Hikmah di Panti Jompo

Hikmah di Panti Jompo - Rezky FIrmansyah

“Apakah kamu sayang dengan ibumu?”

Saya yakin dan percaya siapapun yang sedang membaca ini pasti akan menjawab ya. Ya benar, pertanyaan yang sepele tetapi butuh perjuangan yang tidak mudah untuk membuktikannya.

Di hari minggu pagi bersama UKM Kampus, Moslem Community, kami mengadakan kunjungan sosial ke panti jompo. Para penghuni disini semuanya wanita. Nenek-nenek. Mulai dari usia 60an hingga 110an. Subhanallah, semoga umurnya berkah. Mungkin ada yang akan menyangkal “apa gunanya ngeliat  orang tua sepuh di panti jompo? Toh bukan orang tua kita kan?” Nah ini dia pertanyaan intinya yang akan saya share.

Pada awalnya saya juga tidak mempunyai niat yang besar untuk mengikuti kegiatan ini. Karena ini adalah kegiatan dari UKM dan saya sendiri ditunjuk jadi panitia, maka saya diharuskan mengikuti. Walaupun jujur, sebenarnya tidak ada paksaan dalam hati saya. Karena barangkali disini saya akan mendapatkan pengalaman baru. Dan satu hal yang saya yakini,

Tidak ada hal yang kebetulan terjadi. Semuanya sudah direncanakan oleh Allah agar kita lebih memaknai kehidupan

Kunjungan pertama, survey oleh beberapa panitia. Sekedar banyak bertanya dengan pengurus dan berkeliling di sekitar ruangan nenek-nenek. Ada 2 orang nenek yang paling menarik yang kami perhatikan. Ternyata setelah berbincang-bincang, mereka adalah mantan guru dan mantan dokter gigi. Lalu bagaimana bisa dengan profesi yang cukup mapan mereka bisa sampai disini? Ada juga seorang nenek yang menangis nangis ketika kami datang. Seolah-olah teringat dengan anaknya. Ada juga yang nyanyi-nyayi sendiri ketika kami datang. Ada yang dengan ramah menyapa kami. Ada juga ketika teman saya menyalami tangan seorang nenek, nenek tersebut gak melepas tangannya. Pokoknya kelakuannya macam-macam deh

Beberapa hari selanjutnya kami kembali ke panti jompo ini dengan pasukan yang lebih banyak. Acara dimulai dengan urutan acara bla bla bla

Sejujurnya sih acaranya tidak terlalu menarik ketika kami yang menjadi bintangnya. Acara yang lebih “bernilai” ketika nenek-nenek ini mulai beraksi. Ada yang beraksi dengan bercerita ada juga yang dengan bernyanyi. Yang paling JLEB itu ketika seorang nenek yang profesinya dahulu sebagai seorang guru bercerita. Namanya nenek Itik. Di penggalan kisahnya dia menceritakan bahwa dia kesini karena keinginan sendiri. Agar bisa mandiri dan tidak merepotkan. Hmmm . . . . .

Di akhir ceritanya dia menyampaikan sebuah puisi yang menceritakan pesan seorang ibu kepada generasi muda Dan dia mengakui itu hasil karyanya sendiri.

Pesan ibu

Anak-anakku lihatlah jauh disana

Tampak samar samar lambaian bangsamu menantikan kedatanganmu

Uluran tangan pengertian serta kesadaran mereka harapkan

Karena itu anak-anakku, selagi matahari pagi menyinari bumi diiringi embun angin mamiri jangan biarkan mereka pergi tanpa arti

Tampunglah embun pagi untuk untuk membasahi gerak hati

Dalam mencapai cita-cita yang murni, susunlah programmu dengan rapi

Jangan biarkan irama hati yang jera

Jauhkan diri dari perbuatan yang nista

Santai santai tiada berguna anak anakku

Kalian generasi muda penerus bangsa

Berjuanglah terus anak anakku

Berjuanglah terus sampai batas kemamapuanmu

Kemudian penuhi harapan mereka bangsamu

Kalian tunas tunas muda harapan ibu bapak nusa dan bangsa

Doa ibu selalu

Ya allah Ya tuhan limpahkan rahmat berkahmu kepada anak anakku menjadi insan insan yang beriman sukses dalam segala usaha demi orang tua nusa dan bangsa

Aamiin Ya Rabbal Alamin

Selamat berjuang anak-anakku!

 

JLEB banget. Ibarat pahlawan di masa lalu yang hidup kembali dan memberikan suntikan semangat bagi kita generasi muda yang yaaa begitulah. Pastikanlah kita yang menjadi generasi penerus bangsa. Masing-masing dari kita yang akan memberikan perubahan positif bagi bangsa. Mulai dari diri sendiri, dari yang terkecil dan dari sekarang.

Selesainya acara formal, masing-masing dari kami berpencar menjumpai nenek-nenek yang disukainya #heh. Dan saya pun kembali menemui nenek yang saya  jumpai di hari pertama. Namanya Suwarni, seorang dokter gigi sekaligus dosen di UNAIR. Beliau serta nenek yang cerita tadi termasuk golongan yang masih aktif kalau ngomong dengan lawan bicaranya  Banyak inspire yang saya dapatkan dari beliau. Selain nasehatnya yang bijak tentang kehidupan, ada sebuah tempelan di kamarnya yang membuatku semakin JLEB

Pesan di panti jompo

Pengalamanku di panti jompo ini bukanlah sebuah kebetulan. Saya yakin dan percaya, ini adalah rencana Allah untuk memberikanku pelajaran yang sangat berharga. Mengenai kasih sayang, pengorbanan, perjuangan dan banyak lainnya dari orang tua.

Teman-teman kita tidak tahu bagaimana nasib orang tua kita nantinya. Apakah kita nantinya akan “menitipkan” orang tua kita di panti jompo karena terlalu sibuk memikirkan dunia? Atau karena hubungan kita yang gak baik? Atau karena kita lebih sayang kepada pasangan kita sehingga menitipkannya ke panti jompo? Ngaku sayang dengan orang tua? Apa sih buktinya? Seberapa seringkah kita ngomong dengan mereka? Apakah dalam setiap doa kita ada menyelipkan doa untuk mereka? Kalau masih belum maka marilah kita mulai. Jangan hanya sekedar mengaku sayang dengan mereka.

Kita juga tidak tahu bagaimana masa depan kita nanti. Apakah di masa tua kita akan berada di panti jompo? Nenek-nenek disini banyak sekali kisahnya. Ada yang karena tidak punya keturunan. Ada yang memang karena keinginan sendiri. Ada yang karena masalah dengan menantu. Astaghfirullah

Manfaatkan masa mudamu sebelum masa tua

Nasehat yang singkat tapi benar-benar berisi. Apa yang kita lakukan sekarang pasti berefek dengan masa depan.

Masa lalu hanya akan berdampak pada masa sekarang

Masa sekarang akan berdampak pada masa depan

Jadi, ada sekat pemisah antara masa depan dengan masa lalu, yaitu masa sekarang

Sayangilah orang tua dari sekarang, maka insya Allah anak kitapun akan menyanyangi kita di masa mendatang

Keep Writing, Always Inspiring!

Rezky Firmansyah
Founder Passion Writing Academy
Penulis buku tersebar di 5 benua

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *