Saya selalu takjub dengan bagaimana indah dan uniknya pesan cinta yang Allah berikan. Setiap dari kita pasti menerimanya. Hanya saja ada yang peka dalam melihatnya, ada yang abai begitu saja. Ada yang menanggapinya dengan rasa haru luar biasa hingga meneteskan air mata, ada yang kagum dan penuh rasa syukur dalam hatinya. Memang, setiap kita berbeda dan itu biasa. Dan saya menyaksikannya dari kisah para ibu hebat.
Satu dari banyak pesan cinta yang Allah berikan kepada saya adalah momen pernikahan seorang teman. Sekilas, foto ini mungkin terlihat foto pernikahan biasa saja. Tapi bagi saya, ini lebih dari pernikahan. Ini adalah tentang rezeki yang Allah berikan melalui perantara ibu yang luar biasa sekaligus kasih sayang Allah melalui rezeki dengan banyak pintu.
Kalau kamu perhatikan, hanya ada satu orang tua di foto tersebut. Hanya sosok ibu. Di mana ayahnya? Beliau sudah tiada. Sejak mempelai lelaki berusia 5 tahun. Sejak itu pula sang ibu membesarkan 4 orang anak sebagai ibu tunggal. Bekerja dengan cara apa saja, yang penting halal. Sebagian orang mungkin menganggap rendah, tapi di mata Allah tidak sama sekali. Memastikan harta yang halal jauh lebih berharga daripada kekayaan dengan menghalalkan segala cara.
Nama mempelai laki-laki tersebut adalah Dedi. Pertemuan pertama kami di kelas 6 SD di sebuah perlombaan. Bersamaan dengan teman lain yang bernama Hasrul. Mereka berdua sama-sama anak yatim. Jika Dedi yatim sejak 1998, Hasrul yatim sejak 2001. Sedangkan saya yatim sejak 2012.
Dedi dan Hasrul berteman baik sejak SD. Sedangkan saya mengenali mereka sejak SMP. Selama 3 tahun kami di kelas yang sama. Alhamdulillah, kelas unggulan. Masuk SMA, saya dan Hasrul tetap satu sekolah. Sedangkan Dedi beda sekolah. Sebenarnya Dedi juga tes di sekolah yang sama, hanya saja dia tidak lulus. Walaupun begitu, hubungan pertemanan kami tetap terjaga. Bahkan hingga kini.
Lompat cerita usai kelulusan SMA. Saya mengambil keputusan yang tidak biasa, yaitu gap year. Hasrul mengambil jurusan Teknik Kimia. Dedi sebenarnya lulus penerimaan di Teknik Mesin. Hanya saja dia berkorban untuk menunda kuliah di tahun berikutnya. Berhubung pada saat itu dua abangnya masih kuliah juga.
Saya yang belum kuliah saat itu melakukan banyak aktivitas. Salah satunya mengisi seminar ke sekolah-sekolah. Ketika sudah kuliah pun saya masih tetap melakukannya. Dan Dedi adalah salah seorang yang paling sering menemani saya pergi dengan sepeda motor. Perjalanan yang sederhana dengan momen yang berharga.
Ada banyak cerita tentang kami. Salah satunya tentang keinginannya membuka usaha sendiri. Saya pun dengan random mengiyakan. Salah satunya membuat food court sendiri. Dalam bayangan kami, di salah satu food court tersebut akan menjual sate. Kenapa sate? Karena ibunya Dedi adalah penjual sate. Lokasi tepatnya di depan asrama tentara Batalyon Bima Sakti. Seingat saya ada dua gerobak. Satu di dekat masjid, satu lagi di depan rumah kayunya yang sederhana.
Bagaimana dengan Hasrul? Ibunya adalah pedagang kain di pasar. Saya sering ke rumahnya. Lebih sering daripada ke rumah Dedi. Saya dan ibu dari mereka memang saling kenal. Berteman sejak SMP, tentu saja membuat mereka tahu siapa teman anaknya. Ibunya teman ibunya kita juga. Begitulah saya suka bersikap dengan ibu mereka. Ramah dan dekat. Tidak canggung seperti orang baru kenal. Bersyukurnya mereka pun ramah. Senang sekali bisa mengenali ibu luar biasa seperti mereka.
Ibunya Hasrul dan ibunya Dedi punya empat orang anak. Hasrul adalah anak keempat sedangkan Dedi anak ketiga. Jika bicara sukses, tentu saja indikatornya sangat abstrak. Tapi saya bisa mengatakan bahwa peran ibu mereka sungguh luar biasa. Ibu mereka berhasil mengantarkan keempat anaknya menuju tangga yang harus ditapaki secara mandiri. Setidaknya selesai dengan diri sendiri.
Hasrul dan saudaranya semuanya sudah bekerja dan menikah. Bahkan Hasrul kini sedang persiapan S2 ke luar negeri. Lebih kurang sama dengan saudaranya Dedi. Tiga anak sudah menikah, satu yang terakhir belum. Tiga orang bekerja di perusahaan swasta yang terpisah di tiga kota (Padang, Cilacap, Pelalawan) dan satu orang PNS di Padang. Kini, ibu Dedi tidak lagi berjualan sate. Ibunya sudah kembali ke Padang.
Dulu, para ibu yang berjuang membesarkan anak-anaknya. Kini, mereka bisa beristirahat dengan tenang. Apakah anaknya adalah sandwich generation?
Entah kenapa saya tidak nyaman dengan istilah sandwich generation. Walaupun penjelasannya masuk akal, hanya saja sandwich generation seringkali berkonotasi negatif. Orang tua dianggap sebagai beban bagi anaknya. Sekilas, begitulah yang ternilai. Setidaknya oleh saya.
Daripada menggunakan sandwich generation, saya lebih suka menggunakan diksi, masa anak berbakti. Karena orang tua bukan beban. Mereka adalah peluang amal yang kelak membuka pintu surga. Bukan hanya bagi anak, tapi surga sekeluarga.
Baca juga:
Mengkritisi Narasi Generasi Sandwich
Kedahsyatan Doa Amak Membuat Anak Lulus IPDN
Sungguh, ibunya Hasrul dan ibunya Dedi adalah bukti bahwa rezeki itu memiliki banyak pintu. Asalkan kita terus berusaha dan berpasrah pada Yang Maha Kuasa, pintu itu pasti akan terlihat. Hanya perlu ikhtiar untuk mengetuk pintu, dan kelak Allah pun akan membukanya. Pintu tersebut terbuka bukan hanya untuk para ibu, tapi juga anak-anaknya. Doa ibu yang tidak pernah berhenti membuat anak-anaknya bisa mencapai titik ini.
Teruntuk ibunya Hasrul dan ibunya Dedi. Ketika anaknya menikah memang tidak didampingi oleh sang suami. Sang ayah tidak bisa melihat anaknya menikahi perempuan yang kini sudah menjadi istri. Tapi semoga, kelak mereka dipertemukan kembali di surga. Masuk surga sekeluarga. Inilah harusnya mimpi keluarga seorang muslim.
Teruntuk ibunya Hasrul dan ibunya Dedi. Terima kasih sudah mengajarkan hal berharga tanpa disadari. Menjadi ibu tunggal memang tidak mudah. Tapi hal tersebut menjadi mudah dijalani karena bersamamu selalu ada Allah yang menyertai.
Teruntuk ibunya Hasrul dan ibunya Dedi. Semoga Allah memberikanmu surga terbaik atas jasa tak terbalas untuk membesarkan anak-anakmu. Semoga kelak, merekalah yang menjadi amal jariah saat fisikmu tiada lagi di dunia.
Kepada para ibu di seluruh dunia. Terima kasih banyak atas perjuangan membesarkan anak-anakmu. Tidak akan mudah. Tapi semoga lelah itu bisa bernilai lillah.
***
Teruntuk anak di seluruh dunia, ada program menulis kreatif bernama @bukuuntukayahibu. Melalui program ini, para anak diberikan support system untuk menulis yang kelak akan diberikan kepada ayah dan ibu. Tulisan itu bisa berbentuk surat atau buku mini. Bagimu yang ingin memberikan hadiah terbaik bagi ayah dan ibu, follow dulu aja @bukuuntukayahibu. September ini akan ada pengumumannya.