberikan kebebasan tanpa paksaan. Dan pastinya tetap mendoakan.

Jadi, untuk apa sih ambil S2?

Jangan-jangan yang kamu inginkan bukanlah S2. Melainkan hanya alasan semu dan pujian. Entah karena pendidikan yang lebih tinggi ataupun berbagai foto selfie kuliah di luar negeri. Coba pikirkan kembali.

 

Keep writing, always inspiring!

Rezky Firmansyah
Passion Writer
Founder Passion Writing Academy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *