Ada 2 kejadian menarik pagi ini. Dan uniknya ada persamaan diantara keduanya. Pertama, saya mendapatkan kiriman tulisan dari Agung Setiyo Wibowo tentang “Memaknai Passion”. Kedua, tontonan saya pagi ini, “Rudy”. Persamaan antara 2 hal ini ada di 2 kata, Passion dan Makna.
Bercerita sedikit tentang film Rudy. Dalam film ini Rudy yang berbadan kecil mempunyai mimpi yang besar untuk menjadi pemain football di salah satu universitas. Perjalanannya memang sangat menginspirasi. Niatnya pun patut diapresiasi, ingin membanggakan orang tua dan keluarga. Tapi satu hal yang belum saya pahami, untuk apa sih dia mengejar menjadi pemain football di universitas tersebut? Apakah hanya karena mimpi? Ya saya belum pahami itu. Mungkin kamu bisa menonton dan kita bisa berdiskusi soal itu. Saya tunggu loh ya. 🙂
Memang, bicara passion gak bakal bosan. Gimana tidak. Dengan mengetahui dimana passion berada, kamu sudah mendapatkan karpet merah untuk berjalan mulus dalam kehidupan. Cara menemukannya gimana? Coba lakuin hal sederhana yang dituliskan di agungwibowo.com berikut :
- Jadilah diri sendiri
- Dengarkan nurani
- Ambil Personal Assesment yang mencakup minat, bakat, kepribadian, kecerdasan, kekuatan dll
- Berikan yang terbaik di pekerjaan sekarang
- Berpikirlah terbuka
- Cobalah hal-hal baru
- Tekuni hobi
- Terlibatlah dalam kegiatan sukarela atau sosial
- Bergabunglah dengan komunitas
Kalau butuh referensi lengkap, sering-sering main ke dedydahlan.com. Ini blog favorit saya jika bicarain passion. Kamu juga bisa baca kembali tulisan saya edisi “rezkyfirmansyah.com ngomongin passion”. Di edisi tersebut, saya sempat mewawancarai teman-teman saya di grup online dengan metode Productive Chatting.
Nah sekarang, jika udah tahu passion kenapa? Udah bisa sukses?
Pemikiran keliru. Karena sebenarnya, ketika sudah menemukan passion kita “hanya” sudah menemukan jalan yang benar. Tetap butuh kerja keras. Bahkan lebih keras. Tapi yang mengasyikkan adalah kita melakukan dengan hati. Hal ini nih yang jarang-jarang dilakuin. Ya kan?
Saya pribadi menyadari salah satu titik passion saya adalah menulis. Dan itu ditemukan sejak 2009. Bermula dari menulis satu kalimat di diari harian, refleksi harian, essay, buku kolaborasi, buku pribadi, mentor menulis, blog, dan Passion Writing Academy. Banyak cara yang saya lakukan untuk memaknai passion tersebut agar mampu memberikan pengaruh yang positif dan impact lebih besar. Saya pun juga sering mengamati banyak passion lain untuk mengambil inspirasi baru.
Hal yang seringkali dilupakan ketika menemukan passion adalah kita menganggap hanya hidup dan memaknainya untuk diri sendiri. Nah ini pemikiran keliru yang kedua. Padahal sesungguhnya, bicara passion juga bicara karya dan pengaruh.
Zaman sekarang dengan teknologi yang semakin canggih, berbagai passion, karya, dan profesi bisa dikolaborasikan dengan menarik. Misalkan saja Youtuber, Blogger, Comica, Selebgram, dan berbagai profesi menarik lainnya. Jika kamu mahasiswa dan butuh ide segar gimana caranya memulai bisnis dengan passion baca 20 Ide Bisnis Mahasiswa dan Tipsnya.
Saya mengamati dan memaknai. Hanya saja ada hal yang cukup saya sedihkan. Banyak sekali para pekarya dari passion mengabaikan pengaruh yang diberikan. Mereka berfokus pada menghibur. Persoalan apakah itu mendidik atau tidak, urusan belakangan. Maka muncullah pembenaran “seni itu indah, gak bisa dinilai dari satu sisi”. Fine fine.
Youtuber misalkan. Dengan mengambil isu anak muda, seringkali video yang ditampilkan “membenarkan yang keliru”. Misalkan pacaran, tontonan vulgar, omongan kasar dan contoh lainnya.
Dalam blog juga terjadi. Dengan adanya pembenaran “kebebasan berekspresi”, seringkali tulisan yang ditulis menyudutkan seseorang. Bahkan bukan menyudutkan, tapi menghina, mencaci, menyebarkan berita hoax, atau bahasa kerennya #HateSpeech.
Apa lagi. Instagram? Bagi yang passion banget dengan cekrek-cekrek, seringkali kurang memaknai yang dia anggap passion. Selfie menggunakan pakaian minim. Foto di taman bunga dengan caption “Suka-suka gue. Jangan urus orang lain kalau diri sendiri belum bisa diurus”. Atau foto berdua dengan pacar dan membuat para jomblo iri. Eh gak sih. Kalau pacaran mah belum pasti jadi. Bisa jadi ditikung oleh teman sendiri. Bisa jadi.
Tahu passion aja belum cukup. Maknai passion yang kamu miliki. Jangan jadikan passion hanya sebagai jalan hidup. Naik kelaslah. Manfaatkan passionmu untuk memberikan perubahan yang lebih baik. Berikan karya yang mempengaruhi. Berkolaborasi untuk menghasilkan creative program yang mampu diduplikasi di seluruh negeri.
Keep writing, always inspiring!
Rezky Firmansyah
Penulis Buku Tersebar di 5 Benua
Founder Passion Writing Academy