“Apakah kamu sayang dengan ibumu?”
Saya yakin dan percaya siapapun yang sedang membaca ini pasti akan menjawab ya. Ya benar, pertanyaan yang sepele tetapi butuh perjuangan yang tidak mudah untuk membuktikannya.
Di hari minggu pagi bersama UKM Kampus, Moslem Community, kami mengadakan kunjungan sosial ke panti jompo. Para penghuni disini semuanya wanita. Nenek-nenek. Mulai dari usia 60an hingga 110an. Subhanallah, semoga umurnya berkah. Mungkin ada yang akan menyangkal “apa gunanya ngeliat orang tua sepuh di panti jompo? Toh bukan orang tua kita kan?” Nah ini dia pertanyaan intinya yang akan saya share.
Pada awalnya saya juga tidak mempunyai niat yang besar untuk mengikuti kegiatan ini. Karena ini adalah kegiatan dari UKM dan saya sendiri ditunjuk jadi panitia, maka saya diharuskan mengikuti. Walaupun jujur, sebenarnya tidak ada paksaan dalam hati saya. Karena barangkali disini saya akan mendapatkan pengalaman baru. Dan satu hal yang saya yakini,
Tidak ada hal yang kebetulan terjadi. Semuanya sudah direncanakan oleh Allah agar kita lebih memaknai kehidupan
Kunjungan pertama, survey oleh beberapa panitia. Sekedar banyak bertanya dengan pengurus dan berkeliling di sekitar ruangan nenek-nenek. Ada 2 orang nenek yang paling menarik yang kami perhatikan. Ternyata setelah berbincang-bincang, mereka adalah mantan guru dan mantan dokter gigi. Lalu bagaimana bisa dengan profesi yang cukup mapan mereka bisa sampai disini? Ada juga seorang nenek yang menangis nangis ketika kami datang. Seolah-olah teringat dengan anaknya. Ada juga yang nyanyi-nyayi sendiri ketika kami datang. Ada yang dengan ramah menyapa kami. Ada juga ketika teman saya menyalami tangan seorang nenek, nenek tersebut gak melepas tangannya. Pokoknya kelakuannya macam-macam deh
Beberapa hari selanjutnya kami kembali ke panti jompo ini dengan pasukan yang lebih banyak. Acara dimulai dengan urutan acara bla bla bla
Sejujurnya sih acaranya tidak terlalu menarik ketika kami yang menjadi bintangnya. Acara yang lebih “bernilai” ketika nenek-nenek ini mulai beraksi. Ada yang beraksi dengan bercerita ada juga yang dengan bernyanyi. Yang paling JLEB itu ketika seorang nenek yang profesinya dahulu sebagai seorang guru bercerita. Namanya nenek Itik. Di penggalan kisahnya dia menceritakan bahwa dia kesini karena keinginan sendiri. Agar bisa mandiri dan tidak merepotkan. Hmmm . . . . .
Di akhir ceritanya dia menyampaikan sebuah puisi yang menceritakan pesan seorang ibu kepada generasi muda Dan dia mengakui itu hasil karyanya sendiri.
Pesan ibu
Anak-anakku lihatlah jauh disana
Tampak samar samar lambaian bangsamu menantikan kedatanganmu
Uluran tangan pengertian serta kesadaran mereka harapkan
Karena itu anak-anakku, selagi matahari pagi menyinari bumi diiringi embun angin mamiri jangan biarkan mereka pergi tanpa arti
Tampunglah embun pagi untuk untuk membasahi gerak hati
Dalam mencapai cita-cita yang murni, susunlah programmu dengan rapi
Jangan biarkan irama hati yang jera
Jauhkan diri dari perbuatan yang nista
Santai santai tiada berguna anak anakku
Kalian generasi muda penerus bangsa
Berjuanglah terus anak anakku
Berjuanglah terus sampai batas kemamapuanmu
Kemudian penuhi harapan mereka bangsamu
Kalian tunas tunas muda harapan ibu bapak nusa dan bangsa
Doa ibu selalu
Ya allah Ya tuhan limpahkan rahmat berkahmu kepada anak anakku menjadi insan insan yang beriman sukses dalam segala usaha demi orang tua nusa dan bangsa
Aamiin Ya Rabbal Alamin
Selamat berjuang anak-anakku!
JLEB banget. Ibarat pahlawan di masa lalu yang hidup kembali dan memberikan suntikan semangat bagi kita generasi muda yang yaaa begitulah. Pastikanlah kita yang menjadi generasi penerus bangsa. Masing-masing dari kita yang akan memberikan perubahan positif bagi bangsa. Mulai dari diri sendiri, dari yang terkecil dan dari sekarang.
Selesainya acara formal, masing-masing dari kami berpencar menjumpai nenek-nenek yang disukainya #heh. Dan saya pun kembali menemui nenek yang saya jumpai di hari pertama. Namanya Suwarni, seorang dokter gigi sekaligus dosen di UNAIR. Beliau serta nenek yang cerita tadi termasuk golongan yang masih aktif kalau ngomong dengan lawan bicaranya Banyak inspire yang saya dapatkan dari beliau. Selain nasehatnya yang bijak tentang kehidupan, ada sebuah tempelan di kamarnya yang membuatku semakin JLEB
Pengalamanku di panti jompo ini bukanlah sebuah kebetulan. Saya yakin dan percaya, ini adalah rencana Allah untuk memberikanku pelajaran yang sangat berharga. Mengenai kasih sayang, pengorbanan, perjuangan dan banyak lainnya dari orang tua.
Teman-teman kita tidak tahu bagaimana nasib orang tua kita nantinya. Apakah kita nantinya akan “menitipkan” orang tua kita di panti jompo karena terlalu sibuk memikirkan dunia? Atau karena hubungan kita yang gak baik? Atau karena kita lebih sayang kepada pasangan kita sehingga menitipkannya ke panti jompo? Ngaku sayang dengan orang tua? Apa sih buktinya? Seberapa seringkah kita ngomong dengan mereka? Apakah dalam setiap doa kita ada menyelipkan doa untuk mereka? Kalau masih belum maka marilah kita mulai. Jangan hanya sekedar mengaku sayang dengan mereka.
Kita juga tidak tahu bagaimana masa depan kita nanti. Apakah di masa tua kita akan berada di panti jompo? Nenek-nenek disini banyak sekali kisahnya. Ada yang karena tidak punya keturunan. Ada yang memang karena keinginan sendiri. Ada yang karena masalah dengan menantu. Astaghfirullah
Manfaatkan masa mudamu sebelum masa tua
Nasehat yang singkat tapi benar-benar berisi. Apa yang kita lakukan sekarang pasti berefek dengan masa depan.
Masa lalu hanya akan berdampak pada masa sekarang
Masa sekarang akan berdampak pada masa depan
Jadi, ada sekat pemisah antara masa depan dengan masa lalu, yaitu masa sekarang
Sayangilah orang tua dari sekarang, maka insya Allah anak kitapun akan menyanyangi kita di masa mendatang
Keep Writing, Always Inspiring!
Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing Academy
Penulis buku tersebar di 5 benua