Siapa bilang berbagi harus kehilangan yang dimiliki?
Saya tidak percaya dengan anggapan seperti itu. Bukankah berbagi adalah kebutuhan manusia? Bahkan dari segi harta Allah memerintahkan kita untuk sedekah. Manfaatnya apa? Agar bertambah plus berkah. Termasuk ketika berbagi inspirasi. Ketika berbagi kita malah akan mendapatkan inspirasi baru.
Hari ini adalah hari ketiga #30DWC dan bertepatan saya berbagi inspirasi kepenulisan bersama Psychology Learning Community UIN Maliki Malang. Seperti yang disebutkan diawal. Berbagi berarti menambah apa yang kita miliki. Dan hal tersebut saya dapatkan hari ini. Oke mari kita mulai dengan apa yang saya pelajari hari ini.
Pertama, guru baru. Ada banyak guru baru hari ini. Selain dari guru yang mendengarkan dari kursi, guru yang duduk di samping saya sungguh unik. Dia adalah Saiful “Ipung” Haq . Penulis kocak dengan pembawaanya yang tidak lepas persoalan hubungan, mantan dan kenangan. Dan ada yang menarik dari karyanya. Salah satunya adalah bukunya yang berjudul “Saifulisme”. Dari judul, paling tidak ada 2 persepsi yang muncul dalam pemikiran kita. Pertama, saiful adalah saya. Kedua, idealisme ala saiful. Terlepas dari apapun persepsi yang muncul dalam pemikiran kamu, ini adalah ide yang menarik untuk dijadikan karya. Bisa jadi Rezkyisme. Ya agak maksa sih. Tapi bagaimana jika “Youisme”? Ada 2 arti, kamu adalah aku. Atau kumpulan kisah dan idealisme aku dan kamu. Ehem
Kedua, pandangan baru. Bagi sebagian orang, dosen adalah momok menakutkan yang seringkali menjadi penghambat dunia perkuliahan. Ya bagi sebagian orang, terutama saat skripsi. Tapi tidak bagi saya pribadi. Selain dosen di kampus, dosen yang saya temui hari ini sungguh menarik. Saya berkenalan dengan Pak Mahpur, Wakil Dekan III Fakultas Psikologi. Beliau dosen yang sangat apresiatif menurut saya. Memang kami baru berkenalan. Akan tetapi semangat beliau untuk mengajak mahasiswanya berkarya sangat luar biasa. Bagaimana tidak. Saat sahabat saya menawarkan sharing session ini, beliaulah orang yang pertama kali menyutujui di grup whatsapp. Ditambah lagi keterbukaan beliau terhadap mahasiswanya yang meminjamkan dana bagi siapapun yang ingin mencetak buku. Wow! Nah itu makanya, mulai sekarang jadikan dosen sebagai sahabat yang bisa diajak berbagi manfaat. Bukan sebagai “lawan” walaupun skripsimu sering direvisi. 😀
Ketiga, inspirasi baru. Ini yang saya maksud dari judul tulisan ini. Ternyata buku akademik bisa menjadi buku yang kreatif. Nah caranya bagaimana?
Patut diakui bahwa buku akademik seringkali kaku dan membosankan untuk dibaca. Tapi konsep kreatif yang disusun oleh jurusan psikologi UIN Malang ini menarik. Setelah sharing inspirasi kepenulisan, saya diberikan 2 buku anatalogi karya mahasiswa. Memang terkesan sederhana “hanya” antalogi. Tapi yang menarik adalah “packaging” dari sebuah buku.
Buku pertama berjudul, “Pendekatan Psikologi Kontemporer, Perilaku Masyarakat pada Aras Kekinian”. Yang spesial dari buku ini karena berisikan kumpulan penelitian mahasiswa. Jika kita mengenali jika penelitian terkesan menggunakan bahasa yang sangat kaku, tapi hal itu tidak berlaku dengan buku ini. Karena kumpulan penelitian yang ada di buku ini menggunakan kalimat yang lebih membumi. Contohnya saja, ada yang berjudul : Nilai-Nilai Psikologi Remaja dalam Surah Yusuf. Ada juga yang berjudul Long Distance Relationship. Ide yang menarik.
Buku kedua, berjudul “Was Was, Antalogi Cerita Pendek Psikologi Abnormal”. Apa yang spesial? Banyak! Bagaimana tidak. Mulai dari penyusunan awalnya. Dosen mata kuliah Psikologi Klinis mengajak mahasiswa untuk menulis setiap pertemuannya dan mengaitkan tulisan dalam cerpen dengan psikologi! Contohnya saja di bab Disosiatif ada cerpen berjudul Menyatu dengan Lupa dan Bayangan Alberto. Sungguh kreatif! Saya menebak dengan cara ini mahasiswa yang menulis cerpen ini akan benar-benar memahami apa yang dipelajarinya setelah pembelajaran kreatif dari dosennya.
Coba saja bayangkan jika penelitian setiap mahasiswa dijadikan lebih membumi? Pasti penelitian itu bukan hanya menjadi penelitian. Melainkan menjadi solusi yang dapat diterapkan oleh masyarakat. Nah bagi kamu yang membaca tulisan ini, apa yang akan kamu terapkan dengan penelitian yang kamu pribadi atau kelompokmu lakukan?
Waaah sungguh banyak pelajaran hari ini. Bahkan sepertinya bukan saya yang mengajar mereka. Tapi merekalah yang mengajar saya. Ah terlepas apapun itu, memang hidup adalah sebuah perjalanan dan pembelajaran tiada henti. Kadang kita belajar, kadang kita mengajar. Karena setiap orang adalah murid sekaligus guru
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing
Penulis buku tersebar di 5 benua
Mau diskusi asik bahas soal Kepenulisan Passion Kepemudaan? Yuk invite 76B4BF69/085363949899 dan juga follow @rezky_rf9
Kamu merasakan manfaat dari tulisan ini? Tulis comment dan klik tombol share di bagian kiri