“Rez, sekarang buka biro jodoh ya?”
Banyak yang bertanya seperti itu karena beberapa hari yang lalu saya membuka kesempatan untuk membantu perihal jodoh melalui Instagram story. Namun bukan berarti saya beralih profesi sebagai biro jodoh. Karena sepertinya berlebihan jika menganggap bantuan seperti itu sebagai biro atau perusahaan jasa resmi untuk masa depan perihal jodoh.
Saya tidak menjadi biro jodoh. Saya hanya berniat untuk membantu karena pernah merasakan fase sebagaimana yang mereka rasakan. Dan mungkin termasuk kamu juga.
Menemukan jodoh yang tepat memang tidak mudah. Banyak tantangan yang dihadapi. Baik itu dari dalam diri sendiri seperti insecurity atau dari luar seperti keluarga. Apalagi jika kamu punya prinsip tertentu yang harus dipertahankan, tapi tetap bisa dikompromikan. Misalkan, mencari suami yang tidak merokok, berpenghasilan halal, dan antiriba. Pertahankan itu. Karena begitu banyak lelaki yang seperti itu. Ada lagi yang mencari suami harus kuliah di Madinah karena ilmu agamanya baik. Bolehkah? Ya sah-sah saja. Namun sepertinya, standar ini bisa dikompromikan. Karena lelaki yang berilmu agama baik bukan hanya ada di Madinah kan? Ada di Makkah, Mesir, Yaman, Tunisia, Maroko, Sudan, dan termasuk Indonesia. Kota dan negara lain juga banyak.
Menemukan jodoh yang tepat memang tidak mudah. Namun akan semakin susah jika kita sendiri enggan untuk membuka diri. Sangat ingin menikah karena segala hal sudah dipersiapkan. Namun hanya sebatas menunggu tanpa berbuat lebih. Langkah ini sepertinya perlu dikoreksi. Karena jika sudah ada niat yang kuat, maka melangkahlah sebaik-baiknya. Pantaskan diri dan lanjutkan langkah yang harus ditempuh.
Menemukan jodoh yang tepat memang tidak mudah. Namun bukan berarti mustahil. Melangkahlah. Lakukan usaha yang lebih. Tanya kepada teman, minta doa pada orang-orang saleh, termasuk berikhtiar melalui biro jodoh. Semua itu sangat layak untuk ditempuh jika niatmu memang sudah kuat. Dan saya melakukan itu semua. Saya tanya kepada teman sekitar yang dipercaya. Saya minta doa kepada orang-orang sekitar, terutama yang berangkat ke tanah suci. Saya pun berikhtiar melalui biro jodoh.
“Jadi kamu bertemu dengan istri melalui perantara biro jodoh?”
Yap, betul sekali. Banyak yang tidak percaya. Namun begitulah faktanya.
Allah mempertemukan saya dan istri melalui perantara biro jodoh yang bernama Taaruf Online Indonesia. Awalnya saya memang sulit mempercaya cara ini. Karena bagi saya cara ini begitu asing dan sepertinya agak susah. Bertemu dengan orang asing, lalu berproses dan menjadi teman hidup bersama. Hmm, kok agak sulit diterima ya.
Jujur saja, ada overthinking saat saya menggunakan aplikasi ini. Beberapa bulan awal saya menggunakan “seadanya”. Saya coba berproses sekali, lalu mundur. Sekitar 8 bulan tanpa ada hasil. Hingga akhirnya saya bertemu dengan satu nama, berproses, dan menikah. Bahkan kami menulis buku bersama berjudul Teropong Waktu. Kamu bisa download bukunya versi digital di sini.
”Bagaimana sih proses di aplikasi itu?”
Singkatnya, kamu hanya butuh upload profil diri. Ada form yang harus diisi. Setelah data lengkap, kamu sudah bisa mencari calon pasangan sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Bisa di-filter sesuai dengan kriteria. Mulai dari usia, domisili, suku, bahkan pemahaman agama. Coba saja. Kamu bisa download aplikasinya di Playstore. Untuk awalnya coba saja versi gratis. Setelah yakin, upgrade versi premium.
Kembali ke pertanyaan awal. Kenapa saya menjadi biro jodoh?
Saya mempertegas kembali bahwa saya bukanlah biro jodoh. Saya hanya berniat membantu semampu yang bisa saya lakukan. Semoga niat ini pun kita jalankan bersama karena peluang pahala membantu jodoh orang lain ini begitu besar. Karena pada dasarnya hal ini adalah tolong menolong dalam kebaikan. Membantu mereka untuk bertemu dan berjalan semoga sampai surga sekeluarga. Maka pastikan, bantuan yang diberikan tetap berjalan sesuai koridor yang benar.
Kita sama-sama tahu niat baik untuk mencari teman hidup itu tidak mudah. Dan tidak ada yang salah dalam meminta tolong untuk dijodohkan. Karena tidak jarang, cara yang banyak orang lain lakukan adalah cara yang salah. Menormalisasi hal yang tidak sesuai syariat. Mulai dari pergaulan bebas, pacaran, hingga normalisasi zina. Salah satunya yang paling dekat adalah orang tua mengizinkan anak perempuannya dijemput oleh lelaki yang dianggapnya sebagai calon menantu. Padahal belum tentu jadi menantu. Kekeliruan lain yang sering terjadi adalah menganggap tunangan yang berjalan berarti membuat pasangan tersebut sudah sah. Padahal tidak sama sekali. Kepada siapa saja, mulai dari diri yang sedang berproses dan orang tua yang berniat baik untuk anaknya, berhati-hatilah.
Sekali lagi, saya bukan biro jodoh. Saya hanya membantu semampu yang saya bisa. Untukmu yang sudah berniat, majulah. Tidak ada yang salah dalam meminta bantuan untuk dijodohkan. Termasuk biro jodoh. Karena jika niatmu baik dan kelak dijodohkan melalui biro jodoh, hal tersebut akan menjadi kenangan tersendiri
Lebih lanjut, jangan hanya bergantung pada satu cara. Cobalah berbagai cara selagi itu halal dan baik . Namun pastikan, jangan pernah menyandarkan jawaban pada orang yang diminta bantuan. Bersandar cukup pada Allah saja. Untukmu yang berproses, pantaskan diri sebaik-baiknya dan jaga prasangka baik pada Allah.